Nine

7.4K 767 51
                                    

"Bagaimana keadaanmu?"

Sasuke mencoba memecahkan suasana awkward di antara mereka. Tangan kanannya sibuk mengaduk Cappucino yang baru diantar oleh pelayan kafe.

Naruto yang duduk di depannya, menghembuskan nafas pelan, jemari tangannya saling bertaut dibawah meja.

Ia tidak menyangka setelah malam itu dirinya akan betemu kembali dengan laki-laki dihadapannya ini.

Apa yang ada dipikiran Sasuke sebenarnya? Apakah dia bermaksud membuka luka lama kembali.

"Seperti yang kau lihat." ia menjawab seadanya. Matanya beralih menatap para pejalan kaki di luar kafe. "Apa yang membawamu kesini?" jeda "Aku tidak berharap bisa bertemu denganmu lagi."

Sasuke menghentikan gerakan tangannya mendengar penuturan si pirang. Senyum kecut pun terukir dibibirnya. Sepertinya Naruto memang tidak lagi peduli dengan dirinya.

"Aku menganggap ini suatu keberuntungan. Aku hanya bermaksud liburan bersama dengan Ibuku, tapi aku tidak menyangka liburan itu akan membawaku padamu." Sasuke membalas, tatapannya menekuri meja yang memisahkan mereka.

Tadinya Sasuke hanya bermaksud untuk jalan-jalan, Ibunya sedang ada kepentingan dengan teman lamanya, jadi ia pun memutuskan untuk keluar mencari udara segar dari pada berdiam diri di kamar hotel. Sedang asyik menikmati jalan-jalannya ia malah berpapasan dengan Naruto yang baru saja keluar dari swalayan. Merasa jika pertemuan itu telah ditakdirkan, Sasuke memberanikan diri untuk menyapa sang teman lama, dan meminta waktunya sebentar.

Naruto tidak mengatakan iya atau pun tidak, dia hanya mengikuti Sasuke dari belakang ketika si raven berjalan memasuki sebuah kafe.

"Kau membual!" tidak ada ekspresi yang menghiasi wajah manisnya, datar. Tidak ada senyuman atau ekspresi marah sedikitpun.

Naruto ternyata telah banyak berubah.

Sasuke meneguk minumannya.
"Kau masih membenciku?" pertanyaan itu terlontar begitu saja. Sikap Naruto menuai sebuah perasaan tidak enak dihati Sasuke.

"Menurutmu?" Mungkin memang tidak akan ada maafnuntuknya dari si pirang.

"Naru-"

"Aku harus segera pergi!"

Naruto bangkit berdiri menyela Sasuke dengan cepat ia langsung pergi munuju pintu keluar. Meninggalkan Uchiha yang tatapannya tidak beralih dari punggung dibalut kaus kasual.

Setelah Naruto hilang dari pandangannya, Sasuke menutup wajahnya dengan sebelah tangan. Setetes air yang keluar dari sudut mata meluncur mulus di pipinya.
.
.
"Yeee, Papa pulang!"

Naruto tersenyum melihat tingkah bocah manis yang berdiri di depan pintu menyambut kedatangannya. Bocah berusia 4 tahun itu memegangi sebuah boneka beruang.

"Cake?" tangan kecil itu terulur.

Naruto terkikik geli, tangannya menyodorkan plastik putih yang didalamnya ada sekotak kue, permintaan si bocah.

"Haru dimana Mamamu?"

Bocah bernama Haru itu berlari menuju sofa ditengah ruangan.

"Mandi." jawabnya sembari membuka kotak yang baru saja ia terima.

Naruto ikut duduk di samping sang bocah, punggungnya menyandar pada sandaran sofa. Ingatannya memutar kembali pertemuan keduanya dengan Sasuke beberapa saat yang lalu.

"Pa-Papa!"

Naruto tersentak, ketika sebuah tangan kecil menyentuh kulit pipinya.

"Papa kenapa?"

"Naruto kau sudah pulang?"

Belum menjawab pertanyaan si bocah, Naruto dihampiri pertanyaan lain.

Mengacuhkan pertanyaan yang diberikan anak disampingnya Naruto lebih memilih menjawab pertanyaan perempuan yang menghampiri mereka berdua. Perempuan bersurai pirang pucat itu ikut bergabung dengan keduanya.

"Apakah hari ini Kakak akan kerumah sakit lagi?" tanya Naruto, perempuan didepannya menganggukkan kepala. Tangannya mengambil sepotong kue yang berada di dalam kotak.

"Kau tidak keberatankan jika aku titipkan Haru lagi padamu?"

"Tentu saja tidak." jawab pemuda pirang itu.

"Bagaimana kondisinya?" Naruto lanjut bertanya, seakan mengerti dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh Naruto, perempuan yang dipanggil kakak olehnya itu menjawab "Jauh lebih baik."

"Berangkat jam berapa?"

"Sebentar lagi."

"Kalau begitu, aku akan mandi dulu." Naruto meninggalkan tempat duduknya.
.
.
Sasuke berdiri di depan jendela kamar hotel yang di tempatinya untuk beberapa minggu kedepan. Melihat pemandangan di luar sana sembari menikmati semilir angin yang masuk.

Getar ponselnya menyadarkan Sasuke. Pesan dari ibunya yang minta dijemput.

Setelah membaca pesan dari sang Ibu Sasuke meletakan ponselnya ke atas meja. Pikirannya yang tidak tenang begitu mengganggunya.

"Naruto!" bisiknya pelan menyebutkan sebuah nama.

Perasaan sesak itu tidak mau hilang. Meski telah lalu beberapa tahun, perasaannya untuk si pirang masih ada dan masih sangat menyakitinya. Sasuke berharap perasaan sesak yang sedang dirasakannya itu cepat menghilang.

2 hari kemudian mereka bertemu kembali di dalam sebuah bus kota. Sasuke duduk disamping Naruto karena cuma tempat duduk itu yang tidak ada penghuninya.

Naruto sedang terlelap dan sudah pasti tidak menyadari keberadaan Sasuke.
.
.
Tbc.

Kagak mau panjang ceritanya..

Gomen.. Sepertinya ceritanya makin ancur.. 😢😢😢😢

Love Is You ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang