25. Videocall

4.2K 364 19
                                    

"Lo suka ya sama ade gue?" tanya Agler saat kini mereka tengah berada di ruang keluarga di rumah Tabia untuk bermain PS.

"Lah, kok jadi gue?"

"Yaiyalah. Mata lo lirik-lirik mulu ade gua." Ucap Agler membuat Arsen menggaruk ujung hidungnya. "Tembak aja." Lanjutan Agler membuat Arsen tersenyum sambil melirik kearah Tabia yang kini sedang makan siang di meja makan seorang diri.

"Nanti mati dong."

"Jayus." Ucap Agler. "Serius gue, mumpung gue ijinin ini."

"Sebenernya gue nggak minta ijin dari lo juga sih Bang." Ucapan Arsen membuat Agler memukul kepala lelaki itu.

"Gue Abangnya. Lo nggak anggap apa?"

"Sedikitlah."

"Goblok emang." Umpatan Agler membuat Arsen tertawa kecil. "Eh tapi bener nih. Lo ada rasa sama si Bia?" tanya Agler lagi.

"Ya gitu. Doain aja."

"Ya kalo lo nggak maen-maen. Gue doain."

"Nggak lah Bang. Nggak berani gue main-main sama cewek segalak dia." Ucap Arsen sambil menunjuk kearah Tabia yang juga tengah menatapnya.

"Apa tunjuk-tunjuk?" teriaknya dari arah ruang makan yang menyatu dengan ruang keluarga.

"Nah kan, galak dia." Bisik Arsen pada Agler membuat lelaki itu tertawa membenarkan ucapan Arsen.

"Iya, galak ternyata. Tapi nggak pa-pa deh. Justru yang galak itu lebih asik. Iya nggak?" tanya Agler membuat Arsen mengangguk mantap.

"Penuh dengan tantangan." Katanya sambil menaik turunkan alisnya pada Tabia yang masih menatapnya heran.

***

Tabia membuka serta menyalakan tombol power pada laptopnya. Setelah layar destop muncul, Tabia langsung membuka file dan mencari kumpulan-kumpulan lagu di laptopnya. Hari minggu, adalah hari yang membosankan.

Sebenarnya tadi pagi, Tabia sudah merencanakan akan meminta Arsen untuk menemaninya ke toko buku, karena penulis novel favorite nya baru saja meluncurkan sebuah novel terbaru bertemakan fiksi remaja ala-ala. Tetapi, keinginannya harus ia kubur dalam-dalam saat melihat Agler sudah mensabotase Arsen seharian ini untuk bermain PS. Huh, jika kedua lelaki itu sudah bersatu, sangat sulit memang untuk di pisahkannya kembali. Karena apa? Ya karena mereka berdua mempunyai hobby yang sama. Bermain PS. Merokok. Bergosip. Dan juga menghabiskan camilan di dalam lemari dapur.

Setelah Tabia memutar Album made in the am by One Direction, Tabia membuka ponselnya dan membuka applikasi Instagram untuk melihat update-an update-an terbaru serta melihat beberapa instastory teman-teman instagram yang ia ikuti. Senyum Tabia mengembang saat ia melihat instastory milik Afkar saat lelaki itu mengarahkan kamera boomerang pada Dinda yang tengah asik memakan coklat di sebuah taman. Afkar terlihat sangat menyayangi Dinda, dan Tabia senang akan hal itu. Apalagi, kini Afkar dan Dinda sudah resmi memiliki hubungan. Ya kalian pasti sudah menduganya.

Saat Tabia tengah asik menstalk beberapa Aktris Hollywood sambil bernyanyi mengikuti alunan lagu-lagu One Direction, pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok lelaki dengan senyuman manis di bibirnya yang pink.

Plis, itu imut bgt. Sumpah.

"Hai Neng, sendirian aja?" ucap Arsen sambil mengambil posisi di samping Tabia yang kini tengah menyandarkan punggungnya kesandaran ranjang.

"Keliatannya?"

"Sendiri." Jawab Arsen sambil terkekeh.

"Itu tau."

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang