4.Where The Feelings

199 32 0
                                    

  ~Apa aku salah mencintai seseorang yang jelas-jelas telah melupakanku~
🌹🌹🌹

"Syah ngomong-ngomong masalah coklat yang kemarin, kenapa ka Jonathan ngasi lo coklat?" Tanya Renata.

"Katanya si buat tanda kenal aja." Jawab Syahla.

"Oh, aneh ya. Belum kenal aja uda dikasi coklat, gimana kalo uda kenal Syah cincin kalung. Pas uda pacaran apartment rumah gedong." Ujar Renata.

"Ssssst ngaco lu ahh. Kebanyakan makan kemenyan nih anakk wkwkwk." Ujar Syahla terkekeh.
                       ❇❇❇

    Jono dan Devan terlihat bingung melihat tingkah laku Raihan yang senyum-senyum sendiri.

"Njirr Rei lu kerasukan dedemit apaan sampe kaya gini". Khawatir Devan

Melihat tingkah Rei yang seperti ini Jono kesal. Tanpa perlu basa-basi Jono langsung mengunyeng-unyeng kepala Rei.
"SAHA ieu_SAHA_SAHA ieu." Ujar Jonathan.
 
     Melihat tingkah kocag Jono barusan membuat teman-teman sekelasnya tertawa terbahak-bahak, keadaan kelas seperti pasar. Tak lama datang Pak Purba selaku guru Sejarah.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Pak Purba.

"Paaageeeee pak." Jawab siswa-siswi dengan serentak.

"Anak-anak sekarang Bapak akan melanjutkan penjelasan mengenai sidang BPUPKI, kemarin yang sempat tertunda karena ada rapat. Nah kalian harus tau ketua dari persidangan BPUPKI tersebut adalah Dr. Radjiman Wediodiningrat."Ucap Pak Purba namun terhenti saat melihat Raihan melamun tidak memperhatikannya.

"RAIHANN coba jelaskan apa yang bapak bicarakan barusan!" Perintah Pak Purba.

    Raihan bingung harus menjawab apa, pasalnya dia tidak mendengar sama sekali mengenai apa yang dibicarakan Pak Purba. Raihan hanya menggaruk-garuk tengkuk lehernya yang tidak gatal sama sekali. SATU yang Raihan dengar kata NINGRAT.

"Eeee,, Bapak ngejelasin tentang kerajaaan ningrat kan pak." Ujar Rei sambil tersenyum. Mendengar jawaban Rei barusan sontak membuat teman-temannya tertawa.

"Raihan keluar kamu dari kelas Bapak!" Bentak Pak Purba.

    Tanpa menjawab perkataan Pak Purba. Rei melengos keluar dari kelasnya, menuruni tangga menuju lantai dua. Entah ini kebetulan atau tidak Rei melihat Syahla bersama dengan temannya. Entah mengapa Rei senang saat melihat Syahla setelah kejadian kemarin yang bisa dianggap ngedate meski pertemuan mereka tidak direncanakan sama sekali. Tapi ada yang aneh dari Syahla mukanya terlihat pucat meski, dari gerak gerik Syahla yang ceria dan tidak meyakinkan bahwa dia sakit. Melihat keadaannya yang seperti itu Raihan langsung menghampiri Syahla dan dalam waktu sepersekian detik Rei berlari sekencang mungkin, dan langsung menopang tubuh Syahla yang hampir terjatuh.

"Syah, SYAHLA" Teriak Rei dengan wajah cemas. Tanpa pikir panjang Raihan langsung menggendong Syahla ala bridal style untuk membawanya menuju ruang uks.
                          ❇❇

Ditidurkannya Syahla di atas kasur uks. Raihan bingung harus berbuat apa.
"Syah Syahlaa." Raihan terus mengepal tangan Syahla dan memegang pipinya. Rei merasakan ada hawa dingin di tangan Syahla, membuatnya semakin panik.

