19. Where The Feelings

78 12 0
                                    

Sekuat apapun kalian saling menjauh, bila kalian ditakdirkan kembali, kalian bisa apa
 

  
                            🌜

    Saat ini Raihan, Devan, Jonathan sedang berada di kantin. Satu minggu lagi mereka akan melaksanakan Ujian Semester 1 bersama dengan teman-teman nya. Bukannya belajar mereka malah asik dengan dunianya sendiri.

     Raihan yang asik memainkan gitarnya, sedangkan Devan dan Jonathan yang bernyanyi, sesekali menebar pesona pada siswi-siswi yang sedang menonton mereka. Ya begitu lah mereka digilai banyak wanita.

     Saat Raihan menyanyikan beberapa bait lagu, tiba-tiba saja semua siswi itu berteriak kencang yang memekakan telinga sambil memanggil nama Raihan.

"Isshhhh sok kegantengan banget sih mereka, pake tebar pesona segala." Ucap Syahla di sela-sela dirinya memakan bakso dan mengunyahnya dengan kasar.

Renata dan Rachel terkekeh mendengar ucapan Syahla barusan, mengerti maksud dari kata-kata itu. "Kenapa cemburu lo sama ka Rei?" Tanya Rachel.

Syahla memutar bola matanya malas. "Ngapain juga gue cemburu sama dia, lagian gue siapanya dia?"

"Elahhh ngeles mulu kaya kang ojek." Tukas Rachel.

Renata menepuk bahu Rachel. "Hel lo gak nyamperin kak Devan, dia lagi tebar pesona gitu ke cewe-cewe lain masa lo diemin aja?"

   Rachel tak ambil pusing, ia hanya mengedikan bahunya menanggapi ucapan Renata, sambil terus melahap siomaynya.

"Wahh gesrek nih anak, cuek banget sama pacar ndiri."  Renata geleng-geleng kepala mendapat respon seperti itu dari Rachel. "Seharusnya lo itu beruntung punya pacar seganteng ka Devan, gue aja yang jomblo pengen banget punya pacar. Lah elo malah disia-siain."

"No no no lo salah paham Ta. Gue gak cuek, apalagi nyia-nyiain kak Dev. Gue akan tegur dia nanti, engga sekarang."


                     ☀☀☀

"Minggir-minggir orang jelek mau lewat." Ujar Ucup menginterupsi pada gerombolan siswi yang sedang menonton Raihan dkk, yang membuat mereka berdecak kesal karena tontonannya  diganggu.

"We Botak ngeselin banget si lu" Ucap salah satu siswi itu, sambil menatap Ucup dengan tatapan sinis.

"Eh sekate-kate lo ya kalo ngomong. Gue kaga botak." Tentang Ucup sengit.

"Hehhh anak baru brojol juga tau kalo lo botak Ucup, minta digondrongin juga lo ya." Ucapnya geregetan sambil berkacak pinggang.

Semua siswi itu menatap geli Ucup saat kedua tangannya mengelus-elus kepalanya, layaknya orang yang sedang keramas. "Nih ya gue kasi tau ke eloo semua. Gue ini kaga botak tapi gundul. Ngerti lo semua. Perlu gue tekankan sekali lagi gue_ini_GUN_DUL."

"Weh Kuncup, otak lo emang bener-bener udah dituker sama otak-otaknya bang Sobirin yeh." Sambar Jonathan tak kalah kesal sambil geleng-geleng kepala.

"Si Kuncap, minta diterjunin payung dari lantai tiga nih?" Lanjut Devan.

"Kuncap Kuncup Kuncap Kuncup nama gue Ucup, lo kaka kelas pada kaga bisa baca nametag gue napa." Ucapnya seraya membusungkan nametag di bagian dadanya sebelah kanan. "Dan gue di sini bukan buat ganggu kalian, gue cuma nyampein pesennya Bu Bertha. Buat nyuruh elo Rei, sepulang sekolah nanti lo disuruh ke ruangannya. Bhayyyy lo semua biang rusuh." Ucapnya seraya melambaikan tangan.

Where The FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang