17 : Tersangka

184 28 0
                                    

Seperti biasa, aku menjalani hari-hariku dengan penghinaan seperti hari ini.

"Hei!"

Aku menoleh, mendapati Elly sedang menepuk bahuku, aku membalas sapaannya dengan senyuman.

Kami berjalan beriringan menuju kelas, hari ini aku tidak datang terlalu pagi. Malah ini aku baru datang sedangkan bel akan berbunyi lima menit lagi.

Tadi aku bangun kesiangan karena kemarin aku sibuk searching di internet tentang pembunuhan.

Ternyata kabar Rena menghilang itu sudah tersebar di mana-mana, kenapa? Karena Rena adalah anak dari pengusaha terkenal jadi wajar saja.

Beberapa orang mengira ia mati atau di bunuh sedangkan organ tubuhnya dibuang, padahal itu dimakan oleh aku dan Elly hehehe.

Sedangkan Ashley hanya menjadi bahan pembicaraan saat ini.

"Kau tahu, Ibu Ashley menemukan kepala Ashley di dalam kardus. Hanya kepalanya saja."

"Jahat sekali yang melakukannya pasti mereka pembunuh yang kejam!!! Lalu di kemanakan yah organ yang lainnya?"

Oh tentu, kami sangat kejam, ya jelas kami makan lah organnya. Kalau ginjal seperti itunya sih kami jual.

Bunyi bel menghentikan gosip mereka, satu persatu dari mereka masuk ke kelasnya masing-masing.

Termasuk kami berdua.

•••

Bel istirahat telah berbunyi, murid-murid berdesakkan keluar dari kelas.

Aku dan Elly berjalan menuju halaman belakang sekolah seperti biasa.

Aku dan Elly duduk di bawah pohon beringin seperti biasa.

"Eh kau ing---" Ucapanku terhenti saat tiba-tiba Ara dan Vee menghampiri kami.

Apa-apaan ini?

"Hei!"

Aku menoleh pada Elly, kemudian aku berdiri dari dudukku.

"Kalian berdua yang membunuh Ashleykan! Jujur. Dasar pembunuh!" maki Vee.

Aku mengernyit, "Maksudnya apa sih? Aku tidak mengerti. Pembunuh apa?"

"Udah tidak usah banyak omong, jujur saja. Kalian berdua akan kami laporkan pada polisi!" teriak Vee keras.

Ara tiba-tiba mendorong bahuku hingga aku hampir jatuh ke belakang jika saja Elly tidak menahanku.

"Pembunuh! Tidak usah ngeles. Kemarin aku melihat kau turun dari mobil dengan baju bernoda darah membawa kardus ke depan rumah Elly! Jahat. Munafik!" bentak Ara.

"Hei apa-apaan kalian ini, menuduh tanpa bukti. Silahkan jika kalian ingin melaporkan kami pada polisi, kami bisa menuntut kalian atas penfitnahan tanpa bukti!" ucap Elly.

Senjata makan tuan.

"Apa?! Kenapa begitu. Jelas-jelas Ara melihatnya sendiri, dasar kalian. Lihat saja, tidak lama lagi kalian akan mendekam dalam penjara! Ayahku seorang polisi."

"Silahkan, ayahmu juga sepertinya tidak bodoh seperti kau, ia tidak akan memasuki kami ke penjara jika tidak ada bukti meskipun kau anaknya," tantangku.

"Argh!" geramnya.

"Lagipula mungkin kau salah lihat, tau dari mana kau kalau itu Jena? Matamu saja yang rusak. Jangan menuduh tanpa bukti deh!" bela Elly.

"Mataku tidak rusak hei! Memang benar itu Jena. Liat, suatu saat aku akan membuktikan bahwa itu Jena dan kau si pembunuh!"

Ara dan Vee meninggalkan kami berdua sambil menghentakkan kakinya.

"Haha senjata makan tuan," ucapku sambil tertawa.

"Skakmatkan. Kita sekarang sudah dalam zona berbahaya, mereka berdua sudah tahu kalau kami pembunuhnya. Kita harus cepat-cepat memusnahkan mereka," kata Elly.

Aku mengangguk.

"Pulang sekolah kita bunuh target selanjutnya, siap?"

"SIAP!"

•••

Ini part geje parah, pendek hehe. Dari besok-kamis depan gak bakal update. Disibukkan dengan UTS😂

Bakal update lagi dari Jumat/Sabtu. Ntar double update deh. Diusahain bakal update kalo ada sisa waktunya.

Baca cerita baru juga yah, judulnya Catatan hati seorang jomblo genrenya non fiction. Buat gabut-gabutan doang. Sama satu lagi judulnya The Choice, genrenya teen fiction hehe.

Next part : Korban ke ...

Lupa.

Jangan lupa tinggalkan jejak yah, comment + vote. Makasihhh :3













































































































Girl Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang