7. Dompet Arsen

5.1K 391 29
                                    


Jangan lupa buat senyum, vote, dan komen ya:D hehe maksa nih maksa, boleh nggak?:(

Enjoy yaa;)

___

Seperti yang sudah Afkar janjikan pada hari kemarin, kini ia dengan Tabia sedang berada di salah satu Bioskop pusat Mall daerah Bandung. Dan kali ini mereka berdua sedang mencari makan siang, karena jam tayang akan mulai kira-kira 2 jam lagi.

"Bi, pegang tangan gue dong. Kesannya kita kaya orang musuhan." Afkar menunggu Tabia menyambut ulurannya.

Gadis itu tertawa kecil."Ish, modus banget."ucap Tabia tetapi tetap membalas uluran Afkar.

"Mau makan apa nih?" tanya Afkar setelah mereka berada di lantai foodcourt.

"Gue tiba-tiba ingin Baso mang Hapit di depan deh Af." Tabia menatap Afkar memohon. "Kita makan disana aja ya?"

"Elah, bukannya ngomong dari tadi." Afkar mendengus. "Yauda ayo, untung gue baik hati dan—"

Dan sayang sama lo.

"Dan?" Tabia menatap Afkar menunggu jawaban. "Dan apa ih."

"Dan tampan."

"Jiji amat deh lo Af jadi cowok. Ganti kelamin aja deh sono!" Tabia mengibas-ngibaskan tangannya keudara, membuat lelaki di sampingnya itu tertawa.

"Kalo gue ganti kelamin, entar kita bikin anaknya gimana Bi?" goda Afkar membuat Tabia seolah-olah memuntahkan isi perutnya.

"Jiji banget jiji. Udah deh ayo, gue laperr." Tabia menarik lengan Afkar dan menggandengnya untuk keluar Mall dimana mang Hapit berjualan Baso.

"Iya-iya sebentar."

***

"Devannn." Teriak Yuni; Ibu Devan, memenuhi penjuru ruang keluarga dimana ia sedang menonton serial Tv Hidayah kesukaannya.

"Apa Buu?" Devan muncul dari arah dapur sambil menenteng sebuah gelas berisi air minum, yang baru saja ia ambil dari kulkas. Devan ikut duduk di samping Yuni dan berniat untuk memindahkan channel Tv pada siaran yang lebih dianggap layak untuknya.

"Jangan di pindahin nak. Bentar lagi juga si Ayu kena karma." Cegah Yuni sambil merebut remote. "Nggak ngerti Ibu sama si Ayu, dia tuh banyak banget dosa sama Mamahnya, Ibu jadi inget Nenek kamu Dev." Ucap Yuni drama seperti biasanya. Inilah kebiasaan ibunya setiap hari, menonton siaran Hidayah yang menurutnya begitu-begitu saja alur ceritanya.

Dimana si tokoh jahat dan si tokoh baik berperan dan diakhiri dengan si tokoh jahat yang menyesal dan berubah menjadi baik. Atau lebih parah lagi, si tokoh jahat mati. Ya begitu teruslah sampai negara api menyerang.

"Udah deh Bu. Nggak usah drama." Devan menghela nafasnya panjang. "Ibu manggil Devan cuma mau cerita tentang, si Ayu?" tanya Devan bingung sambil menunjuk seorang tokoh wanita di layar Tv nya.

"Enggak lah, kamu udah minum obat belum?" tanya Yuni sambil menatap lekat anaknya.

"Udah buu."

"Jangan sampe lupa. Nanti kamu bisa-bisa drop lagi." Ucap Yuni mengingatkan.

"Iya ibuu. Devan siap laksanakan."

Tok tok tok tok tok

"Devann! Devann! woy Devann!" suara teriakan yang sangat Devan hapal dan serentak dengan ketukan pintu membuat Devan mau tak mau bangkit dari duduknya, dan menghempiri si peneriak itu. "Bukaa!"

"Jangan ngetuk mulu! Berisik anjing." teriak Devan saat berjalan menuju pintu utama, dimana si peneriak terus saja memukul pintu tanpa ampun. "Ape?" tanyanya saat melihat wajah Arsen yang sedang menyengir tanpa dosa.

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang