10. Gift

4.2K 350 9
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya;) Diatas ada Arsen😜

Enjoy!

***.

"Sen." Arsen menoleh kearah pintu kamarnya yang terbuka.

"Eh, Af. Ngepain malem-malem kesini?" Afkar membaringkan tubuhnya di kasur kosong samping Arsen yang tengah menonton Tv di hadapannnya.

"Gue minjem duit dong."

"Lo minjem duit? Anjir, lo ngehina gue?" Arsen menegakan badannya. Keluarga Afkar sangatlah kaya raya di bandingkan dengan Arsen, Tabia, maupun Devan. Ayah Afkar pemilik perusahaan ternama di Indonesia. Dan bukan suatu hal yang wajah kan, bila Afkar meminjam uang padanya?

"Anjing, bukan. Gue seriusan." Afkar ikut menegakan badannya. "Gue—gue lagi butuhh." Ucap Afkar terlihat memelas.

"Butuh? Buat?" tanya Arsen curiga. Afkar tidak menjawab, lelaki itu malah terlihat melamunkan sesuatu sambil menatap tembok polos di sampingnya. "Eh anjing." Arsen memukul bahu Afkar.

"Astaga. Ada apa?" tanyanya linglung.

"Elo yang ada apa? Kenapa sih? Lo minjem uang buat apa?" Arsen kembali bertanya.

"U-uang bulanan yang bokap kirim ke gue udah abis. Dan gue nggak mungkin minta lagi, karena hubungan gue sama bokap masih gitu. Ya lo tau lah." Jelas Afkar membuat Arsen membelalakan matanya tidak percaya. Ia tahu nominal uang yang selalu Dito berikan pada Afkar tiap bulannya. Dan dengan gampangnya lelaki itu mengatakan bahwa uang bulanannya habis? Ya Tuhan, ampunilah dosa Afkar.

Bahkan Arsen pun masih harus mengitung ulang kembali jumlah 0 yang tertera di rekening Afkar saat itu. Dan ia benar-benar tidak habis pikir pada anak tak tau diri seperti Afkar.

"Anjing, sebanyak itu abis? Lo pake apa hah? Umroh? Naik Haji? Atau beli Al-Qur'an se teronton sih?" ucap Arsen masih dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak ngerti gue."

"Ayola Sen. Gue butuh banget." Afkar menatap Arsen penuh harap.

"Berapa?"

"Satu juta."

"Anjing? Serius satu juta?" Afkar terlihat mengangguk lemah. "Kalo cash, sekarang gue cuma ada tiga ratus."

"Nggak pa-pa lah. Mana duitnya?" Arsen menatap Afkar horor. Ingin sekali Arsen mencincang-cincang tubuh Afkar sekarang juga. benar-benar anak tidak tahu diri. Datang kerumah orang pada pukul 11 malam, meminjam uang dengan nominal tidak wajar bagi kantong pelajar, lalu nyolot.

"Buat apa sih njing?" Arsen mengeluarkan tiga lembar uang yang tersisa di dalam dompetnya.

"Gue cabut." Afkar langsung pergi setelah mengambil uang tersebut, tanpa berniat menjawab pertanyaan Arsen.

"AFKAR, ANJING BANGET YA LO! SETAAN!"

***

Arsen menyulut rokoknya dalam-dalam, lalu mengeluarkan asap melalui hidung dan mulutnya secara bersamaan. Bukan hanya Arsen, beberapa temannya yang lain pun ikut menghisap benda mematikan itu. Suara batukan Devan yang duduk di sampingnya, membuat lamunan Arsen buyar.

"Kenapa?" tanya Arsen pada Devan yang terus terbatuk di sampingnya.

"Keselek ludah sendiri Pak Boss." Jawab Devan disertai cengiran khasnya. Devan sudah berhenti merokok sejak 1 tahun yang lalu. Entah apa motivasi lelaki itu, tetapi Arsen cukup menghormati keputusan Devan untuk berhenti menghisap benda itu.

"Eh si Afkar mana? Tumben nggak bareng?" tanya Kenzie yang juga berada di rooftop SMA Gempita, atau tempat dimana biasanya anak laki-laki berkumpul untuk sekedar merokok saat jam istirahat seperti ini.

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang