3. Semoga saja

5.5K 436 11
                                    


"Pagi Arsen.."

"Hai Arsen.."

"Arsen, apa kabar?"

"Arsen, kok kamu sakit gabilang-bilang sih?"

"Arsen..."

"Arsen..."

"Arsen..."

Arsen hanya bisa tersenyum membalas sapaan-sapaan beberapa siswi di sepanjang koridor. Begitu setiap hari, pasti saja jika ia melewati koridor kelas, ia akan repot dengan berbagai sapaan dan pertanyaan.

Kali ini Arsen berangkat sekolah diantar oleh Surya;Ayahnya, karena kondisinya belum fit, jadi ia tidak di perbolehkan membawa motor. Surya berpesan pada Devan dan Afkar agar mereka mengantarkan Arsen pulang.

"Heh!" Arsen mengokan kepalanya ke arah sumber suara. Disana ada Devan dengan beberapa teman kelasnya yang sedang berkeliaran di luar kelas.

"Oy?" Arsen menghampiri Devan.

"Hai Arsenn" beberapa siswi teman kelas Devan menyapa Arsen. Lelaki itu hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya sebagai jawaban.

"Centil banget sih lo pada!" Devan menatap tajam siswi itu, dan para siswi itu hanya terkikik."Pulang sekolah, gue harus jemput Teteh gue di Bandara. Lo pulang sama si Afkar aja ya?" ucap Devan yang sudah beralih pada Arsen.

"Teh Dara dari mana emang?" tanya Arsen. Dara itu adalah Kakak Kandung Devan yang seumur dengan Agler; Kakak Tabia. Mereka berkuliah di universitas yang berbeda. Jika Dara sudah semester 6 sedangkan Agler masih berdiam di semester 4. Padahal tahun mereka berkuliah itu sama.

"Thailand." Arsen membulatkan mulutnya sebagai jawaban.

"Yauda gue kekelas." Devan mengangguk.

"Arsen mau kemanaaa?" beberapa siswi menghalangi jalan Arsen menuju kelasnya XI IPA 2 yang berada di sebelah kelas Devan.

"Ke kelas lah. Misi deh misi." Jawabnya sambil tersenyum di paksakan.

"Disini dulu aja. Kan belum bel masuk." Ucap seorang siswi berambut sebahu. Sambil menghalangi langkah Arsen.

"Heh cabe! Si Arsen baru sembuh. Lo semua jangan ganggu dia dong!" teriak Devan dari depan pintu kelasnya.

"Apaan sih Van! Arsennya juga nyantai. Kenapa lo yang ribet?" jawab gadis lainnya.

"Sen, makanya kalo ke cewe tuh jangan lembut-lembut banget!" teriak Devan lagi. Arsen hanya menggaruk tekuknya.

Kelemahan Arsen hanya satu. Ia tidak bisa melihat seorang perempuan memelas padanya, apalagi sampai menangis untuknya. Dan kelemahan Arsen banyak di salah gunakan di sini.

Arsen bukan tipikal yang akan selalu lembut pada setiap perempuan, ia tidak selemah itu. Tetapi ia hanya mencoba untuk tidak menyakiti hati perempuan itu dengan ucapannya yang kadang-kadang di luar kontrol.

Tetapi jika bersama Tabia, ia akan berbicara apa adanya dan ia merasa nyaman. Karena ia tau bahwa Tabia sudah mengetahui sifatnya luar dalam. Berbeda jika ia mengobrol dengan gadis diluaran sana. Ia pasti akan merasa risih, dan tidak nyaman.

"Maaf ya maaf." Ucap Arsen langsung menerobos beberapa siswi yang menghalangi jalannya.

"Elo sih Van! Iri kan lo liat sahabat lo banyak yang suka?" ucap gadis berambut sebahu.

"Gue juga ga kalah ganteng dari si Arsen." Jawabnya sombong.

"PANTAT MU!" teriak siswi itu bersama teman-temannya.

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang