BAB 4

275 21 0
                                    

Aira berjalan di sepanjang koridor sendiri. Hari ini ia sendiri, tanpa kedua sahabatnya yang biasanya salah satu dari mereka akan menjemputnya di rumah.

Namira berlari ke Aira sambil terisak, " Semalem masa Rizky nganterin makanan yang gue sebutin di chat, gue nangis-nangis masa sampe sekarang gara-gara kebaperan," Aira membasahi bibirnya, Namira terlalu histeris dan menyebalkan jika kebaperan karena tingkah pacarnya, Rizky yang selalu membuatnya diam seribu bahasa karena rasa sayangnya.

Aira terbahak, " Mau dong satu lagi kayak Rizky," celetuk Aira membuat Namira melengos sambil mendengus geli, " Gak ada, udah sold out." Aira tertawa kembali, membuat banyak siswa-siswi menatapnya bingung.

Aira tidak sadar, di dekatnya Angkasa mendengar percakapan keduanya. Aira butuh lelaki seperti Rizky, namun Angkasa bukanlah Rizky, melainkan hanyalah seorang lelaki dingin, ketua osis yang irit bicara dan tidak pandai modus. Angkasa mendesah pelan, dia kalah.

Jika Gilang jatuh cinta dengan Aira, pasti Gilang lebih leluasa modus karena Gilang kesehariannya selalu menjaili Aira.

Angkasa tersenyum getir, ia segera menutup lokernya dan berjalan ke gedung IPS.

Namira menggigit bibirnya, " Bagas udah punya pacar belum?" tanya Namira membuat Aira melotot, " Demi apa?! Ah gak rela," erang Aira sedih. Namira menjitak kepala sahabatnya. " Gue nanya anjing," Aira mengusap dadanya, " Selow neng." Namira melengos, lalu meninggalkan Aira ketika Rizky datang lalu mengajak Namira pergi ke kantin. " Gue duluan ya, ra," kata Rizky sambil merangkul Namira, Aira mengangguk, " Iya, ky. Gue mau ke kelas juga, jagain Namira ya." Rizky memberikan jempol lalu berjalan bersama Namira untuk pergi ke kantin.

Aira mengenggenggam erat tali tas hitamnya, lalu beralih meremas jaketnya. Untung tamu bulanannya sudah selesai, tapi sisa kemarahannya masih ada. Ah, menyebalkan.

Aira mempercepat langkahnya menuju gedung bahasa. Namun langkahnya terhenti ketika di tangga menuju lantai dua, lalu ia menepuk dahinya sedikit kencang. " TUGAS PORTOFOLIO!!" Aira berlari kencang menuju kelas dan melihat banyak murid menyelesaikan portofolio mereka.

Aira bernapas lega, " Kan ada di Namira, " gumamnya terkekeh menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Beberapa pasang mata menatapnya, termasuk sang ketua kelas yang sedang streaming film sekuel Harry potter, Satrio.

" Sat, portofolio lo sama Nanas udah?" Satrio mengangguk. Nanas panggilan dari Jonas Alfian, sahabatnya yang panggilan tersebut berasal dari Satrio juga. Nanas datang, menatap Aira sekilas lalu melongo menatap Satrio dan Aira, " Jahat, pada ngomongin gue," Aira dan Satrio lantas membuang muka, pasti Nanas sudah ketularan para fangirls di kelas ini.

Aira mencibir. " Eh, udah pada nonton episode terbaru Goblin? Semalem mati lampu, gue gak bisa nonton," tanya Nanas pada satu kelas. Feli mengangguk, " Udah dong! Ih sumpah oppanya ganteng uy."

Nanas merengek, ia merasa kalah dari Feli yang sudah nonton Goblin terlebih dahulu, " Semalem sempetnya nonton Music Bank doang," balasnya terkekeh.

Aira dan Satrio saling tatap, tidak mengerti apa yang Jonas bicarakan tentang dirinya dan kehidupannya sebagai seorang fanboy, malah Aira langsung berlari duduk di sebelah Satrio, ikut menonton film sekuel Harry potter.

Gilang mengetuk pintu kelas Aira, membuat semua murid menoleh ke Gilang. Senyuman khas Gilang membuat Aira hari ini enggan berdebat dengan laki-laki yang super menyebalkan itu. " Pause duluuuu," Satrio menekuk nyengir lalu berdeham, Aira memberikan kedua jempolnya pada Satrio, " Iye udah sana ke Gilang dulu," perintahnya.

Aira berjalan ke arah Gilang, laki-laki itu menarik tangan Aira, membawa gadis itu keluar namun bencana terjadi. Tangan Aira tertarik sehingga kini wajah keduanya hanya terpaut delapan senti. Mata keduanya beradu, menyiratkan rasa kebingungan namun rasa yang tak bisa di jelaskan. Bahkan Aira bisa merasakan deru napas Gilang yang bisa ia tebak, pagi tadi Gilang menggunakan pasta gigi berbau mint.

Airisya,Where stories live. Discover now