Angkasa melepas helm hitam dari kepalanya dan meletakkannya di spion, menyadari banyak siswi menatapnya penuh rasa kekaguman. Sayangnya, Angkasa bukanlah orang yang senang menanggapi perempuan yang fanatik terhadapnya, padahal dirinya cuek tetapi mungkin penampilannya yang para siswi sekolah sukai.
Angkasa tidak peduli. Sama sekali.
Mata cokelatnya kini tersenyum melihat Gilang datang ke arahnya, mengepalkan tangan kanannya lalu menubrukkan tangannya dengan tangan Angkasa. " Si Aira mana dah? Kebiasaan telat," Angkasa tertawa menatap Gilang yang mengerucutkan bibirnya. Namun beberapa menit kemudian, Aira berlari ke arah keduanya dan membungkukkan badannya, tangannya menggenggam lututnya karena lelah berlari dari gerbang sekolah menuju lapangan parkir motor.
" Ngape lama sih?" Aira mendengus kesal, " ojek onlinenya lama nyet," balas Aira kesal membuat Gilang mengelus dadanya. Sudah pasti Aira begini karena tamu bulanannya, lagipula memang sudah tanggalnya. Angkasa melipat kedua lengannya di dada sambil menyenderkan tubuhnya di pintu mobil yang tidak Angkasa kenal pemiliknya, dan menyilangkan kaki kanannya sambil mengunyah permen karet yang ia temukan di tasnya.
Aira sesekali melirik para siswa yang hilir-mudik di depannya, juga gadis-gadis yang menatap Gilang dan Angkasa dengan tatapan kagum. " Temenin ke kantin, laper," Gilang dan Angkasa mengangguk lalu segera berjalan, membiarkan Aira jalan duluan.
Aira senang, kedua lelaki itu bagaikan seorang bodyguard untuknya. Sikut kiri Aira kini bertumpu di bahu Angkasa lalu mencondongkan wajahnya ke sisi wajah Angkasa, " Calon ketua osis," panggilnya.
Angkasa berdeham pelan. " Laper, jajanin ya." Gilang menyikut tangan kanan Aira sedikit kencang, " paan sih," Gilang memberi tatapan dengan arti atiati-Angkasa-lagi-pms-juga, Aira terbahak-bahak, " Yaudah Gilang aja."
Gilang melotot, " dih, duit gue mau buat beli sepatu basket ye." Aira mengerucutkan bibirnya lalu berjalan melewati keduanya dengan penuh rasa kesal, dia terlalu sensitif, kata Gilang.
" Beliin kiranti yuk, prihatin gue sama si Aira," kata Gilang sambil mengelus dadanya pelan sambil berdecak.
Angkasa tertawa, " Kalau pms, Aira maunya dibeliin makanan yang dia suka," Gilang mengangguk, " yaudah ke kantin yuk, beliin kue mangkok yang pink sama fanta," Angkasa mengikuti langkah Gilang ke kantin, sementara matanya terus menatap punggung Aira yang berjalan ke gedung bahasa, dimana kelasnya berada.
Angkasa tersenyum tulus, melihat Aira yang menatap mata cokelatnya, seolah meminta sesuatu yang ia sukai. " Tuh kan, bener kata gue," gumam Angkasa sambil tersenyum, menatap Aira yang membalikkan tubuhnya lalu dengan cueknya berjalan ke gedung bahasa.
***
Gilang menatap ponselnya yang di penuhi oleh isi chat dari grup ketiganya yang di penuhi oleh spam ala Aira.
Receh (3)
AirisyaAP: Lo semua jahat sama gue
AirisyaAP: Ih cobaaaaaa gue mau kue mangkok
AirisyaAP: Mau gue cokelat
AirisyaAP: *Kue
AirisyaAP: Mau makan orang
AirisyaAP: Mau makan mantan
AirisyaAP: Ih keseeelllll
AirisyaAP: Gaada yang peduli
AirisyaAP: Sumpah woi pada peduli gak si
AirisyaAP: Yaudah bye
Angkasa Wijaya: Gak usah nyepam anj
YOU ARE READING
Airisya,
Teen Fiction( Proses Revisi Alur Selanjutnya) Airisya, Aku berterima kasih pada senja yang mempertemukan kita, dan Tuhan yang mempersatukan kita. Kini aku membiarkan senja membiru, tenggelam tergantikan oleh bintang yang menyinari wajahmu. Jika ini jalan...