29 : Korban Keempat Belas

142 22 7
                                    

Setelah asyik berbincang-bincang dengan Oka, kami memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai gelap juga. 

Tadi, setelah ingin membayar jumlah totalnya, Oka menolak untuk ditraktir. Katanya, "Sebagai cowok, aku yang harus membayar, bagaimana pun itu." Kurang gentle apa coba? Eh tapi hatiku tetap untuk Al haha. 

Aku sempat menolak, kan niatku mentraktir dia, kenapa dia yang jadi mentraktirku coba, lagi pula itukan tanda terima kasih, tapi lagi-lagi dia menolak, "Kau menemaniku hari ini saja sudah cukup kok sebagai rasa terima kasih." Begitu katanya. 

Yasudah, jadinya dia yang membayar. Tidak apa-apa juga, aku kan irit uang kalau begitu. Bagaimana-pun juga aku manusia, walaupun tepatnya iblis yang menjelma menjadi manusia, aku juga senang kali kalau ditraktir. 

Manusia itu selalu suka yang gratisan, benarkan? Eh.

"Kau ke sini naik apa?" tanyanya. 

"Mobil." Aku menjawab.

"Padahal tadi aku ingin mengantar kalau kau naik Taxi, kan sekalian kau irit uang juga daripada naik Taxi." Dia tertawa, aku juga ikut tertawa. 

Tuhkan ditawarin lagi yang seperti ini, kalau tau begitusih aku tadi naik Taxi saja, kan irit bensin mobil juga. Tidak tahu apa ya bensin sedang naik harganya.

Eh apaan sih, aku jadi berasa perempuan matre. 

Aku menoleh ke kiri. 

Tak sengaja mataku menatap sosok yang merupakan korbanku selanjutnya, Dannis. 

Nah, bagus. Kalau begitu aku tidak harus mencari dia, toh dia yang datang sendiri. 

"Mm, kau naik motor kan? Sepertinya bentar lagi hujan, sebaiknya kau pulang sekarang," saranku. 

"Oiya, bentar lagi hujan. Kalau begitu aku duluan ya, sampai bertemu di sekolah! Dah!" Ia melabaikan tangannya, sebelum dia berlalu dariku. 

"HATI-HATI!" teriakku. 

Aku berjalan mendekat ke arah Dannis sambil melihat keadaan sekitar, sepi. 

Oke ini cukup bagus untuk melancarkan aksiku. 

Aku bisa melihat, dia sedang menghisap batang rokok.

Aku dengan sengaja menyenggolnya agar rokok itu jatuh ke tanah. 

Dia mendongak, "Kau!" 

"Maaf," kataku sambil menyeringai.

"Dasar perempuan ca--" Ucapannya langsung terhenti ketika aku membekap mulutnya, dan dia jatuh pingsan. 

Tidak jatuh sih, kan aku tangkap. 

Aku mengangkatnya ke mobilku yang letaknya dekat dengan posisiku sekarang. 

Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh. 

Dan seperti biasa, aku menyuruh Elly ke rumah.

Sambil menunggu laki-laki ini sadar, aku memainkan ponselku. 

Tak lama, Elly datang, membawa? 

Camera? 

"Camera untuk apa?" 

"Foto-foto." Elly menjawab pertanyaanku. 

"Asyik." 

"Tuh korban sudah menunggu." 

Kami berfoto-foto ria dengan kamera milik Elly, sampai suara itu membuat kami berhenti berfoto-foto.

"Aku di mana?"

Girl Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang