SUDAH satu bulan Aira tidak memiliki gairah hidup sama sekali. Hari-harinya hanya ia isi dengan mengerjakan tugas, kalau tidak ada tugas, Aira membuat makalah tentang politik yang ada di Indonesia, dari dulu hingga kini.
Sudah seharian ini Aira tidak makan, yang hanya ia habiskan ialah menulis, menangis, tidur. Arga dan Arya sempat kewalahan menanggapi Aira yang kacau seperti ini.
" Besok Papa ulang tahun, kita cari kado yuk," ajak Arga sambil mengetik pekerjaannya, sementara Aira yang juga sedang mencari jawaban tugas sejarah ke internet hanya berdeham. " Gue anggap itu iya." Aira menganga kala Arga langsung menarik tangannya menuju mobil mini cooper berwarna hitam putih milik Arga yang ada di pekarangan rumahnya.
" Ih, kan gue belum pake make up, belum pake baju mall." Aira menggerutu.
" Sekali-sekali anti mainstream, Ra. Seru lho." Arga membalas sambil mengemudikan mobilnya, menyusuri macetnya jalanan ibukota karena hari libur. Aira dan Arga sesekali bernyanyi ria dengan lagu-lagu yang diputar oleh radio. Sudah menjadi hal rutin kala keduanya sedang terjebak macet.
Lagu only you terputar, membuat Aira kembali berada dalam suasana mellow. Aira ingin sekali menjadi seperti sosok Hanna dalam serial 13 reasons why. Hanna lah yang membuat Clay mengenal jatuh cinta, dan sakitnya jatuh karena cinta. " Gue belum nonton episode ke sepuluhnya tuh," rengek Arga di tengah-tengah nyanyian soundtrack serial tersebut yang dibawakan Selena Gomez.
" Nyampe!" sorak Arga kala keduanya sampai di gedung parkir salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat.
Di dalam pusat perbelanjaan, Aira dan Arga terbahak kala masing-masing melontarkan jokes recehan ala mereka masing-masing.
" Papa enaknya beliin apa ya?"
Aira mengetukkan jarinya di dagunya. " Jam tangan kali ya?"
Arga tersenyum, lalu mengajak Aira ke salah satu toko jam tangan. Setahu Arga, Arya menginginkan jam tangan berwarna hitam bergaya kasual seperti anak muda. " Iya sama sepatu sport juga aja, biar Papa kayak anak muda," kata Aira sambil cekikikan.
Salah seorang pegawai mempersilahkan keduanya masuk ke dalam toko jam tangan langganan Arga, Aira, dan Arya. Riza, pemilik toko yang kebetulan dulu menjadi kakak kelas Arga menyambut keduanya. " Ga, om Arya mau ulang tahun ya?" tanya Riza seraya mengambil sesuatu di display, Arga mengangguk.
" Ini nih, gue kasih buat om Arya, gratis. Ini limited di Indonesia, semoga om Arya suka ya."
Arga tersenyum tipis, " Eh ada jam tangan item kasual gak? Yang kayak anak ABG." Riza mencari sesuatu di lemari display, sementara Aira hanya memainkan ponselnya, memainkan aplikasi snapchat dengan filter bunga.
Aira berbinar kala Riza mengeluarkan jam tangan yang keduanya minta.
***
Angkasa menekuk kedua lututnya di balkon, di temani segelas kopi hitam yang mulai dingin karena udara dingin dari derasnya hujan yang menghujani tanah Jakarta.
Di sebelah gelas bening yang terisi kopi hitam, ada foto-foto dirinya bersama Aira, serta laptop yang menyala, menunjukkan satu file yang di isi puisi yang ia buat untuk Aira, lalu di balas Aira oleh sajak.
Di dalam hati Angkasa terus di penuhi ribuan tanda tanya. Apakah Aira baik-baik saja? Apa alasan Aira memutuskannya? Apakah Aira sudah memiliki pengganti dirinya? Bagaimana kabarnya? Apa ini terasa salah? Apakah Aira merasakan apa yang ia rasakan saat ini? Yang jelas, Angkasa tak henti-hentinya bertanya semua ini pada hatinya.
YOU ARE READING
Airisya,
Teen Fiction( Proses Revisi Alur Selanjutnya) Airisya, Aku berterima kasih pada senja yang mempertemukan kita, dan Tuhan yang mempersatukan kita. Kini aku membiarkan senja membiru, tenggelam tergantikan oleh bintang yang menyinari wajahmu. Jika ini jalan...