27. Where The Feelings

47 7 0
                                    

   

                            🌜

   Saat Raihan sedang melajukan motornya menuju sekolah, ia melihat seorang perempuan dengan seragam yang sama dengannya, sedang berlari. Raihan mengurangi kecepatan motornya, sambil memperhatikan perempuan itu yang terus berlari dan sesekali dia mengusap keningnya akibat peluh yang bercucuran.

"Woi." Teriak Raihan pada perempuan itu. Namun panggilannya tidak digubris sama sekali. "Woi, elo yang lagi lari." Ucapnya mendeskripsikan.

Sedangkan perempuan itu, hanya celingak-celinguk, lalu menatap cowo yang ia ketahui kakak kelas di sekolahnya."aku?" Tanya nya sambil menunjuk dirinya sendiri.

Raihan mendecak kesal. "Iya elo. Emangnya siapa lagi yang lagi lari di sini?" Tanpa basa-basi, Raihan langsung bertanya to the point. "Lo ngapain lari-lari, kaya orang kesetanan?"

"Buru-buru, aku takut telat."

"Mau naik motor gue?"

"Makasih ka, aku lari aja." Ucapnya disertai senyuman.

"Katanya lo gak mau telat?"

   Perempuan itu, melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 06.25 dan itu tandanya lima menit lagi gerbang sekolah akan di tutup. Ok dari pada ia telat lebih baik, ia menerima tawaran kakak ini.

"Tawaran kakak masih ada?" Tanyanya ragu.

"Ckk, kalo tawaran gue udah gak ada, ngapain gue masih di sini?" Raihan berdecak kesal, meladeni perempuan itu. "Intinya lo mau bareng gue, atau engga?"

   Perempuan itu mengangguk, lalu dengan ragu-ragu ia menaiki motor Raihan. Raihan kembali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membuat perempuan itu reflek memegang jaket Raihan dengan erat.

"Kak." Panggilnya yang dibalas dehaman Raihan. "Aku takut."

    Raihan mengerti maksud dari ucapan perempuan yang sedang mencengkram erat jaketnya ini, lalu ia mengurangi kecepatan motornya.

"Makasih."

   Raihan mengangguk. Lalu tidak sampai tiga menit, akhirnya mereka sampai di sekolah. Raihan menerobos siswa-siswi yang sedang berlarian, karena gerbang yang sedang ditutup lebih tepatnya sudah setengah bagian gerbang ditutup.

                      ☀☀☀

   Syahla berjalan santai di lorong sekolahnya, matanya menangkap guru yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Ia pun berjalan ke arahnya berucap salam sambil mencium tangannya.

"Neng, ibu boleh minta tolong?" Tanya Ibu setengah paruh baya itu.

"Iya Bu, minta tolong apa?"

"Tolong foto copy kertas ini ya, 35 lembar!" Ucap Guru itu seraya menyerahkan kertas itu kepada Syahla.

Syahla mengangguk. "Iya Bu, kalo gitu Syahla permisi dulu." lalu Syahla melenggang pergi menuju koperasi yang berada di lantai bawah.

Syahla memasuki koperasi yang masih sepi, dan menghampiri bapak tua yang sedang duduk. "Permisi pak, saya mau foto copy ini."

"Maaf Dek, kebetulan kertasnya sudah habis, bapak lupa beli." Ucap Bapak tua itu dengan tidak enak hati.

"Oh yauda deh Pak makasih." Bapak itu menanggapi dengan senyuman, lalu Syahla berjalan keluar koperasi. Ia melihat gerbang sekolahnya yang hampir ditutup. Terpaksa ia harus memfoto copy di luar sekolah, Syahla berlari kecil menuju gerbang sekolah.

Setelah sampai Syahla langsung memanggil pak Satpam yang sedang memegang pintu gerbang. "Pak."

Pak Satpam itu pun menoleh ke arah Syahla. "Saya boleh minta izin keluar sebentar Pak? Saya mau foto copy kertas ini. Di koperasi kertasnya abis."

Where The FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang