37. Where The Feelings

28 4 0
                                    

    Lo nggak akan tahu seberapa sakitnya gue. Saat lagi-lagi mata gue harus ngeliat lo dan dia.
                                                         🌜

     Entah mengapa, dirinya tidak bisa berhenti tersenyum mengingat kejadian tadi. Bahkan hanya sekedar perintah kecil bisa membuat hatinya melambung tinggi. Tidak-tidak selebay itu, Syahla mengenyahkan perasaan berlebihannya itu dari pikirannya.

    Namun tadi juga ia cukup terkejut saat Raihan membentaknya, terlihat dari mata dan raut wajahnya yang sangat khawatir pada Nara. Apa cowok itu menyukai perempuan itu?? Ahh masa bodo... Toh sekarang sudah ada Raka. Memikirkan itu sudah membuat senyumnya kembali terbit.

    Praktek di laboratorium pun sudah selesai. Ia tidak mengikuti pelajaran tersebut, karena ia telat datang. Sudahlah ini pun karena kesalahannya yang telah ceroboh sehingga membahayakan orang lain.

                       ☀☀☀

    Sementara di lain tempat.. Laki-laki itu masih setia menunggu perempuan yang belum membuka matanya. Entah mengapa, ada perasaan khawatir saat melihat perempuan itu celaka.

   Saat ini ia tengah memandangnya, dan ia baru menyadari kalau perempuan yang sedang terlelap ini ternyata cantik.

     Bulu mata gadis itu bergerak mengerjap perlahan, dengan tangan yang memegangi kepalanya.

"Kepala lo sakit?"

    Nara yang masih lemas pun hanya bisa menganggukan kepalanya. Mencoba mengingat apa yang telah terjadi, dan kejadian terpeleset pun melintas di kepalanya hingga ia tidak sadarkan diri. Lalu sodoran segelas air mineral pun membuyarkan lamunannya.

    Dengan perlahan ia bangkit dari tidurnya dan mencoba duduk. Ia masih bingung mengapa ada Raihan di hadapannya ini, tapi selepas rasa sakit di kepalanya, ia senang ketika membuka mata sosok kakak kelasnya ia berada di sampingnya.

"Lo mau bikin tangan gue keram?" Lagi Nara tersentak saat suara dingin membuyarkan lamunannya.

"Maaf kak." Lalu Nara pun menyambut segelas air mineral dari kakak kelasnya ini dan langsung meminumnya namun sorot matanya tak lepas dari sosok laki-laki tampan yang sedang duduk di samping brankarnya. "Makasih." Ujarnya seraya menaruh gelas itu di atas nakas yang berada di sampingnya.

Segerumul pertanyaan pun langsung melingkupi otaknya. "Hmm... Kenapa..aaa" Belum sempat ia menyelesaikan bicaranya. Raihan sudah memotong ucapannya.

"Tadi lo pingsan. Gue yang bawa lo kesini." Jawab Raihan seakan tahu isi pertanyaan perempuan itu.

"Makasih." Jawab perempuan itu, dan Raihan menangkap rona merah di pipi perempuan itu.

"Lo jadi cewe ceroboh banget si, bisa gak si lo ilangin adegan lari lo itu!! Terserah lo, mau lari seratus kali pun. Gue nggak perduli. Asal jangan di lorong sekolah, tapi di LAPANGAN." Ucap Raihan kesal dengan menekan kata lapangan.

Lagi Nara hanya bisa menunduk. "Maaf."

"Ck. Gue gak butuh maaf lo, yang gue butuh lo nggak nyusahin orang. Gara-gara kecerobohan lo, Syahla jadi gak ikut praktek Ipanya." Lagi Raihan berujar sarkas, hingga tidak sadar membuat perempuan yang sedang menundukan kepalanya ini berkaca-kaca.

KRINGGGGGGGG

Suara nyaring itu membuat Raihan menghembuskan nafasnya lega, pasalnya ia ingin segera pergi dari sini. "Bisa sendiri ke kelas?" Raihan mulai memelankan suaranya saat melihat mata perempuan itu berkaca-kaca.

    Nara pun mengangguk, dengan perlahan ia turun dari brankar itu. Namun baru satu pijakan kaki di atas karpet, tiba-tiba kepalanya berdenyut keras hingga membuat dirinya oleng. Ia memejamkan matanya siap menerima benturan apapun. Namun ia tidak merasakan apapun, ia merasa melayang.

Where The FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang