Prolog

12.1K 642 10
                                    

"Punya kamu mana Arsen?" Tabia mengadahkan telapak tangan kecilnya di depan Arsen. Gadis kecil itu menunggu sobekan selembar kertas yang ia berikan.

"Ini" Arsen memberikan sobekan kertas yang sudah ia tulis dengan keinginannya. Ia menggulungnya lalu memberikan pita kecil sebagai pengaitnya. "Arsen boleh baca kertas Bia?" tanyanya polos. Tabia menggeleng cepat.

"Nggak boleh!"

"Kenapa?"

"Nanti kalo sudah besar!"

"Kalo Arsen besar nanti, Arsen boleh liat kertas Bia?" Tabia mengangguk tanda memperbolehkan.

"Yang Afkar sama Devan udah di masukin?" tanya Tabia kepada dua bocah lelaki yang sedang berjongkok di hadapannya. Keduanya mengangguk tanda sudah. "Sekarang bantuin Bia buat ngubur kotaknya."

"Nanti ga di makan binatang?" tanya Devan polos. Tabia menggeleng.

"Nggak bakalan kok. Kan binatang ga makan kertas. Bener ga Arsen?" bocah cilik bernama Arsen mengganguk asal.

"Yauda kita kubur, yuk."

"Nanti kalo kita udah besar kita buka lagi ya. Terus nanti kalian kasih tau keinginan kalian." Ucap Tabia setelah Box itu tertanam di pelataran Taman Komplek yang kosong.

"Kata Bia rahasia?" tanya Afkar, bocah berumur 7 tahun itu menggaruk kepalanya, ia merasa pusing dan tidak mengerti.

"Iya buat sekarang rahasia. Tapi kalo kita udah gede kan ga boleh rahasia-rahasiaan!"

"Rahasia itu apa Bia?" Afkar masih bingung.

"Rahasia itu tidak boleh tau, Afkarr!"

"Kapan di bukanya?" tanya Arsen.

"Kalo kita sudah besar!"

"Kita pulang aja yuk, Hujan." Devan mengadahkan tangannya keudara mencoba untuk menyentuh gemericik-gemiricik air yang mulai turun. Ketiga temannya mengangguk cepat, dan meninggalkan kotak keinginan mereka dibawah tanah Taman Komplek.

"Ayok!"

***

Ini cerita kedua aku, semoga suka ya😁

Jangan lupa buat vote sama komen nya yaa, pasti bikin semangat banget buat author huhu:')

Masih amatir loh maafin:(

Lovee

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang