DERAP langkah si ketua osis menyeret perhatian sejumlah siswa-siswi, terutama para pengagum Angkasa yang tergabung dalam forum yang menurut Angkasa apa sih manfaatnya?
Angkasa lovers.
Sebenarnya Angkasa tidak keberatan, namun permasalahannya, dia ini siapa? Angkasa hanya bocah ingusan yang memiliki wajah persis seperti ibunya, hanya saja rahangnya yang kokoh di wariskan oleh Jodi, dan sedang jatuh cinta dengan sahabatnya. " Sa, hari ini ada rapat osis ya, terkait sponsor pensi nih," Angkasa mengangguk sambil tersenyum tipis pada Vivi.
"Gue duluan ya, Sa." Angkasa mengangguk lalu ia merapatkan diri ke deretan loker lalu membuka lokernya untuk mengambil buku paket sejarah karena hari ini ulangan harian sejarah akan diadakan dan Angkasa tak mau kejadian ulangan harian terakhir kembali terulang, dimana ia tidak belajar karena terlalu sibuk berkampanye sebagai calon ketua osis dan hasilny nilainya anjlok. " Lang!" panggil Angkasa ketika lelaki itu memainkan bola basket bersama Pierre di koridor, menyita perhatian banyak siswa-siswi yang ada di koridor. Angkasa tahu, banyak siswa yang ingin menjitak bahkan menendang kepala Gilang karena beraninya memainkan bola basket di koridor. Suatu etika yang tidak baik, kalau saja guru BK lewat udah gak tanggung-tanggung hukumannya, bersihin toilet gudang sekolah yang kotornya pake banget. Melebihi kandang ayam, dan baunya seperti kotoran sapi. Menjijikan
Petakilan, sih.
" Jangan main bola basket selain di lapangan basket, geblek," Aira memelintir daun telinga Gilang seraya mengambil bola basket Gilang. Laki-laki itu meringis kesakitan, sementara beberapa murid terbahak menyaksikan kejadian ini.
" Iye, maap atuh–Eh anjir!! ya robbi sakit."
Robi, anak XI-3 IPA melotot, " Nama gue di sebut-sebut."
Salah mulu gue ya robb...
Angkasa tertawa melihat Gilang yang membungkuk ketika ketiganya sampai di lapangan basket. " Sa, lanjutin hukuman buat Gilang ya, gue mau main basket," Angkasa menggeleng, " Gue mau ada rapat osis nih abis istirahat."
Aira mengangguk pelan tidak ikhlas. Akhirnya ia memainkan bola basket, memantulkannya ke tanah lalu memasukkan bola tersebut ke ring. Ketika dirinya ada di garis three point dan hendak melemparkan bola tersebut ke dalam ring, tiba-tiba Gilang memegang kedua tangannya dari belakang dan memberi instruksi yang benar tentang cara memainkan bola basket, " Gini, sekarang lo masukkin deh, tapi jinjit aja."
Jari-jari kaki Aira berjinjit, dan tangan Aira kini bergerak melempar bola basket dan kini Aira melonjak girang. Pertama kali ia bisa memasukkan bola basket ke dalam ring dari garis three point setelah sekian lama ia tidak bisa melakukannya.
" Makasihhh!" Gilang membalas pelukan Aira dengan senyum yang tertarik di ujung bibirnya.
***
Bu Dira, mahasiswa praktek kini mengajar mata pelajaran sejarah yang bikin Aira eneg, bagaimana tidak? Cara Bu Dira menjelaskannya bikin hampir semua murid bosan mendengarkannya, bahkan sempet-sempetnya ngulang materi kemarin yang emang semua murid di kelas bahasa ini sudah mengerti dan paham. Namira dan Satrio bertukar duduk, sehingga kini Aira duduk bersama Satrio, dan Nanas duduk dengan Namira.
YOU ARE READING
Airisya,
Teen Fiction( Proses Revisi Alur Selanjutnya) Airisya, Aku berterima kasih pada senja yang mempertemukan kita, dan Tuhan yang mempersatukan kita. Kini aku membiarkan senja membiru, tenggelam tergantikan oleh bintang yang menyinari wajahmu. Jika ini jalan...