EightTeen

4.9K 498 26
                                    

'Aku tahu jika kelakuan adikku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku tahu dosa apa yang telah dilakukannya di masalalu. Atau seberapa besar rasa sakit yang dia berikan padamu. Akan tetapi, aku pun tahu sejauh mana adikku menderita, selama bertahun-tahun dihantui penyesalan dan berharap mendapat satu kesempatan lagi. Ya, sebenarnya itu hakmu jika kau tidak mau memaafkannya. Semua terserah padamu, hanya saja aku berharap kau sudi bertemu dengannya. meski hanya untuk satu kali lagi.'

Pesan yang baru saja di terimanya dari Itachi. Setelah tadi pria itu tiba-tiba marah dan pergi begitu saja, sekarang dia mengirimi pesan.

Naruto memaki, mengumpat dan bicara hal kotor, kepalanya pusing. Detak jantungnya menggila.

Bukankah masalah antara dia dan Sasuke sudah berakhir sejak lama. Sejak dia memutuskan untuk menikahi isteri almarhum kakaknya. Bukankah saat itu, dengan nyata dia mengalami pernikahannya. Melihat punggung Sasuke yang pergi karena dia telah memilih Shion. Meski telah mengetahui kebenarannya dari mulut Sasuke, meski sudah mengetahui perasaan Sasuke terhadapnya, dan dia masih memilih untuk tetap melanjutkan pernikahannya dengan Shion, meski saat itu dia begitu sangat ingin memanggil nama Sasuke. semuanya telah berakhir, hari itu juga. iya kan?

Dia sudah lelah! Kepada siapa patutnya ia mengatakan seberapa melelahkan hidup yang dijalaninya. Putus asa, dengan apa yang dia pilih. Bertanya-tanya kesalahan seperti apa yang dulu dia perbuat hingga menghasilkan buah yang seperti ini. Dia selalu berusaha untuk menjadi orang yang baik, untuk tidak mengganggu hidup orang lain bahkan untuk jatuh cinta. Semenjak dia mengecap perasaan itu, lalu merasakan sakitnya, dia memilih untuk menjauh.

Apa sebegitu murkanya Tuhan, sehingga tidak memberinya waktu untuk merasakan bahagia, tersenyum sungguh-sungguh hanya karena dia pernah jatuh cinta. Hanya karena pernah mengenal satu nama yang membuatnya berdebar-debar. Pernikahan yang dia anggap jalan untuk merubah hidupnya pun tidak menghasilkan apa-apa. Tidak memberikannya keluarga yang penuh kehangatan.

"Papa?" Naruto langsung menoleh, spontan mengusap cepat kedua pipinya. Lalu mengulas senyum.

Tak lama ia menjawab ya dengan suara sedikit serak. "Kenapa Papa menangis?" Naruto menggeleng, "Sama sekali tidak." berbohong. Tapi air mata terkadang bisa menjadi kejujuran, tangan kecil itu lebih cepat menghapusnya ketika kembali mengalir.

Sasuke, mengapa nama itu yang selalu menjadi bayang kepedihannya.

Kenapa harus Sasuke lagi yang membuatnya menangis. "Mungkin karena rasanya sakit!" Naruto menjawab. menutupi wajahnya dengan sebelah tangan, bibir bergetar, isak tangis mulai terdengar. Meski saat ini ada tubuh kecil yang memeluknya, air mata Naruto tetap tidak mau berhenti mengalir. Masalah rumah tangganya dengan Shion sudah jelas diujung tanduk, dan entah bagaimana nanti kedepannya. Dan sekarang masalahnya dengan Sasuke ternyata masih berlanjut bahkan sampai melibatkan pihak lain. Masalah yang dia pikir sudah usai.

"Apakah paman tadi melukai Papa? Apakah dia mememukulmu? Bagian mana yang sakit Pa?"

Itachi sama sekali tidak memukulinya juga tidak melukainya, hanya membuatnya harus mengingat lagi dan lagi. Sekarang ini masalah yang dia hadapi sudah bertambah banyak, dulu Kyuubi pernah mengatakan jika Beban hidup tidak ada yang ringan  kenyataannya memang begitu.

"Haru, Haru mau tidak tinggal bersama dengan Paman Iruka untuk seminggu kedepan?"

"Kenapa tinggal dengan Paman Iruka? Aku tidak mau!"

"Papa mau pergi sebentar. Hanya seminggu setelah itu Papa akan menjemputmu lagi. Bagaimana?"

"Apa Papa memang harus pergi?"

"Ya."

Mungkin saja dia memang harus menemui Sasuke terlebih, dulu, melihat keadaan si bungsu Uchiha. Ya, dia akan datang sebagai teman yang menjenguk temannya. Dia tidak akan bisa menghindar, Itachi sepertinya tidak akan berhenti sampai dia berhadapan dengan Sasuke yang katanya sekarang berada dalam keadaan sekarat. Entah apa maksudnya.

Dia akan meluruskan semua masalahnya dengan Sasuke, supaya hati dan pikirannya juga bisa merasa tenang.

Baiklah dia sudah memutuskan untuk menemui Itachi besok.
.
.
.
Aku sadar jika fic ini lama sekali updatenya dan votenya pun semakin lama semakin menurun.. Aku kehilangan gairah, dan semangat menulis.. Tapi tiba2 aja fic ini mendapat rank, ya meski ranknya terlalu jauh.. Tapi paling tidak dpt rank lh.. Cukup untuk membuat ku kaget sekaligus senang, menandakan jika masih ada yang menyukai fic ku ini.. Ya tentu saja berkat kalian semua... Terimakasih banyak.. Ini untuk yang pertama kalinya.

See you in the next chap..

Love Is You ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang