16. Putus

3.9K 323 13
                                    

Minta Vote sama Komen, boleh kan?:(

Oke enjoy ya, semoga part ini kalian suka!

***

"Hahaha anjing, nggak gitu goblok." Ucap Arsen saat melihat kelakuan gila Rado dan Gio yang sedang memeragakan miss univers. katanya.

"Lo berdua goblok atau gimana sih? Mana ada miss univers kek cacing kesemutan gitu." Timpal Kenzie membuat yang lainnya tertawa. Mereka semua sudah tidak memperdulikan lagi tatapan-tatapan jengah, kagum, atau tatapan beragam lainnya dari penghuni kantin ini. Karena bagi mereka, kelakuan Rado dan Gio cukup membuat mereka terhibur serta menikmati waktu istirahat yang hanya 30 menit itu.

"Terus kek gimana sih anjing. Kayaknya gue salah mulu." Keluh Gio sambil kembali menanggalkan sebelah tangannya di pinggang seperti seorang model, ditambah dengan bibirnya yang dibuat-buat seakan dia adalah seorang wanita yang memiliki bibir sexy. "Gue nggak bakat ini, jadi miss univers."

"Yaiyalah sinting. Mana ada cowok jadi miss."ucap Devan membuat yang lain tertawa sambil mengangguk setuju.

"Oh iyaya? lo kok tolol sih Yo?" ucap Rado yang berdiri di sebelahnya sambil menoyor pelan kepala lelaki itu.

"Ah anjing salah lagi kan. Geusan ah, cape aing mah!"  'Udahan ah, cape gue!' kata Gio sambil duduk diatas meja kosong tempatnya tadi saat berpose.

"Gue udah kaya ledom belum? Cocok jadi ledom CD kaga?" ucap Rado sambil terus berpose layaknya lelaki-lelaki berotot besar seperti yang berada pada iklan Calvin Klein.

"Najis Do gue liatnya." Ucap Arsen membuat yang lain tertawa. Di saat Arsen hendak mengambil— atau lebih tepatnya meminta minuman milik Ardi. Tiba-tiba matanya menangkap sosok gadis yang sudah dua minggu belakang ini tidak pernah ia hubungi—ia benar-benar lupa jika ia punya kekasih. Astaga, bunuh lah Arsen saat ini juga. Arsen berdiri dari duduknya, hendak menghampiri Livia dan juga meminta maaf karena ia mungkin telah mengkhawatirkan gadis itu. Saat ia akan melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Livia dan beberapa temannya duduk, suara Divo mengintrupsinya.

"Lo mau kemana?" tanya Divo yang tadi duduk di sebelah Arsen.

"Gue kesana dulu. Bentaran." Setelah teman-temannya mengangguk, Arsen langsung melangkahkan kakinya menuju meja Livia.

Jujur, Arsen benar-benar merasa bersalah saat ini pada Livia. Ia terlalu sibuk memperhatikan Afkar—sampai sampai ia lupa, jika Livia pasti mencemaskannya. Sudah dua minggu belakangan ini pula Arsen jarang bertemu dengan Livia disekolah. Entahlah semuanya terasa aneh. Entah Livia yang sengaja menghindar darinya, atau memang 'takdir' yang memang tidak mempertemukan mereka di sekolah selama ini.

Ia ingat, terakhir pertemuannya dengan Livia, kalau ia tidak salah yaitu saat di koridor loker. Tetapi itu pun Livia malah mendiami sapaannya dan berlalu pergi begitu saja. Dan bodohnya, bukannya ia mengejar, tetapi justru ia mendiami Livia dan berfikir bahwa mungkin gadis itu sedang dalam masa PMS-nya. Setelah kejadian itu pula, Arsen benar-benar jarang memegang ponsel, jangankan memegang. Mengetahui ponselnya berada di mana pun, Arsen benar-benar lupa.

Entahlah, saat mengetahui Afkar ternyata seorang pemakai. Arsen menjadi kepikiran dan selalu tidak fokus. Apalagi saat-saat awal masa rehab Afkar—itu sangat mencemaskan dan menakutkan bagi Arsen. Tentu bukan hanya Arsen yang merasakan itu semua. Devan dan Tabia pun, sama cemasnya.

"Liv." Sapa Arsen dengan senyuman manisnya. Livia yang sedang mengobrol dengan beberapa temannya itu menoleh ke arah Arsen dengan wajah yang terlihat—datar tidak membalas senyuman yang Arsen berikan seperti biasanya.

The Feeling (Tidak Akan di Lanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang