Sixteen

4.9K 509 29
                                    

Disaat kesempatan untuk Sasuke hilang sepenuhnya, Naruto tidak lagi bisa mengelak dari keputusan yang telah dia buat. Sekalipun, Sasuke telah mengungkapkan semuanya. Sekalipun, Sasuke sudah mengungkapkan perasaannya.

Hari itu akhirnya datang, Naruto termenung didalam salah satu bilik kamar mandi, pesta pernikahan dilangsungkan di sebuah gereja kecil yang tidak jauh dari apartemen yang ditempatinya.

Dia berdiam diri seperti orang bodoh disana. Mata sayu dan sembab karena tidak berhenti menangis sejak tadi malam. Beruntung selama dua hari ini ia tidak serumah dengan Shion, sehingga air matanya tidak perlu menjadi bahan pertanyaan.

Hatinya mendenyut sakit, pikirannya dipenuhi sekelebat memori menyakitkan yang terjadi beberapa hari lalu. Keputusan untuk menikah yang dia ambil sudah bulat, ia sudah bertekad, sekaligus memenuhi janji yang seperti tidak sengaja dibuatnya. Namun sekarang keputusan itu seperti sesuatu yang menjadi alasan kegundahan hati dan penyesalannya. Kenapa dia begitu menyesal. Kenapa dia ingin lari dari pernikahannya. Kenapa dia tidak ingin jika pernikahan yang tinggal menghitung menit itu sampai terjadi. Dia merasa telah melakukan suatu kesalahan besar.

Apakah karena Sasuke? Apakah karena pemuda Uchiha itu telah mengatakan kejujurannya, atau karena Sasuke telah mengungkapkan perasaan yang tersimpan sejak beberapa tahun lalu untuknya.

Dia bimbang, bagaimana mungkin perasaan itu menyerangnya, bukankah dia sudah melupakan Sasuke, juga perasaan terlarang itu? Lalu apa sekarang?

Setelah memukul cermin, Naruto mencoba menenangkan diri, mencoba menghilangkan sakit didadanya, dan meredam detak jatung yang semakin meliar. Tidak, apa yang sedang ia lakukan disini? Sementara di dalam gereja, tamu yang diundang tengah menunggu kedatangannya.
.
.
.
Orang-orang menyadari, ada bekas tangis dirupa tampan si pemuda. Apakah pengantin pria begitu bahagia? Tentu begitu pertanyaan yang terlontar dibenak para tamu undangan yang tidak seberapa.

Naruto berusaha untuk berdiri tegak, saat pintu utama gereja dibuka. Perlahan, memperlihatkan wanita cantik dalam balutan gaun yang anggun, terlihat sederhana namun memesona. Fokus Naruto beralih pada seorang anak kecil yang bertugas membawakan bunga. Haru, dengan senyum sumringah membalas tatapannya yang berdiri diatas altar pernikahan. Dia sama sekali tidak membalas senyum manis itu.

Naruto tertunduk, semakin dekat dia dengan pengucapan janji semakin takut dirinya untuk terus berdiri disana. Dia ingin kembali kedalam kamar mandi atau mungkin pulang.

"Aku mencintaimu Naruto. Kau tidak akan menyangka berapa lama aku menahan perasaan ini."

Bayangan Sasuke hari itu tiba-tiba berkelebat cepat. Suara Sasuke terdengar begitu keras masuk ke dalam pikirannya.

Naruto memejamkan mata. Rasa pusing menyerang.

"Mungkin sudah terlambat untuk mengatakannya. Namun kebodohanku dulu aku tidak ingin mengulanginya lagi. Jadilah milikku, aku sangat berharap jika ada tempat untukku dihatimu."

Naruto kehilangan keseimbangan tubuhnya. Dia hampir tumbang.

"Aku sudah mengatakan semuanya padamu. Kau sudah mengetahui alasanku. Aku sangat mencintaimu Naruto, aku tidak mau jika kehilanganmu lagi."

Dan penolakkan yang dia lakukan. Hatinya tahu, jika dia telah menjatuhkan keputusan yang salah. Dan tetap berdiri diatas sandiwara yang dibuatnya.

"Maaf Sasuke, tapi aku tidak bisa. Pernikahan kami tinggal menghitung hari, aku tidak bisa mengecewakannya."

Saat tubuhnya kembali oleng, seseorang menahan agar dia tidak terjatuh. Serta membuat dia sadar jika dirinya haruslah menerima takdir.

"Kau baik-baik sajakan Naruto?"

Shion.

Wanita itu ternyata telah berdiri disampinnya. Sedangkan dia tidak menyadari dan malah memikirkan orang lain. Tidakkah dia berpikir jika dirinya keterlaluan.

Upacara pengikatan janji segera dilakukan, Naruto diminta untuk mengucapkan sumpahnya oleh pendeta.

Bibir Naruto bergerak pelan mengikuti kata-dari pendeta didepannya.

Lalu saat pengucapan janji itu, seorang tamu bergerak dari tempat duduk, tidak mengambil perhatian orang lain, namun mengambil alih konsentrasi Naruto. Si tamu berjalan keluar dari dalam gereja. Naruto terpaku, bibirnya berhenti bergerak. Bukan karena melihat si tamu undangan yang keluar. Akan tetapi karena iris birunya menangkap sosok pemuda Uchiha berdiri di ujung pintu. Senyum kecil terukir saat dia membalas tatapan pengantin pria. Menandakan jika dia telah menerima keputusan yang Naruto ambil.

Pemuda Uchiha mengaku kalah.

Jika dulu ia menunggu waktu karena dirasa semuanya belum pasti. Kini semua itu telah terlihat didepan matanya, kepastian jika dia tidak akan pernah bisa memiliki Naruto.

Sasuke mengikuti jejak tamu yang sebelumnya untuk keluar dari dalam gereja. Dia berniat untuk kembali ke inggris pagi ini.

Dia tidak akan menyaksikan pernikahan itu sampai selesai. Tidak akan, dia tidak akan menyakiti dirinya sendiri lebih dari apa yang sekarang dia rasakan.

Sepeninggal Sasuke, acara pernikahan menuai keributan saat pengatin pria benar-benar tidak sanggup lagi untuk berdiri hingga akhirnya jatuh pingsan. Pengatin wanita memekik panik. Mau tidak mau pernikahan tersebut terpaksa ditunda untuk sementara waktu. Setidaknya, sampai pengantin pria sadar dan sanggup untuk melanjutkan lagi acara pernikahannya.
.
.
.
.
.
Mungkinkah cerita tentang mereka berakhir sampai disini? Bagi Sasuke, perjuangannya memang hanya sampai disini, sudah waktunya dia melupakan Naruto begitu pula sebaliknya. Dan Naruto tidak akan mungkin mengecewakan Shion, yang ditanggalkan oleh kakaknya. Juga si kecil Haru.

Pertanyaannya, untuk apa mereka dipertemukam kembali, jika hanya untuk mengulangi lagi rasa sakit yang sama seperti dulu. Bahkan yang sekarang jauh lebih sakit. Ini begitu tidak adil.

End????

Of course, Not.. 😂😂😂

Love Is You ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang