Dua

73 3 0
                                    

"Udah ya, Ra. Jangan nangis lagi, kamu juga nggak akan pisah dari nenek selamanya kok." Nenek Rada mencoba menghibur cucu kesayangannya itu. Rada memang cucu perempuan satu satunya.

"Iya, Nek. Rara pamit, ya. Nenek dan kakek sehat-sehat, ya. Kalau kangen sama Rara telfon, ya. Rara sayang kalian!" Ucap Rada panjang lebar. Dia menghambur ke pelukan neneknya lagi.

"Iya Ra, palingan juga kamu yang kangen kakek. Hehehe." Kakek terkekeh mendengar ucapan cucunya itu.

"Hmmm. Baiklah, Rara pergi. Dah,  kakek! Dah, nenek!" pamit Rara sambil melambaikan tangan.
Kakek dan nenek membalas lambaian tangan Rara sambil tersenyum.

*SKIP*
Ayah menyetir mobil dengan kecepatan standar. Karena tidak macet, lama perjalanan mereka hanya kurang lebih dua jam. Selama perjalanan, Rara memandangi jalan hingga tertidur pulas.

Sesampainya mereka di komplek perumahan, ayah membangunkan Rara. Sudah lama sekali Rada tidak berkunjung ke sini. Rara merasa senang bisa kembali ke sini.

Akhirnya, sampailah mereka di depan rumah. Rara turun dari mobil dan menurunkan semua barang barangnya. Setelah semua diturunkan, ayah memarkirkan mobilnya.

Saat Rara hendak mengangkat kopernya, tiba tiba ada yang meyambarnya.

"Udah, Dek, biar kakak aja, ya, yang bawa masuk!" katanya.

"Hmm, makasih, Kak!" ucap Rara.

Dia masih saja manis ke Rara. Padahal mereka sudah dua minggu tidak bertemu. Iya, dia  Aldo, kakak Rara. Dia adalah orang yang paling Rara rindukan di rumah ayah.

Rara memasuki rumah tanpa ragu. Rara melangkah dan sampai di ambang pintu. Rara melihat ibu dan Aldo yang baru saja masuk, tersenyum bahagia. Mereka menyambut Rara dengan penuh kehangatan.

Sudah lama mereka mengharapkan momen ini. Sejak kelas 1 SMP mereka membujuk Rara agar mau tinggal bersama mereka, tapi Rara selalu menolaknya. Hingga hari ini mereka benar benar terlihat bahagia.

*Rara's POV*
Senyum mulai merekah di bibirku, aku tak bisa menahannya. Ibuku menghampiriku dan memelukku. Aku bisa merasakan aroma rindu yang tercium dari pelukan ibuku. Aku membalas pelukannya. Aku pun sangat rindu padanya.

**

Disela pelukan ibu, Rara melirik ke arah Aldo. Rara melihat seorang pria tampan, putih, tinggi, dan kira kira berusia 5 tahun lebih tua dari Rara.

Dia melihat Rara dengan penuh penasaran. Rara pun juga begitu.
Rara memberanikan diri bertanya pada ibu. Sangat lirih , suaranya hanya terdengar oleh ibu.

"Bu, siapa pria itu?" tanya Rara penasaran.

"Kamu mau tau, ya, Neng? penasaran?" Ibu berbalik tanya.

"Ah, iya, Bu. Banget."

"Tanya aja sendiri, Ra. Kenalan aja!" perintah ibu.

"Hmm, itu sangat membantu ibuku sayang."

*SKIP*
Setelah selesai membereskan barang barang nya, Rara menuju meja makan untuk makan siang bersama keluarga. Ayah, Ibu, dan Aldo bercerita banyak hal. Hanya Rara dan pria yang tidak Rara ketahui namanya yang tidak berkata kata.

Selesai makan, Rara berniat untuk menelepon nenek. Dia menuju meja telepon dengan buru buru. Dia tak sengaja menabrak dan memeluk seseorang. Rara tak tau, tapi entah kenapa Rara mengenal pelukan itu.

Dia adalah pria yang tidak Rara ketahui namanya dan apa hubungannya dengan Rara.

"Oh, mmm, ma... maaf." kata Rara. Rara menunduk, dia sedini takut.

"Kamu siapa, sih? Apa kamu Rara? Adik perempuanku yang sangat lucu itu?" Tanyanya. Dia memandangi wajah Rara yang sedang tertunduk.

"Aku Rara, dan kamu siapa?" Tanya Rara kemudian.

"Pantas saja aku seperti mengenal pelukanmu. Aku Aldi, aku kakakmu. Kakak sulungmu." kata Aldi, dia masih menatap Rara, berharap agar adiknya ini mengenalinya.

"Aku hanya punya satu kakak dan itu kak Aldo." Elak Rara.

"Kakak paham , Ra. Kakak memang pergi ke Jepang sejak kamu berusia tiga tahun. Kakak diasuh oleh teman ayah dan bersekolah disana. Kamu memang pernah bertemu kakak, tapi pasti kamu sudah lupa." jelas Aldi.

"Tapi kenapa kakak nggak pernah pulang?" tanya Rara lagi. Sekarang dia menatap Aldi dengan perasaan tidak percaya.

"Aku pulang, kok. Tapi kamu nggak pernah melihatku karena kamu di rumah kakek. Aku sangat rindu padamu. Dan saat aku melihatmu tadi siang, aku teringat seseorang, makanya aku menatap kamu seperti itu." Jelasnya.

"Hmm, kamu udah besar, ya, Ra. Cantik dan manis pula." kata Aldi kemudian sambil mengelus puncak kepala Rara.

Rara memeluk Aldi. Perasaan nyaman tiba tiba muncul saat bersamanya.

"Maaf, ya, Kak. Rara lupa sama Kakak. Maaf, ya, Kak!" Ucap Rara dengan nada sedih.

"Iya, tidak apa apa, sayang." Jawab Aldi.

"Kakak benar benar orang Jepang ya, bukan Korea?" Tanya Rara sambil menatap wajah Aldi. "Mirip Lee Min Ho banget." Ungkapnya kemudian.

"Ah, bisa aja kamu, Dek." Aldi tersipu. "Eh, hidung kamu dari dulu nggak mancung mancung, ya!" Ledek Aldi.

"Ih, kakak nyebelin!" Gerutu Rara.

Aldi tertawa, hanya Rara yang bisa membuat dirinya tertawa seperti ini. Sama seperti dulu.

"Eh, Kak, aku mau telfon Nenek dulu, ya." Kata Rara kemudian setelah Aldi berhenti tertawa.

Aldi mengangguk dan tersenyum. Rara pun mengangkat gagang telepon dan menekan beberapa tombol. Tidak berapa lama, panggilan tersambung.

Rara pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya baru saja pada nenek. Aldi pun ikut berbicara dengan nenek. Senyum keduanya merekah sempurna.

*****

Maaf masih pendek, ya. Feel nya juga belum dapet.
Jangan lupa vote, ya.. ;) Thanks..

Azzahra Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang