13. Ketahuan

3.7K 343 13
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen ya guys:D

Enjoy!

***

"Dinda kenapa? Kok matanya sembab gitu?" tanya Tabia yang duduk di samping kursi kemudi. Tabia melihat di spion atasnya Dinda menggeleng sambil tersenyum kecil. Kini Tabia menatap Arsen meminta jawaban dan lelaki itu hanya mengangkat bahu dengan pandangan fokus pada jalanan di hadapannya.

"Kalo ada apa-apa cerita ya sama kita." Ucap Tabia sambil menatap Dinda teduh. Lagi-lagi Dinda mengangguk dan tersenyum.

Tabia yang tadinya hendak menyalakan lagu pada tape mobil Devan. Mengurungkan dirinya karena melihat Dinda yang terus saja menatap jendela dengan pandangan kosongnya. Mungkin Dinda sedang dalam masa menstruasi nya. Itu yang dipikirkan Tabia.

***

"Nak?" Dito membuka pintu kamar anaknya yang tidak terkunci. Alangkah terkejutnya ia sedang melihat Afkar sedang menghisap sesuatu yang berada di atas telapak tangannya. "ASTAGA! APA YANG KAMU LAKUKAN?"

Dito langsung membuang sebungkus bubuk obat yang sedang Afkar hisap. Ia membuang barang itu kedalam toilet dan langsung membasuhnya. Afkar yang masih kaget dengan apa yang terjadi, hanya diam di atas ranjang dengan merebahkan dirinya di atas kepala ranjang, sambil memejamkan matanya menunggu kelanjutan apa yang akan Dito lakukan padanya.

Afkar membuka perlahan matanya, saat Ayahnya belum juga memukul atau pun membentaknya karena apa yang ia perbuat. Hati Afkar tertohok saat itu juga, ia melihat Dito sedang menundukan kepalanya, bahu Dito pun bergetar hebat dan ia mendengar suara isakan berat dari mulut sang Ayah.

"Yah?" ucap Afkar pelan.

"Maafkan Ayah Nak." Ucap Dito masih dengan menundukan kepalanya. Suara berat Dito kini terdengar serak dan bergetar akibat tangisannya. "Ayah bener-bener gagal ngejaga kamu. Astaga Tuhan, Ayah macam apa aku ini!" Dito menjambak rambutnya sendiri.

"Ayah, Afkar minta maaf Ayah." Ucap Afkar sambil berlutut di depan ayahnya yang sedang terduduk di sofa samping ranjang. Dito diam ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa anak yang seharusnya ia jaga dan rawat, malah menggunakan barang haram yang jelas-jelas membahayakan. Dan ia tahu apa penyebab Afkar menggunakan barang haram tersebut. Jawabannya adalah dirinya sendiri. Ia lah penyebab anaknya menggunakan barang haram itu.

"Ayah—"

"Kamu ikut rehab sekarang juga. Ayo, ikut Ayah."

***

Disaat teman sekelas lainnya sedang memperhatikan Bu Dede yang sedang menerangkan bagian-bagian tumbuhan dan semacamnya. Arsen dan Gio justru sama-sama terhanyut dalam alunan lagu rock yang sedang mengalun keras di telinganya. Mereka sengaja menggunakan earphone putih milik Dessy; siswi yang duduk di hadapan mereka, dan menempelkan benda kecil itu satu ketelingan Arsen dan satunya lagi pada Gio.

Arsen menggoyang-goyangkan kepalanya keatas dan kebawah mengikuti suara drum yang amat keras mengalun di sebelah telinganya. Sebenarnya Arsen tidak terlalu suka lagu rock, apalagi lagu ini hanya bisa merusak gendang telinganya saja. Tetapi mau bagaimana lagi, ponsel yang digunakan adalah ponsel Gio, dan lagu-lagu perusak gendang telinganya itulah yang berada di ponsel Gio, walaupun begitu, lagu rock tidak terlalu buruk juga dari pada ia harus mendengar lagu korea seperti yang suka Tabia dengarkan.

Saat Arsen hendak mengambil ponselnya, ia teringat bahwa kini ponselnya sedang di ambil alih oleh Tabia untuk gadis itu membuka youtube melihat video video turtorial entah apalah itu.

"ARSEN GIO!"teriak Bu Dede dari depan membuat kedua lelaki itu terlonjat kaget dan membuat seisi kelas menertawakan reaksi keterkejutan mereka.

"Astaga, ibu ngagetin saya ajaa." Ucap Arsen sambil mencopot benda kecil yang menggantung di telinganya.

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang