BAB 23

256 23 3
                                    


HARI ini pensi sekolah.

Aira malas sebenarnya, namun karena ia salah satu bintang tamu utama request-an para siswa-siswi SMA Garuda Nusantara, terpaksa Aira harus ikut mau tidak mau. Acara yang bertajuk " Garuda Unity in Diversity " sudah meriah sejak minggu lalu yang di isi berbagai perlombaan, di bidang olahraga maupun bidang lainnya, di hari terakhir ini di isi oleh pentas seni sekolah.

" Non, ini gitarnya tadi udah saya bersihkan," ucap pak Salam sambil menaruh gitar akustik Aira di kasur kamar gadis itu. Sementara Aira yang sedang berkaca, merapihkan bajunya mengangguk lalu berterima kasih.

Manset hitam di padu dengan luaran transparan berwarna hitam, di tambah rok neoprene berwarna putih di atas lutut membuat Aira terlihat feminin, di tambah sepatu platform hitam yang khas. Hari ini Aira menggunakan make-up yang natural, dan rambut keriting gantungnya yang sebatas dada hanya di biarkan tergerai.

" Gue siap, dan selalu siap," tekad Aira sambil menunjuk dirinya sendiri di pantulan kaca.

Arga tersenyum. " Makin cantik adek gue, kalau di pacarin gak boleh," canda Arga membuat Aira terbahak, " Ya kali, najis gue nikah sama lo."

***

Nanas memicingkan matanya kala Aira sudah ada di lobby sekolah. " Lah, tumben cantik," kata Nanas menganga, membuat Aira mencibir. Sementara Satrio menabok punggung Nanas, " Eh lo di cariin Angkasa."

Angkasa.

Aira menggeleng, " Ke kantin aja yuk." Nanas menaikkan salah satu alisnya pada Satrio, sementara lelaki di depannya itu mengedikkan bahunya. Aira meninggalkan keduanya, lalu beranjak ke kamar mandi, merapihkan pakaiannya. Tiba-tiba, Valerie datang menghampiri Aira. " Kak Aira, tadi di cariin Angkasa," Aira menghela napas, " iya."

Valerie tersenyum tipis, " Kenapa kak?"

Mata Aira berkaca-kaca. " Angkasa belum ngabarin gue sejak seminggu yang lalu, di sekolah juga jarang keliatan." Aira tertawa sendu sambil berkata.

" Oh iya, selamat ya sama Gilang, semoga langgeng."

***

Angkasa mendesah pelan. Sudah beberapa kali ia menelepon nomor Aira tapi Aira selalu saja menolak panggilan tersebut.

" Lo juga gentle dong." Gilang menyahut.

" Gue ngurusin Lena," balas Angkasa membuat Gilang terbahak. " Tapi lo juga ngabarin kek, anak orang kedinginan di pinggir pantai nungguin lo, trus balik-balik langsung ke kamar, nangis. Apa anak orang gak sakit? Dia cewek lho, Sa. Cewek beda sama cowok. Lo juga jangan egois Lena aja Lena aja."

Angkasa mendengus, lalu kembali mengutak-atik ponselnya sambil menunggu sekretaris osis, Vivi memberinya kertas pidato nanti. Gilang yang daritadi celingak-celinguk mencari Valerie yang tadi ia minta untuk mencari Aira, menggeret gadis itu ke Angkasa dan dirinya.

Nanas dan Satrio dari kejauhan terlihat menggendong paksa seseorang, sementara sosok Valerie, Valerin, Kenneth, Namira, dan Rizky jalan di samping mereka. " Turunin gue anjing!" teriak Aira menggeliat, sementara Nanas yang tidak tahan dengan kecerewetannya langsung membekap mulut gadis itu lalu menatap matanya tajam, " Diem."

Dengusan kesal Aira terdengar, sementara dari kejauhan Gilang tersenyum geli menatap Aira yang terus menggeliat seperti cacing kepanasan. " Pacar gua lo apain anjir?!" seru Ankara kelabakan. Sementara Gilang terus tertawa bagaikan tontonan di depannya adalah srimulat.

Ketika Aira sampai, gadis itu cepat-cepat melengos, namun payah, Angkasa menarik tangannya lalu sepersekian detik kemudian, Aira sudah tenggelam dalam pelukan Angkasa, tanpa balasan dan alasan yang jelas dari tangan serta bibir Aira.

Airisya,Where stories live. Discover now