24. Where The Feelings

56 7 0
                                    

   Dear Syahla

Saya percaya, kesedihan akan selalu berdampingan dengan kebahagiaan.

 
                          🌜

Raihan dan Syahla hanya bisa terdiam di tengah perjalan mereka pulang, melewati angin malam yang terasa menusuk. 

"Kalo kedinginan, jangan pegangan di pinggang gue  lingkarin aja tangan lo di perut gue." Ucap Raihan dengan lembut tanpa berniat untuk modus sama sekali.

Tanpa disangka-sangka Syahla langsung mengikuti perintah Raihan dengan melingkarkan kedua tangannya di perut Raihan, dan yang ia rasakan sangatlah nyaman. "Makasih ya." Itulah yang Syahla ucapkan entah ucapan terima kasih untuk apa, Raihan tidak mengerti ia hanya diam saja sambil melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

                     ☀☀☀

     Syahla memasuki rumahnya dengan perasaan takut, takut mamahnya akan marah padanya dengan berat hati ia akhirnya membuka kenop pintu dengan sepelan mungkin. Ia melihat mamahnya sedang duduk di sofa sambil memegang kepalanya, Syahla jadi kasian pada mamahnya dan sudah pasti gara-gara perbuatan dirinya.

    Ia berjalan ke arah sofa lalu memegang bahu mamahnya dengan lembut membuatnya menoleh. "Mah"

Rina bangkit dari duduknya lantas langsung memegang kedua bahu anaknya. "SYAHLA, kamu kemana aja mamah khawatir, dari tadi nungguin kamu, hari ini kan kamu ada jadwal check up. Kenapa kamu pulang jam segini?"

"Maafin Syahla mah, Syahla lupa. Tadi Syahla ada jadwal belajar sama Raihan." Ucapnya lemah, terlihat sekali pada bibirnya yang pucat.

Setelah mendapat jawaban dari anaknya lantas Rina celingak-celinguk mencari anak sulungnya yang tidak kelihatan batang hidungnya. "Januar mana, dia tidak pulang bareng kamu?"

Syahla menggeleng. "Syahla pulang dianterin Raihan."

"Kamu besok izin sekolah dulu ya! Kita harus ke rumah sakit!!"

Syahla mengganguk. "Yaudah sekarang kamu istirahat!" Ucap Rina sambil mencium kening anaknya.

                      ☀☀☀

Januar masih berada di cafe itu, menikmati secangkir coffe sambil merenung kesalahannya. "Gue nyesel dek, gue nyesel lebih memilih cewe sialan itu dari pada lo, adik gue satu-satunya. Bener kata lo dia itu cewe gak baik. Gue nyesel pernah gak nganggep lo. Gue pantes diginiin sama lo."

"Arghhh sial" Ucapnya sambil menggebrak meja, membuat seluruh pasang mata melihat ke arahnya, tapi Januar tidak perduli. "Gue emang gak pantes jadi kakak lo."

                      ☀☀☀

     Seperti yang di bilang mamahnya, hari ini Syahla tidak masuk sekolah karena harus check up. Sekuat tenaga Syahla menghindar untuk tidak ke rumah sakit pun usahanya akan sia-sia.

   Lain halnya dengan Renata dan Rachel dari tadi mereka celingak-celinguk menunggu Syahla yang tak kunjung datang, mereka sudah biasa bila Syahla datang di saat lima sampai sepuluh menit sebelum bel masuk, tapi di menit ke sepuluh setelah bel masuk Syahla belum juga datang.

Rachel menghembuskan nafasnya kasar. "Ta"

"Hmm"

"Apa si Syahla dihukum ya, jam segini dia belum datang juga. Gue jadi khawatir, dia kan anaknya sensitive cape dikit langsung pingsan."

Where The FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang