15. Secret Admirer

3.7K 320 14
                                    

Devan on mulmedddddd!

***

Arsen menyelipkan sebatang rokok di hapitan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya. Ia menyulutkan api, lalu mengisap benda itu dalam-dalam. Seperti biasa, istirahat kali ini Arsen habiskan waktunya di rooftop sekolah untuk menenangkan sejenak pikirannya. Diatas rooftop, Arsen bisa melihat semua bagian dari sekolah. Dari mulai kantin yang ramai, koridor yang penuh, dan sampai ruang perpustakaan yang sepi pun bisa terlihat dari sini. Terkecuali ruang guru. Hem, bayangkan saja jika ruang guru terlihat dari sini. Kalau ruang guru terlihat dari sini, berarti yang di ruang guru pun bisa melihat kesini bukan? Dan beruntungnya ruang guru jauh drai jangkauan rooftop ini.

Tiba-tiba mata Arsen menagkap siluet gadis yang amat ia kenali sedang tertawa dengan seorang lelaki. Ah, iya lelaki itu adalah Devan. Tunggu dulu, Devan-- dengan Tabia? hanya berdua? Oke, sejak kapan mereka berdua makan dikantin bersama? Dan, sejak kapan pula tidak ada Alea di samping Tabia jika beristirahat?

Tabia terlihat bahagia, dan Devan? Lelaki itu terlihat senyum-senyum tidak jelas kearah Tabia. Oke, ini berlebihan. Sejak kapan Devan menjadi sok manis seperti itu? Ah, dan juga mengapa Tabia merasa sangat senang? Dan apa itu? Tabia sedang memegang bunga mawar? Apalagi coba? Astaga, Arsen benar-benar sebal melihat pemandangan ini. Ini ada yang tidak beres. Bisa saja bukan, jika Devan ada niat modus di balik itu semua? Oh, ini benar-benar tidak bisa dibiarkan. Arsen langsung membuang rokoknya dan menginjak barang itu sampai apinya benar-benar padam.

"Mau kemana?" tanya Kenzie, yang juga berada di rooftop.

"Ke kantin. Gue duluan ya." Kenzie mengangguk. Arsen pun langsung menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Devan sedang modus. Itu yang ada dipikirannya saat ini.

Setelah sampai di kantin, lebih tepatnya di samping meja Tabia dengan Devan. Arsen langsung mengambil bunga yang sedang berada di lengan Tabia secara paksa. Membuat gadis itu terlonjat kaget, lalu memukul bahu Arsen. "Kaget. Gue kira siapa."

Arsen meneliti bunga itu, lalu ikut duduk di samping Tabia. "Ngapain lo disini?" tanya Arsen pada Devan.

"Ya makan lah. Lo pikir, gue lagi apa di kantin?" jawab Devan sambil melahap kembali Nasi Uduk nya.

"Bunga dari siapa?" kini pandangan Arsen beralih pada Tabia. "Kenapa lo malah senyum-senyum kek gitu?" tanyanya lagi, saat Tabia hanya tersenyum sambil menggaruk tekuknya.

"Ya emang kalo gue senyum kenapa? Nggak boleh?"

"Jawab aja. Ini bunga dari siapa?"

"Dari- dari siapa Dev?" Tabia malah balik bertanya pada Devan.

"Dari penggemar rahasia." Jawab Devan membuat Arsen mengerutkan dahinya.

"Penggemar rahasia? Masih musim?" tanya Arsen sambil kembali menatap bunga di genggamannya.

"Ih Arsen. So sweet tau. Walaupun gue nggak tau siapa, tapi gue ngerasa ini- sweet banget. Oh dan ini bukan bunga pertama yang dia kirim. Tapi udah satu mingguan ini, bunganya selalu ada di loker gue." Ucap Tabia dengan mata berbinar. "Gue keren dong ya, punya secret admirer." Tabia menaik turunkan alisnya bangga.

"Iya, lo keren Bi." ucap Devan sambil mengangguk-angguk setuju.

"Halah, bunga kek gituan mah gue juga bisa kirim tiap hari buat lo Bi. jangan kan bunganya, sama kebonnya juga gue beliin buat lo." Ucap Arsen sambil merebut juss jeruk yang sedang di minum Tabia.

"Ish, lo tuh nggak ada sweet nya banget sih Sen. Masa cewek dikasih kebon? Lo kira gue tukang kebon apa?" mendengar tuturan Tabia. Devan malah tertawa keras.

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang