19 : Kecelakaan Tak Terduga

299 40 3
                                    

Aku tersenyum ketika melihat Elly melontarkan sebuah candaan.

Tidak tertawa.

Hanya tersenyum.

Entah kenapa belakangan ini aku merasakan sesuatu yang aneh.

Ah, aku tidak peduli.

"Eh, kau ingin makan daging manusia lagi tidak?"

Aku mengernyit kemudian mengangguk, "Dapat dari mana?"

"Dari rumah," jawabnya.

Lho? Dari rumah bagaimana? Tidak mungkinkan ia membunuh Ib--"

"Hasil membunuh ibuku."

Krik.

Aku tidak dapat mempercayai ini, tidak mungkinkan ia membunuh ibunya sendiri, lantas kenapa?

"K-kok bi-bisa?"

"Kemarin, aku dan Ibu bertengkar kemudian Ibu membentakku sambil berkata kalau aku anak anjing, aku anak yang tidak pernah diharapkan. Jelas, aku kesal dan marah. Walaupun ucapan ibuku tidak benar 100% tetapi tetap saja aku marah pada ibuku. Saat itu aku bercerita pada adikku dan adikku yang memberi saran ini, kemudian aku dan adikku memang sedang lapar jadi kami membunuhnya lalu aku dan adikku memakan bagian tubuhnya sedikit."

Wow, amazing! Apakah hanya aku yang tidak mempercayai ini? Atau kalian juga?

Seorang anak membunuh ibunya karena kesal?

Sepertinya, sejahat-jahatnya ibuku, aku tidak berani melakukan itu. Karena aku selalu mengingat bahwa surga ada di telapak kaki ibuku.

"Kau tidak bohongkan?" tanyaku memastikan.

"Tidak, untuk apa aku berbohong. Jadi mau tidak?"

Tidak mungkinkan aku menolak? Aku juga lapar. Tapi kalau aku terima dosa tidak ya? Ah masa bodoh dengan dosa! Aku membunuh orang saja sudah lebih dari lima.

Aku mengangguk semangat sebagai jawaban.

"Yasudah kita gunakan mobilmu saja ke rumahku, kau belum pernah ker rumahku kan?"

"Belum, yasudah jangan membuang waktu kita pergi sekarang saja."

Aku duduk di bangku pemudi sedangkan Elly di bangku penumpang. Engh, Elly bisa mengemudi mobil tapi masih belum sepenuhnya bisa. Well, aku pun sebenarnya belum mendapatkan SIM (Surat Izin mengemudi) Ah bodo.

Aku mengemudi dengan kecepatan penuh.

"Gila, pelankan, aku tidak mau mati sia-sia di perjalanan ya," kata Elly tajam tapi aku tahu itu candaan.

Aku tertawa kemudian memelankan kecepatan laju mobil.

"Eh aku lupa siapa nama korban terakhir kita," kata Elly memecahkan keheningan.

"Vee, masa kau lupa sih astaga."

"HEHE, maafkan. Aku memang sudah tua ya? Wah. Pikun, aku jadi berasa nenek-nenek yang lupa ingatan deh."

Krik krik.

Aku tertawa.

"Belok ke mana?" tanyaku selang beberapa saat.

"Ke kanan, setelah itu kau akan melihat perempatan, tetap lurus kemudian setelah sampai pojok belok kiri," jelasnya.

Setelahnya aku sibuk menyetir, beberapa kali menghiraukan candaan yang dilontarkan oleh Elly.

"Nah belok kanan."

Aku membelokkan putaran setiran ke kanan.

"Stop ini rumahku."

Girl Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang