Naruto baru membuka mata setelah mendapatkan perawatan secara intensif selama satu setengah hari. Keadaannya yang sempat kritis kembali normal saat keesokan paginya.
Hampir seluruh tubuhnya dililiti perban termasuk sebelah matanya. Naruto bertanya pada seorang perawat yang masuk ketika ia menyadari di mana ia saat itu.
Naruto meringis, ingatan kembali pada kejadian sebelum ia berakhir di rumah sakit tempatnya berada.
"Apakah ada pasien bernama Gaara di sini?"
Ia berharap bisa melihat si rambut merah karena sangat mengkwatirkan keadaannya. Meski dirinya sendiri dalam keadaan yang masih menghawatirkan. Namun—
"Maksudmu Sabaku Gaara?"
"Ya."
"Ah, maaf dia memang dirawat di rumah sakit ini sebelumnya, namun 3 hari yang lalu keadaanya semakin memburuk dan tidak tertolong lagi. Kasihan sekali anak itu, aku sangat-"
Ia harus kembali menelan harapannya. Naruto seperti di sambar petir di siang yang terik. Kabar kematian Gaara yang ia dapat mengguncang pikirannya. Untuk sesaat ia pun blank, bahkan dirinya tidak lagi bisa mendengar suara dari perawat yang masih setia mengambil perhatiannya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
Hari itu Naruto habiskan dengan bergelung di dalam selimut dan menangis. Dia memang belum memiliki 'perasaan' terhadap Gaara namun waktu yang mereka habiskan cukup untuk membuat rasa nyaman dan sayang tumbuh di hatinya, cukup pula untuk membuat hatinya hancur karena telah kehilangan.
Untuk kedua kalinya Naruto merasa keadilan tidak berpihak kepadanya.
.
.
Sasuke hanya terdiam ketika kakaknya bertanya perihal penyebab perkelahiannya beberapa hari yang lalu. Sorot matanya menatap penuh kekosongan sang kakak yang berdiri di hadapannya."Sasuke? Masalah yang kau buat terlalu besar, kau telah menghilangkan sebuah nyawa. Bagaimana bisa kau melakukan hal seperti itu?"
Sasuke juga tidak peduli dengan kakaknya yang berteriak marah-marah ke arahnya atau ibunya yang menangis-nangis di pelukan sang Ayah. Ia sedang kalut, dirinya sedang mengalami masa sulit dan pikirannya dipenuhi rasa penyesalan yang begitu rumit. Ia menyesal namun sayang penyesalannya terlalu terlambat.
Ya dirinya tahu yang dilakukannya adalah kesalahan besar, sampai membunuh seseorang. Namun ia punya alasannya, kematian Gaara bukan hanya kesalahannya namun juga si Sabaku sendiri yang memulai terlebih dahulu memanas-manasinya. Saat itu ia terbawa emosi.
4 hari kemudian setelah suasana terkendali, Sasuke dipaksa oleh kakaknya untuk pergi ke rumah sakit, meminta maaf pada temannya yang seminggu lalu hampir juga ia hilangkan nyawanya. Dengan berat hati meski sebenarnya ia juga ingin melihat keadaan si pirang Sasuke pun pergi kerumah sakit. Namun sesampainya ia disana tepatnya dikamar inap Naruto ia langsung dihardik tatapan benci oleh si pemilik kamar. Naruto meneriakinya dan menyumpahinya dengan kata-kata kotor, belum selesai dirinya menyampaikan maksud Naruto lebih dulu menyela dan memakinya. Sasuke ketahui dia memanglah patut untuk di salahkan.
"Kau ingin meminta maaf padaku? Kau pikir maafmu bisa mengembalikan Gaara, sialan! Kau telah membunuhnya berengsek. Kemana hatimu hah? Kau tidaklah lebih dari seorang biadab, aku tidak mau melihat wajahmu lagi."
Air mata Naruto dan gelas pecah yang membentur daun pintu adalah hal terakhir yang membuat Sasuke semakin menyesal. Jika ada hal yang bisa dilakukannya untuk merubah semua yang telah terjadi Sasuke pasti akan melakukannya tapi untuk saat itu tidak ad lagi yang bisa ia lakukan, ia terlambat menyadari kesalahannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You ( END )
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto Cinta yang terpendam selama lebih dari 6 tahun untuk seorang sahabat, Sasuke dan Naruto bertemu kembali setelah lama berpisah. Namun kata cinta itu terasa sulit untuk di ungkapkan terlebih setelah apa yang terjadi di masa...