32. Where The Feelings

32 3 0
                                    

Gue menghargai lo, itu artinya saat ini gue lagi ngejaga hati lo buat gak terluka.

                            🌜

   Raihan memikirkan kembali kata-kata Devan padanya, menyangkut taruhannya  berpacaran dengan Syahla. Semua itu bukan karena ia takut atau apa, melainkan ia tidak mau Syahla menjadi barang taruhannya. Masa bodo nanti ia akan dibilang pengecut sebagai laki-laki. Ia suka dengan Syahla bukan karena taruhan, harga diri atau apa. Ia memang menganggap Syahla berbeda dari yang lain.

   Keesokan harinya, Raihan berangkat lebih pagi dari biasanya. Tidak lengkap dari atribut seragamnya tapi hari ini terlihat lebih rapi. Rambut yang biasanya acak-acakan hari ini terlihat lebih rapi dengan pomad yang ia poleskan pada rambutnya dan jangan lupakan bahwa pagi ini ia menyiapkan jadwal pelajaran. Entah ada apa dengan dirinya. 

                      ☀☀☀

   Syahla memasuki kelasnya yang masih sepi, tidak ada temannya. Hanya ada Ricky ketua kelasnya, yang memang dia datang paling pagi. Saat bokongnya baru saja menyentuh kursi, matanya menangkap sesuatu di bawah laci mejanya, ia meraihnya. Sesuatu seperti bentuk balok panjang yang dibungkus koran. Ada kertas putih kecil yang ditempel dari luar bungkus itu, Syahla membukanya.

Untuk pemilik bangku ini.

Dari : korban tabrak lari, saat di hari pertama lo sekolah.

Ini buat lo, jangan dibalikin. Apalagi nyamperin ke kelas.

   Ia tersenyum saat membaca tulisan itu, ia tahu sekarang siapa pemilik barang tersebut. Dengan perlahan dia membuka bungkus yang terbalut koran itu. Ternyata isinya coklat.

"Ehem ehem." Suara dehaman seseorang membuat Syahla mendongak dan mendapati kedua sahabatnya sedang tersenyum-senyum. Dengan cepat Syahla langsung menyembunyikan coklat tersebut dari balik punggungnya.

"Apaan tu?" Tanya Renata pura-pura tidak tahu, padahal tadi dia lihat jelas apa yang sedang dipegang Syahla tadi.

"Bukan apa-apa." Jawab Syahla cepat di sertai kegugupannya.

"Kalo bukan apa-apa kenapa harus disembunyiin?" kali ini Rachel ikut bertanya.

"Ini ngga penting, cumaa cumaa"

"Cuma coklat?" Jawab Renata dan Rachel berbarengan. "Hayoo dari siapa?"

Dengan pasrah Syahla mengeluarkan makanan itu dari balik punggungnya. "Bukan dari siapa-siapa. Tunggu-tunggu gue masih marah ya, sama kalian."

"Astaga Syah, kan kita udah bilang berulang kali di grup. Bukan kita yang ngasi tahu keberadaan lo selama istirahat ke Raihan."

"Tapi yang tahu kan cuma kalian."

"SELAMAT PAGI ANAK-ANAK." Suara bariton itu langsung membuyarkan siswa-siswi  berlarian menuju bangku masing-masing.

"Kumpulkan pr kalian masing-masing di meja Bapak." Suara instruksi dari Pa Rangga langsung membuat para murid sibuk dengan prnya. Tak terkecuali Farhan, dia yang paling heboh. Karena di dalam tasnya benar-benar tidak ada buku sama sekali.

Lalu matanya beralih ke arah Renata dengan seriangai kudanya. "Reenaaataaa." Panggilnya yang terdapat nada.

Renata mendelik ke arah Farhan. "Apa?"

"Jutek amat si jadi cewe."

Renata mendengus. "Gue jutek sama lo doang ya."

"Jangan gitu dong beib!!"

Renata melotot. "Lo bener-bener ya. Sekali lagi lo manggil gue beib penggaris melayang nih ke muka lo."

"Mau dong di melayangin."

Where The FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang