Di depanku dan Elly, sudah tergantung sepasang sahabat.
Ya, Freya dan Vadilla.
Aku ingin membuat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
Sedari tadi, mereka memberontak meminta di lepaskan.
"Kita mulai saja, Jen," kata Elly.
Aku mengangguk, menyetujuinya. Maaf, aku tidak punya banyak waktu.
"Astaga, aku benar-benar tidak sabar karena ini kali pertamaku," lanjutnya.
"Aku duluan, ya." Elly mengambil cambukan.
Posisi Vadilla tergantung, sedangkan Freya, kami merantai tangannya.
"Akh, sakit! Lepaskan aku, sialan!" teriak Freya memberontak di saat Elly melayangkan cambukan pada Freya.
"SAKITAN KAU ATAU SAHABATKU YANG SELALU KAU HINA?!" teriak Elly keras hingga menggelegar di ruangan ini.
Wow, menyeramkan. Bahkan ia lebih seram daripadaku.
Vadilla menangis, meminta kami berhenti menyiksa Freya di depan matanya. Elly melayangkan cambukannya berkali kali, darah sudah bercucuran lewat tubuh Freya. Freya malah semakin mengeraskan teriakannya.
"Kau ini berisik sekali, sih!" bentak Elly. Elly melirik padaku dan memberi kode yang langsung aku balas dengan anggukan.
Aku mengambil pisau. "Karena kau selalu berteriak, dan membuat gendang telingaku nyaris pecah, aku potong saja lidahmu, bagaimana?" tanyaku seram.
"Kau, berani-beraninya!" ujar Freya.
Aku tak menghiraukan ucapannya. Aku menyentuh bibir tipisnya yang pastinya sudah dicumbui oleh banyak pria. "Tapi, sebelum aku memotong bibir manismu, izinkan aku mendengarkan ucapan maaf darimu."
Gadis malang itu berdecak, membuang pandangan seperti tidak berniat untuk meminta maaf padaku.
Aku menatapnya marah. Setelah semua perbuatannya selama ini, ia masih tidak mau meminta maaf padaku?
Tanganku mengcengkram pipinya dan mataku menatapnya tajam. "Minta maaf padaku!"
Ia meludahi wajahku. Sial.
"Aku tak sudi. Lebih baik aku mati saja dari pada meminta maaf pada orang yang akan membunuhku, dasar sialan."
Aku melepaskan cengkramanku. Menatapnya lebih tajam dari sebelumnya. "Baiklah kalau begitu. Biar kupotong saja bibir manismu ini."
Tanpa menunggu lagi, aku langsung memotong lidahnya secara sadis. Biarkan saja, supaya ia bisa menjaga omongannya.
Tepat saat aku memotongnya, suara teriakan yang berasal dari Vadilla terdengar. Ia menangis dan meronta-ronta.
Aku menatapnya dengan tatapan tertarik. Aku bosan dengan Freya. Aku mengambil pisau besar kemudian aku menusuk perut Freya dengan pisau lalu memutar mutar pisaunya sehingga terdapat lubang besar dibagian perutnya.
Setelah itu tidak ada suara apapun lagi dari Freya, hening. Hanya suara tangisan Vadilla yang terdengar.
"Bagaimana? Melihat sahabatmu tersiksa di depan matamu sendiri. Tidak enak, kan?" ucap Elly, itu pernyataan bukan pertanyaan.
Vadilla tidak menjawab.
Ternyata hal itu membuat Elly semakin marah. "JIKA DITANYA ITU JAWAB, KAU TIDAK PUNYA MULUT?!" teriak Elly marah. "Atau kau mau aku memotong bibirmu, seperti temanmu?"
Tangisan Vadilla semakin pecah, ia menggeleng pelan.
"Berisik sekali kau."
Elly menatapku. "Mulai sekarang saja, Jen?" Aku langsung menjawab dengan sebuah anggukan.
"Baiklah, sekarang giliran kau!" ucapku sambil bertepuk tangan senang.
Elly menyeringai. Ia menarik rambut Vadilla dengan kasar dan dibalas dengan teriakan dari gadis itu.
"Minta maaf, lah, pada temanku. Maka aku akan meringankan hukumanmu," ujar Elly masih dengan tangan yang memegang rambut Vadilla.
Vadilla menatapku dengan tatapan tak sudi. "Kau masih berani memintaku untuk meminta maaf? Setelah kamu membunuh sahabatku di depan mataku?"
Aku menyeringai. "For you info, aku membunuh sahabatmu yang satu lagi."
Vadilla melebarkan matanya. "Nilla?"
"Right."
"Sialan, kau! Akan kupastikan kau menemuiku di neraka!"
"Yeah, tunggu saja aku," kataku.
Sebelum akhirnya Elly menarik rambut Vadilla lebih keras dari sebelumnya. Oh, sepertinya rambutnya hampir lepas semua dari kulit kepalanya karena keluar darah dari sana. Lalu Elly membenturkan kepala Vadilla ke tembok dengan keras membuat darah keluar lebih banyak.
Dia sudah pergi?
Cepat sekali, kan aku tidak bisa mendengar tangisannya lagi.
Aku memotong jari jarinya hingga 10 bagian. Aku terkekeh. "Kita bisa memakan ini Elly, ini lezat."
Ia memandangku geli kemudian mengangguk. Aku menaruh jari-jari yang masih dihiasi oleh darah itu di atas piring kosong.
Aku juga memotong kaki kakinya.
Aku memutilasinya.
•••
"Kau ingin bagian yang mana?" tanyaku pada Elly.
"Hm, kau ingin yang mana? Aku ingin kakinya saja," jawabnya.
"Ya sudah aku tangannya. Sepertinya tidak kalah lezat dengan bagian kakinya."
Aku mengambil bagian-bagian itu lalu memotongnya kecil-kecil dan menusuk setiap tiga bagian ke satu tusukan sate dan membakarnya seperti aku membakar sate ayam.
Aku tidak bisa membayangkan seberapa enaknya daging-daging manusia sialan ini. Pastinya enak.
Tidak lupa aku menyediakan sirup darah dari manusia-manusia yang baru kubunuh.
Kami akan berpesta!
Setelah selesai membakar, kami berpesta memakan bagian-bagian manusia itu. Ini sangat lezat! Aku menginginkannya lagi. Aku akan menikmati hari ini! Hari dengan makanan paling melezatkan di dunia.
Daging manusia dengan darah manusia.
Bisa membayangkan seberapa enaknya?
Ah, aku akan merindukan menu ini.
•••
Hallo!
Jena sadis banget😭, ngetiknya sambil ngeringis, gais. Boro-boro makan daging manusia, baru ngetik aja udah mau muntah. Jangan dicontoh, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Behind The Mask
Mistero / Thriller[complete] Aku. Si gadis yang selalu ditindas. Tidak pernah dianggap. Selalu diabaikan. Dianggap sampah. Aku dulu selalu terdiam. Namun, kini aku telah berubah. Semua akan terbalaskan. Sesuai yang mereka lakukan kepadaku. Jika kamu melakukan yang sa...