11. Pecandu

4K 362 16
                                    

Vote dan Komen yaaa:D Bia ada diatas tuhhh😁

Enjoy!

***

Afkar melemparkan barang apapun yang bisa ia lempar saat ini juga. ia benar-benar membutuhkan pengalihan. Tubuhnya tidak bisa menahan rasa gejolak yang benar-benar menyakitkan. Rasanya ia benar-benar mau mati saat ini juga.

Kaca yang berada di dalam kamarnya, sudah hancur berkeping-keping akibat tonjokan sang empunya kamar. Rasanya Afkar benar-benar tidak bisa menahan rasa sakit ditubuhnya lagi, ia benar-benar merasa hancur dan tidak berguna saat ini juga.

Ia mengambil ponsel yang sudah tergeletak mengenaskan di sudut ruangan. Untung saja ponselnya masih bisa di pakai, walaupun layarnya sedikit retak. Afkar menghubungi seseorang. Ia benar-benar membutuhkan barang itu saat ini juga.

"Ric, gue be—ner bener butuh...." ucapnya setelah tersambung dengan orang di sebrang sana.

"Hm, yauda gue tunggu di tempat biasa. Sekarang."

Setelah mendengar persetujuan dari seseorang di sebrang sana. Dengan keadaan yang kacau, Afkar tetap melanjukan motornya dengan kecepatan tidak wajar. Untung waktu sudah menunjukan pukul 1 malam, jadi jalanan pun sudah sepi dan kosong.

"Ric, mana?" tanya Afkar langsung sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Lo kapan sih mau berhenti pake barang haram ini? Gue emang pengedar, tapi gue juga nggak mau kalo lo sampe kecanduan kaya gini." Ucap Eric pada lelaki dihadapannya ini. "Sekarang lo sakau kan?"

"Bacot, cepetan gue udah nggak kuat!" bentak Afkar pada Eric yang tak kunjung memberikan barangnya. Eric menghela nafasnya panjang, lalu mengeluarkan beberapa butir obat yang di butuhkan Afkar saat ini.

Afkar menerima barang itu dan langsung meminumnya disitu juga. ia benar-benar butuh obat itu. Obat yang bisa menenangkannya dari berbagai masalah dan obat yang selalu menemaninya selama satu tahun belakangan ini.

"Gue belum bisa bayar sekarang. Sorry, besok pagi gue langsung bayar." Eric mengangguk mengerti. Ia tahu, penyebab Afkar bisa sampai sakau seperti saat ini karena lelaki itu sedang kehabisan uang.

Hidup Afkar terlalu bebas. Dan saking bebasnya ia benar-benar tidak memperhatikan dirinya sendiri. Hidup Afkar sudah hancur. Dan baginya, sudah tidak berguna lagi ia hidup di dunia. Sekarang hidupnya sudah benar-benar hancur. Keluarganya hancur dan seluruh fisik serta batinnya ikut hancur. Ia benar-benar putus asa akan kehidupannya sendiri.

Tak jarang setiap malam, Afkar selalu pergi ke club langganannya untuk sekedar membeli minuman keras yang membuat beban fikirannya hilang. Ia benar-benar menghabiskan seluruh uang yang Dito berikan padanya dengan sia-sia. Ia benar-benar sudah tidak peduli akan hidupnya. baginya, sekarang ia hanya tinggal menunggu malaikat maut menyabut nyawanya. Dan ia akan terbebas dari segala rasa sakit akibat obat-obatan sialan itu.

***

"Ayah." Afkar menghampiri Dito yang sedang duduk di ruang keluarga. Pria itu sedang membaca koran dan meminum kopi hitam.

"Ada apa?" tanya Dito sambil menyimpan korannya keatas meja, lalu menyuruh Afkar untuk duduk di sofa hadapannya.

"Afkar mau minta uang. Uang yang Ayah kirim udah abis."

"Tumben sudah abis. Bukannya kamu punya tabungan?"

"Udah abis." Dito memekik kaget.

"Yasudah nanti Ayah kirim. Kamu butuh berapa?" tanya Dito mencoba untuk tidak banyak bertanya pada anaknya. Karena ia tahu bahwa mood Afkar sedang buruk, dan ia tidak mau memperparah.

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang