Angkasa membuka pintu rumahnya, lalu menutupnya kembali. " Kak Angkacaa!" seru Kirana berlari ke arah Angkasa, meminta Angkasa untuk menggendong tubuhnya. Angkasa tertawa kecil, lalu menggendong tubuh Kirana dan menatap wajah Kirana lekat.
Mirip Aira.
Kirana nyengir, tahu apa yang kakaknya pikirkan. " Pasti mikilin kak Aila," tebaknya. Angkasa terkekeh, " seratus buat kamu." Kirana tertawa, lalu menarik Angkasa untuk pergi ke kamarnya. Angkasa sebenarnya lelah, namun setelah ia menatap wajah Kirana, membuat semua penat hilang seketika. Kirana mirip sekali ibunya, juga Aira.
Jodi menghampiri Angkasa, " Udah pulang, nak?" Angkasa segera menyalimi tangan laki-laki di depannya yang sudah berkepala lima dan terlihat beberapa uban tumbuh di sela rambutnya. Angkasa sedikit kasihan pada ayahnya, namun laki-laki tersebut tetap semangat kerja, menjalani perusahaan yang dulu ia bina bersama Yanti, ibunda Angkasa.
Jodi memperhatikan wajah Yanti yang terpajang di dinding, wajah cantik belahan hatinya itu tidak pernah bisa Jodi lupakan. Angkasa tersenyum sendu, menatap Jodi yang sedikit berkaca-kaca. " Angkasa juga kangen Mama, pah."
Jodi tersenyum sendu, menatap putra pertamanya dan gadis kecilnya. Dua malaikat yang menemani hari tuanya. Jodi bersyukur masih memiliki keduanya, karena keduanya bagaikan obat pelepas penatnya. " Oh ya, apa kabar Bunda?" tanya Angkasa, menanyai perihal ibu tirinya yang menemani adik tirinya mendapatkan beasiswa di Eropa.
" Bunda baik, tadi pas kamu datang Papa baru selesai teleponan. Lena kangen tuh," kata Jodi menggoda Angkasa. Angkasa merengek, " Pah! Aku udah gak ada apa-apa ya sama Lena."
Jodi mengangguk ngerti, " Airisya Audya Pratama." Angkasa tertawa kecil, " Bisa jadi," Kirana bertepuk tangan. " Kak Angkaca sama kak Aila cocok!"
Angkasa menurunkan Kirana dari gendongannya, " Lusa kan ulang tahunnya Kirana, undang Aira ya, Papa seneng lho sama gadis itu. Om Arya aja sekarang ada kontrak bisnis sama Papa, bisa kamu ajak juga dong ikut jadi pasangan kalau ada acara formal," Mata Angkasa membulat. " Pah!" desisnya.
Jodi tertawa, " Sudah, kamu mandi sana, bau. Daritadi Kirana aja keliatan mukanya pucet gara-gara bau keringat kamu," Angkasa membenarkan tasnya yang ia disampirkan di bahu kanannya lalu pergi meninggalkan Kirana dan Jodi.
" Kilana mau ketemu Mama," kata Kirana polos, Jodi tertawa sendu sambil mengacak rambut putrinya yang akan genap 4 tahun lusa nanti. " Mama ada kok di deket Kirana, jaga Kirana walau Kirana gak lihat," Kirana mengangguk.
Kirana tersenyum, " Mama, Kilana dua hali lagi ulang tahun lho. Makasih ya mah, udah lahilin Kilana," ucap Kirana membuat air mata Jodi tak lagi bisa di bendung. Jodi merasa jadi ayah yang gagal, gagal membesarkan Kirana tanpa sosok jiwa keibuan dalam diri Kirana. Dan Jodi berharap, Angkasa bisa memilih sosok perempuan yang tepat yang bisa membuat Kirana kembali merasakan sosok perempuan di dekatnya.
" Kak Aila cantik ya, Pap. Mau deh Kilana liat kak Angkaca sama kak Aila belsama," Jodi terkekeh.
" Papa juga mau."
***
Angkasa duduk di kursi, mengambil gitar akustiknya lalu meletakkan jemarinya di antara senar-senar gitar. Angkasa memetikkan gitarnya, sambil menyanyikan lagu Surat Cinta Untuk Starla. Sesekali ia menyanyikan bagian yang ia sukai dan ia hafal. Juga sesekali ia menatap bingkai foto yang ada di meja belajarnya, gambar dirinya berdua bersama Aira di bromo, dan gambar dari photobooth ketika ia berjalan-jalan berdua dengan Aira.
" Aku pernah berpikir tentang hidupku tanpa dirimu... Dapatkah lebih indah dari yang kujalani sampai kini..." Angkasa menyanyikan lagu tersebut dengan suara yang lembut dan serak khas dirinya.
YOU ARE READING
Airisya,
Teen Fiction( Proses Revisi Alur Selanjutnya) Airisya, Aku berterima kasih pada senja yang mempertemukan kita, dan Tuhan yang mempersatukan kita. Kini aku membiarkan senja membiru, tenggelam tergantikan oleh bintang yang menyinari wajahmu. Jika ini jalan...