63. One Night Sharing with Dya Ragil

871 62 8
                                    

Kelas bersama Dya Ragil
Materi: ONS
Hari/Waktu: Minggu, 21 Mei 2017
Moderator: Yudi yudiiipratama dan Ardan Ardanwangjanim
Notul: Metha MethaSaja

Intro:
Saya orang jogja. Karya cetak ada empat yang tercatat di goodreads: novel ada dua (sebelas, starlight), kumcer ada dua (saya cuma salah satu kontributor)

Tadi dikasih tahu juga tentang menyisipkan pesan dalam tiap chapter, apakah perlu atau tidak. kalaupun perlu, bagaimana caranya?

Jawaban untuk itu, menurut saya sendiri sih cukup fleksibel.

tidak ada aturan pasti yang mengharuskan harus ada pesan dalam sebuah karya tulis. Itu kebebasan penulis untuk menyertakannya atau tidak.

Kalau saya ya, style menulis saya sih pesan dalam tulisan itu salah satu faktor penting, jadi mungkin sadar atau tidak sadar, saya selalu menyisipkannya dalam karya-karya saya.

Kalaupun tidak ada pesannya juga menurut saya bukan sebuah dosa. Cuma ya saya bakal merasa karya saya tidak utuh saja kalau tanpa pesan.

Kalau dalam setiap chapter sih tidak harus. Maksud saya, berapa kata atau berapa halaman sih biasanya kita bikin cerita per babnya? Ada yang panjang banget, ada juga yang cuma seuprit. Dan kadang tidak akan cukup untuk menyisipkan pesan apa pun. Jadi, saya lebih mengutamakan jalinan yang mulus antarbab daripada menonjolkan pesan. Kalau ada pesannya ya syukur, kalau tidak ada yang bukan masalah.

Yang penting plot cerita nyambung dan tidak tersendat-sendat. Ada pesan moralnya, itu bonus.

Kenapa menurut saya pesan moral itu penting, walaupun tidak wajib ada? Karena kita itu menulis untuk apa sih? Saya sendiri menulis biar tidak hanya lahir, hidup, mati, udah. Tapi ada bagian dari diri saya yang tercatat dalam sejarah, walaupun hanya sekadar nama dalam buku yang saya tulis. Dan kalau tujuan saya seperti itu, akan lebih baik jika orang yang membaca tulisan saya bisa mengambil manfaat walaupun sedikit. Makanya, saya selalu menaruh pesan moral di tiap tulisan saya.

********************
Q&A
********************

Q1
Mba Dya, mau tanya. Biasanya kalau Mba Dya nyelipin pesan dalam perbab itu, sering di bagian mananya Mba? Dalam cerita atau bagian atas, atau penutu Bab?

A1.
Tidak tentu sih. Saya tergantung feeling aja. Tergantung keperluan cerita. Bisa di mana pun. Yang paling penting, pesan itu jangan menggurui. Pesan moral yang sama sekali bukan favorit saya itu ketika di ending penulis menyampaikan pesan secara gamblang dan menyimpulkan keseluruhan cerita hanya dalam beberapa kalimat.

Pesan yang disampaikan di akhir untuk menyimpulkan cerita itu seperti menghancurkan kenikmatan membaca yang sudah dialami sepanjang buku.

Jd biar pmbaca yg mnyimpulkan sndiri apa pesannya ya >> yep, karena saya percaya pembaca itu tidak bodoh. Pembaca bisa menyimpulkan dan menarik pelajaran sendiri dari pesan yang sudah disebar di keseluruhan buku.

*

Q2.
Kalau pesan yang ingin kita sampaikan tidak dapat ditangkap oleh pembaca apakah kita termasuk gagal ?

A2.
Menurut saya sih nggak ya. Karena bagaimana pembaca bisa menangkap pesan ya itu tergantung pembaca sendiri. Kadang ada pesan yang disiratkan dalam banget hingga cuma orang-orang yang memang kerjanya menganalisis cerita yang bisa menemukan pesan itu. Dan itu bukan pertanda kalau penulisnya gagal.

*

Q3.
Kadang ada pesan moral yang ingin disampaikan. Tapi pesan itu nggak sampai karena pembaca terlalu fokus pada karakter di dalam cerita. Kadang pesan yang kita maksud A tapi pembaca menangkapnya B. Nah kan jd beda. Padahal kita udh berusaha menyelipkan beberapa pesan di setiap bab atau beberapa babnya.

Kelas Menulis The WWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang