Aku sudah bertekad membunuh Bryan hari ini. Kakiku lagi pula sudah tidak begitu sakit.
Dan aku memang mengajak Elly untuk sama-sama membunuh Bryan. Elly juga sudah setuju.
Aku terkekeh seperti orang gila di koridor sekolah membayangkan betapa tersiksanya Bryan.
"Wah lihat, anak bodoh ini ternyata sudah gila."
Yang mengatakan itu adalah Bryan.
"Yaiyalah, aku kan sedang memikirkan saat melihat kau tersiksa dan penuh penderitaan, itu lucu tau." Tadinya aku ingin mengatakan itu, tapi sepertinya aku harus pikir-pikir dahulu.
Aku hanya menunduk.
Plak.
Plak.
Tamparan itu sukses melayang si pipi kanan dan kiriku.
"SUDAH KUBILANG KALAU BERHADAPAN DENGAN KAMI, KAU HARUS MELIHAT KE ARAH KAMI. MENGERTI?" bentak Anu.
Bodoh dasar, pipiku kan jadi sakit seperti ini. Lihat saja, kau korban setelah Bryan.
Dasar bastard!
Aku mengangkat kepalaku, dan mataku langsung menangkap tatapan maaf dari Oka. Uh.
Aku tersenyum tipis ke arahnya.
Diam-diam aku juga tersenyum sinis ke mereka, kecuali Oka.
Sepertinya aku bertekad kalau Oka adalah satu-satunya anggota dari mereka yang selamat.
"Nah seperti itu, baguskan. Kami jadi bisa menatapi wajah jelekmu dengan puas." Bryan tertawa.
"Seret dia." Perintah Anu langsung dituruti Bryan dan Dannis.
Sedangkan Oka malah menatap tajam Anu, "Hei, dia perempuan, jangan di kasari."
"Oh jadi kau mulai melawan kita dan membela gadis bodoh ini?"
Oka tidak takut sama sekali dari wajahnya, ia malah mengangkat wajahnya tinggi-tinggi, "Hanya lelaki bajingan yang mengasari perempuan."
"Maaf? Kau bilang diriku bajingan? Sepertinya kau harus mengaca. Mulai detik ini, kau resmi keluar dari Gank ini. Terserah kau mau apa, pergi sana."
Anu menendang Oka kasar.
Kemudian Bryan dan Dannis membawaku ke gudang belakang sekolah.
Setelah itu yang terjadi? Aku ditindas seperti biasa. Well, mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal.
•••
Baju bau amisku tidak membuatku membatalkan misiku. Kali ini aku benar-benar akan membunuh Bryan.
Tadi aku sudah menelepon Elly agar terlebih dahulu ke rumahku dan mempersiapkan semuanya.
Bel sudah berbunyi sejak tadi, lima belas menit yang lalu. Dan seperti biasa, sekolah sudah sepi, hanya sisa beberapa murid saja.
Mataku menangkap sosok Bryan yang sedang merokok di halaman belakang sekolah.
Aku tersenyum devil.
Dengan cepat aku menghampirinya pelan-pelan lalu membekap mulutnya hingga dia pingsan.
Aku sudah memastikan tidak ada satupun cctv yang menyala.
Aku membopong Bryan pelan-pelan, memasuki ke dalam mobilku, kemudian mengemudi mobilku sampai ke rumah.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Behind The Mask
Bí ẩn / Giật gân[complete] Aku. Si gadis yang selalu ditindas. Tidak pernah dianggap. Selalu diabaikan. Dianggap sampah. Aku dulu selalu terdiam. Namun, kini aku telah berubah. Semua akan terbalaskan. Sesuai yang mereka lakukan kepadaku. Jika kamu melakukan yang sa...