     Dibawanya minyak kayu putih dan segelas teh manis hangat oleh Renata. Renata mencoba menempelkan minyak kayu putih itu di hidung Syahla. Tak lama Syahla terbangun.

"Syah, lo sakit?" tanya Rei dengan wajah cemasnya.

"Engga kak." Jawab Syahla dengan suara parau.

"Bohong muka lo pucet banget,  terus lo tadi tiba-tiba pingsan gitu aja. Oke sekarang gue anter lo ke rumah sakit." Ucap Rei.

"Engga kak, gak usah aku cuma kecapean aja."

"Yauda kalo emang lo gak mau ke rumah sakit, sekarang lo istirahat!"

"Kak Rei gak belajar, Kok malah disini?" Tanya Syahla bingung.

"Engga gue mau nunggu lo di sini." Ujar Rei.

"Gak usah, mending ka Rei sekarang ke kelas, aku uda gak papa di sini juga uda ada Renata."

"Iya ka Rei uda ada gue di sini yang jaga mending sekarang kak Rei ke kelas!"

"Ok kalo itu mau lo, gue ke kelas, jangan lupa istirahat kalo lo butuh apa-apa lo bisa panggil gue." Ujar Rei lalu, berjalan menuju pintu uks.

"Eeemm senengnya yang di perhatiin ka Rei. Tau gak si Syah tadi itu ka Rei panik banget pas tadi lo pingsan, sebelumnya dia gak pernah bersikap kaya gitu sama cewek di sekolah ini, dia selalu bersikap dingin sama cewek-cewek di sini. Tapi sama lo tadi Sweet banget Syah." Ucap Renata dengan menggebu-gebu.

"Lebay lo Ta. Kalo dia ngeliat cewe lain pingsan dia juga akan bersikap kaya gitu." Ucap Syahla.

"Terserah Syah terserah, lo tadi gak ngeliat. Ngomong-ngomong lu sakit ya? Ko lu gak bilang si kalo lo sakit, kan biar gue anter ke uks."

"Engga Ta gue cuma kecapean besok juga udah sembuh."
                       ❇❇❇

     Raihan berjalan menuju arah kelasnya. Saat berada di depan pintu Rei lega tidak ada guru di dalam kelasnya.

"Napa Rei dateng-dateng kusut amat. Seharusnya lu itu seneng tadi gak belajar sejarah, di tambah lagi sekarang Bu Bertha gak masuk. Lo tau gak pas tadi di suruh ngapalin materi sejarah tadi, sumpah perut gue mumet banget pala gue keroncongan." Gerutu Devan.

"Gakk usah bercanda gak lucu. Jono mana?"

"Noh molorr anaknya". Devan menunjuk bangku yang di jejer tiga, tempat Jono tidur.

"Dasar nyamuk siang tidur malem ngegigit." Ujar Rei
                       ❇❇❇

    Saat ini Syahla berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang. Dia di jemput oleh Januar, Januar panik saat mendengar Syahla pingsan di sekolah.

"Lagi-lagi lo pingsan pasti lo jarang minum obat, uda di bilangin jangan telat minum obat!" bentak Januar. Meski  Januar nyebelin tapi dia sayang banget dengan Syahla. Sampai-sampai ka Januar bolos dari mata kuliahnya hanya untuk menjemput Syahla.

"Maaf, ka." Ucap Syahla.

"Kenapa mikirin Raka lagi, yang jelas-jelas dia gak pernah ada buat lo. Inget Syah, banyak yang sayang sama lo. Gue, mamah, papah dan sahabat-sahabat lo, lo gak mikir betapa khawatirnya mereka termasuk gue saat lo sakit, saat lo terbaring lemah di rumah sakit. Apa lo gak mikirin perasaan mereka?"

    Mendengar perkataan kakaknya Syahla langsung memelukJanuar air matanya terus mengalir di pipinya. Syahla tidak menyangka begitu sayangnya kak Januar padanya. Ia terlalu egois hanya memikirkan dirinya sendiri.

Where The FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang