8. Sepupu Arsen

4.3K 339 3
                                    

Arsen ganteng on mulmed👆

___

"Sen, kenapa ada foto si Bia di dompet lo?" Devan menghiraukan pertanyaan Arsen sebelumnya.

"Ah- itu ya. Itu gimana ya, ya begitu." Arsen menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

"Gimana? Belibet banget lo ngomong doang." Devan kembali memasukan foto Tabia kedalam dompet Arsen.

"Waktu ituu-"

"Assalamualaikum, ehh ada Devan." Nia datang sambil membawa beberapa paper bag di tangannya. Arsen menghela nafasnya panjang, ia benar-benar berterima kasih pada sang Ibu yang datang tepat waktu.

"Halo Bucan. Bucan dari mana? Shopping?" tanya Devan sambil menyalami punggung tangan Nia.

"Ah enggak, tadi dari hotel tempat Ayahnya Arsen." Nia mengeluarkan beberapa makanan dan menyimpannya di meja depan Tv. "Tuh kalian makan."

"Devan, apa kabar." Surya datang sambil menyimpan kunci mobilnya di gantungan kunci. Devan yang baru saja mencomot secuil chesee cake langsung menghampiri Surya dan menyalami punggung tangannya.

"Baik om baik. Om gimana? Kerjanya lancar?" tanya Devan basa-basi.

"Iya baik kok. Kamu lihat Ayahnya pulang bukannya salam malah begong aja." Ucap Surya membuyarkan lamunan Arsen. Lelaki itu terkekeh kecil lalu menghampiri Surya dan mencium tangannya.

"Kalian makan ya, abisin tuh. Tadi di Hotel, Ayah masak banyak." Ucap Surya sambil berjalan menuju kamar utama.

"Enak ya Sen kalo punya bokap Chef, pasti tiap pulang bawa makanan."

"Ya kagak lah, lo pikir bokap gue gudang makanan? Dia cuma tukang masak." Jawab Arsen sambil membuka beberapa paper bag lainnya.

"Ini gue bawa balik aja lah ya? Lagian lo pasti bosen kan? Dah ah gue balik." Devan membawa chesee cake yang sudah ia buka tadi, dan langsung melesat pulang tanpa malu.

***

Setelah bernegosiasi panjang di bangku kantin agar Tabia memaafkan Arsen dan juga Devan. Akhirnya Tabia memutuskan memaafkan mereka dengan satu syarat per-orangnya. Ia mengajukan syarat pada Arsen, bahwa lelaki itu harus rela kapan pun, dimana pun saat Tabia meminta hotspot di ponsel Arsen, agar kouta internetnya tetap awet dan ia tidak perlu mengeluarkan kocek untuk membeli pulsa.

Arsen yang diberi syarat seperti itu hanya bisa menghembuskan nafasnya panjang. Ia harus siap membeli kuota internet dua kali lipat lebih besar, karena ia tau Tabia itu sangat suka dan sering membuka applikasi instagram dan youtube di ponselnya.

"Hahaha lebok anjir." Devan tertawa puas saat mendengar syarat yang Tabia berikan pada Arsen.

"Jangan ketawa dulu lo. Gue juga ada syarat buat lo." Ucap Tabia garang membuat tawa Devan terhenti. Lalu Afkar datang sambil membawa semangkuk ice cream vanilla yang ia beli khusus untuk Tabia mengingat perjanjian mereka kemarin sore saat di Mall. "Wih, eskrim gue dateng. Makasih Af." Tabia tersenyum manis kearahnya, lelaki itu hanya mendehem sebagai jawaban.

"Buruan, syarat gue apaan?" tanya Devan penasaran. Tabia menyangga dagunya, sibuk memikirkan syarat apa yang pas untuk Devan. Sekarang ia sudah berlaga seperti tuan putri saja diantara mereka. Tiba-tiba Tabia tertawa hal kecil memikirkan hal itu.

"Ya dia malah ketawa." Celetuk Arsen membuat tawa Tabia semakin pecah. "Anjir, sehat?" Arsen meletakan punggung tangannya di dahi Tabia.

"Gue berasa putri banget banyak maunya." Kata Tabia di sela-sela tawanya.

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang