A.N : Saat kalian mencapai ending story pada bagian kedelapan, jangan lupa vote dan comment ya~
Trevin bersumpah, dia tak tahu apa yang sedang terjadi dalam otaknya. Namun, membiarkan Nades melakukan ini sendirian, sementara dia tahu dia mampu menolong gadis itu membuatnya seperti pecundang.
Nades tersenyum, lalu mengangguk cepat. Tangannya dipindahkan ke lengan Trevin dan mengikuti pria itu berjalan lambat menuju pintu yang akan terhubung dengan lobi. Lobi masih sepi mengingat jam yang masih menunjukkan pukul setengah empat pagi. Terdengar sirine polisi yang meraung-raung dari jauh. Di meja resepsionis, keduanya mengembalikan kunci dan meminta tagihan kamar. Mata Trevin mengawasi sekeliling.
"Mohon maaf atas ketidaknyamanan kami, Tuan Trevin. Anda tak perlu langsung check out hari ini. Sebagai permintaan maaf, kami memberikan menginap gratis di private villa kami." tutur resepsionis itu menyesal.
"Waw, villa?" tanya Nades tak percaya. Hanya karena laporan tak menyenangkan, pria di sampingnya ini mendapatkan gratis menginap di villa pribadi mereka. Siapa pria ini?
"Tidak, ini bukan masalah itu. Bisa kau lakukan dengan cepat? Tolong gabungkan saja dengan kamar perempuan ini!"
"Tuan, kami minta maaf."
"Tidak masalah, oke? Sekarang katakan berapa jumlah yang harus kubayar." dia menyerahkan kartu kreditnya cepat.
"Tapi, villa?" ujar Nades pelan.
Trevin melihatnya tak percaya. Di saat dia mempertaruhkan nyawa demi Nades, dia malah memikirkan villa?
"Silahkan, Tuan." dia meletakkan nota di atas baki hitam mengkilat dan sebuah pena.
Trevin menerima kembali kartunya setelah dia membubuhkan tanda tangan di atas kertas itu.
"Taksi ada di depan jika anda membutuhkannya. Free of charge!" kata resepsionis.
"Super!" Trevin menerima voucher yang diberikan wanita berkulit putih itu. "Thank you."
"Have a nice trip, Sir, we are so-"
Fuck!
Trevin cepat menarik tangan Nades saat dia lihat pintu tangga darurat terbuka. Kali ini, dia tidak salah. Itu bukan pertugas kebersihan yang asli. Dia memakai sepatu yang berbeda. Saat pandangan mereka bertemu, petugas gadungan itu tak bereaksi melainkan berbicara pada seseorang lewat sesuatu di kerah bajunya.
Nades hampir jatuh saat langkah Trevin berubah menjadi lebih cepat dan mereka berlari untuk mencapai pintu utama. Saat mereka tiba di luar, ada rombongan berpakaian hitam, seperti petugas keamanan, namun Trevin tahu mereka adalah okum. Dia mendorong tubuh Nades untuk masuk ke dalam taksi, lalu dia kemudian.
"CEPAT!" bentak Trevin saat mesin taksi dihidupkan. "Atau kau mati!"
Taksi melesat tanpa peringatan, membua Nades terpekik kaget. Trevin menoleh ke belakang, mengawasi para oknum tersebut. Dugaannya benar saat dia melihat sinar lampu mobil tak jauh di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Way To The Wedding
Ficção GeralSIDE STORY DARI LOVE OR DIE Manusia boleh punya rencana. Pada akhirnya, ketentuan bukan milik kita. This work is a fiction. The names, locations and incidents are fictitious. Any similarities are entirely unintentional. Cover: credit on tumblr