Sepuluh

36 4 0
                                    

"Kak?" Rara menyerngit, dia bingung dengan sikap kakaknya itu.

"Ra, kakak mau ngomong sesuatu, tapi kamu jangan nangis dan sedih, ya." Aldo menghela nafasnya, berusaha tegar di depan adiknya.

Rara mengangguk dan bertanya, "Apa?"

"Sebenarnya.. se.. se.. sebenarnya............"

*SKIP*

Rara terkejut dengan apa yang Aldo katakan. Dia sangat tidak percaya akan kenyataan yang terjadi sekarang.

"APAA!!! NGGAK, INI NGGAK MUNGKIN!!! NGGAK KAK!! NGGAK!!! KAKAK BOHONG!! KAKAK BECANDA!! KAKAK CUMA BOHONGIN RARA!!!" teriak Rara. Dia tidak bisa menerima pernyataan Aldo.

"Iya, Ra, Kakak nggak bohong. Kakak juga terkejut saat mendengar berita ini. Kakak juga sakit, Dek!" sambung Aldo.

"Nggak, Kak! Hiks. Ini nggak mungkin. Hiks hiks hiks.!!" tangis Rara pun pecah. Aldo sangat tersiksa sekarang. Untuk menangis pun rasanya tak sanggup.

"Iya, Dek. Ayah dan ibu meninggal tadi. Jazadnya pun masih di rumah sakit." Jelas Aldo. Suaranya terdengar sangat lemah.

"Kak, ayo ke RS. Kita ambil jenazah mereka, Kak. Aku ingin melihat wajah mereka." pinta Rara.

"Nggak bisa, Dek. Wajah dan tubuh ayah ibu benar - benar hancur. Susah dikenali." Jelas Aldo lagi. Matanya mulai mengeluarkan butiran butiran air.

"Hiks, hiks, hiks. Kenapa? Kenapa harus ayah dan ibu?!!" Rara menangis sesenggukan. Dia masih tidak percaya dengan yang terjadi.

Baru empat hari dia tinggal bersama ayah dan ibu, namun mereka harus berpisah lagi. Bahkan selamanya.

------

Malam ini jenazah orang tua Rara akan langsung dimakamkan. Kakek dan nenek Rara pun datang. Orang tua Rara ternyata meninggal dalam kecelakaan mobil saat akan pulang ke rumah.

Aldi yang telah dikabari berniat akan pulang malam ini juga dari Jepang. Tapi mungkin sampai pada tengah malam nanti.

Setelah selesai memakamkan kedua orang tuanya, Rara mengurung diri di kamar.  Dia tidak mau berbicara. Bahkan tadi di pemakaman, dia sama sekali tidak menangis. Entahlah.

"Do, kakek dan nenek pulang dulu, ya. Soalnya rumah nggak ada yang jaga!" pamit kakek.

"Iya, Kek. Iya tidak apa apa. Aldo berani, kok. Masih ada Rara juga." jawab Aldo.

"Tolong jaga Rara dengan baik, Do." Pinta Nenek.

Aldo hanya mengangguk. Kakek dan nenek pun pulang.

Rara di kamar sedang menangis. Ia merasa sangat sedih. Baginya ini sungguh tidak adil. Baru 4 hari Rara tinggal di sini, di rumah Ayah ibu, tapi ayah dan ibu sudah pergi meninggalkan Rara.

"KENAPA!!!" teriak Rara. Rara mengambil foto ayah dan ibu.

"Ayah, Ibu, Rara sayang kalian. Kenapa kalian harus pergi? Rara belum bisa tanpa kalian!" rintih Rara.

"AAAARRRRGGGGGHHHHHHHH!!!!!!" Rara berteriak sambil melempar foto yang ada di tangannya.

'Prangg!!'

Aldo mendengar keributan dari kamar Rara.

"Bunyi 'prang' apa itu?" tanya Aldo penasaran. Aldo pun berlari ke kamar Rara.

Berapa terkejutnya dia melihat keadaan adiknya itu. Rara sangat kacau, benar benar kacau.

"Hah?! Ya ampun, Ra. Sadar, Ra, sadar. Kamu harus relakan ayah dan ibu, Ra." hibur Aldo.

Azzahra Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang