Materi: Rasa yang Kuat Dalam Narasi Baku/ Membangun Feeling Cerita dengan menggunakan narasi baku.
Hari: Sabtu, 4 Maret 2017
Tutor: Stella Olivia Stellaoliviaalda
Notulen : Jeon_Eun Jeon_Eun
Disclaimer: theWWG>>>>>>>>>>>==== MATERI ====<<<<<<<<<
Oke, kita sering berpikir bahwa kalimat yang baku selalu terkesan kaku dan tidak menarik. Padahal menurutku pribadi, membaca buku yang ditulis dengan kalimat baku justru lebih menyenangkan.
Aku sendiri lebih suka menulis dengan bahasa baku, namun tetap memerhatikan sasaran pembacaku. Saat menulis novel romance dewasa, aku menulis dengan pola pikir orang dewasa walau tetap menggunakan bahasa baku.
Sedangkan untuk buku berseriku yang akan segera terbit, aku juga berpegang pada kalimat-kalimat baku namun menulis dengan gaya bahasa anak muda yang asyik dan renyah.
Jadi, paham kan kalau tidak selamanya menulis dengan bahasa baku itu tidak menarik? Asal si penulis kompeten merangkai cerita, naskahmu bakal tetap baper! Hehehe
Jadi? Gimana caranya?
★1.
Pertama adalah soal mendalami isi cerita. Seorang penulis harus paham dong bagaimana detail-detail isi cerita, karakter setiap tokoh, sampai konflik-konflik yang muncul dalam cerita.
Setiap detail yang ada harus dibayangkan sejelas mungkin, baru ditulis dengan hati. Jadi, walau dengan bahasa baku sekalipun, isi cerita tetap nikmat dibaca karena penulisnya menguasai setiap kejadian dan mampu menuliskannya dengan detail.
Contohnya begini.
“Frans! Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku dua hari ini, sih?” Angela bertanya dengan nada agak kasar. Matanya jelas tidak bisa menyembunyikan kalau ia sedang kesal sampai-sampai gadis itu sedikit melotot. Dan, jari telunjuknya bahkan sudah menunjuk ke arah lelaki di hadapannya.Yuk, sekarang giliran kalian! Kasih contoh ke aku dong beberapa kalimat dengan penggambaran yang sangat detail sehingga pembaca bisa membayangkan sejelas-jelasnya kejadian yang sedang kalian tulis. Setiap member boleh mencontohkan satu hal saja.{Latihan 1}
★2.
Yang kedua adalah soal karakter setiap tokoh. Seorang penulis tentu sangat hafal karakter setiap tokoh yang ditulisnya, dong?
Kalau dia menulis tokoh A sebagai gadis yang galak, sebaiknya penulis memperkuat hal itu dengan kalimat-kalimat pendukung yang benar-benar meyakinkan pembaca kalau si A benar-benar sosok gadis yang galak.
Karena kalimat ‘Angelica tumbuh sebagai gadis yang galak’ saja tidak pernah cukup.
Contohnya begini.
“Hei, kamu pikir kamu itu siapa?” Angelica menatap lawan bicaranya dengan pandangan sinis sekaligus raut wajah tidak bersahabat. Nada suaranya tinggi dan ia menghembuskan napas dengan sangat kasar tepat di hadapan lelaki itu.Paham, kan, kawan?
Membaca kalimat itu bakal membuat pembaca sungguh-sungguh bisa menjelajah masuk ke dalam ceritamu dan merasakan atmosfer naskahmu. Dengan begitu, pemaparan karakter tokoh yang kuat bakal membuat pembaca selalu mendapat feel-nya.
Yuk, sekarang giliran kalian. Contohkan padaku dong tentang satu tokoh beserta pemaparan karakternya yang kuat. Silakan{Latihan 2}
★3.
Yang terakhir adalah soal konsistensi. Naskah fiksi disebut keren ketika penulisnya mampu mengaitkan setiap kejadian yang ditulisnya.
Kalau di awal cerita kita menulis momen pertemuan gadis dengan seorang mahasiswa fakultas hukum, setelahnya harus ada korelasi dari momen tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Menulis The WWG
RandomBuku ini berisi kumpulan pelajaran, teknik menulis, tips-tips, dan langkah-langkah dalam menulis yang dikumpulkan dari pembelajaran kelas di grup @theWWG dan mungkin beberapa sumber lainnya. Materi pembelajaran kami di sini menjadi disclaimer 'Wri...