7. Ice Cream

499 42 0
                                        

SMA Violet masih sangat sepi ketika Cakka dan Shilla sampai di sana. Keduanya berjalan menyusuri koridor menuju kelas masing-masing.

"Tumben lo ngajakin gue berangkat sepagi ini. Belom ngerjain PR ya lo?" Cakka menyampirkan tangannya di pundak Shilla yang sedang fokus bermain game di handphonenya sambil berjalan perlahan. Hari ini gadis itu memang memintanya untuk berangkat setengah jam lebih awal dari biasanya. Mungkin ia ingin menyelesaikan PRnya lebih dulu.

"Enak aja. Gue tuh anti ngerjain PR di sekolah. Emangnya lo?" Jawab Shilla tanpa menoleh pada laki-laki di sebelahnya.

Cakka mencebik. "Terus lo mau ngapain?"

"Ya nggak ngapa-ngapain. Emangnya nggak boleh gue dateng pagi?" Ucap Shilla sewot sambil membenarkan rambutnya dengan satu tangan, kemudian ia kembali memainkan gamenya.

Cakka melengos, ini yang paling ia tidak suka kalau Shilla sedang dalam masa pms. Pasti selalu marah-marah tidak jelas. Dan sepanjang hari ini, sepertinya Cakka harus menyiapkan batinnya menghadapi omelan-omelan gadis itu.

"Ta, mainnya nanti aja sih di kelas. Main game jangan sambil jalan gitu." Cakka memperhatikan Shilla yang sangat fokus menatap layar handphonenya itu. Bukannya Cakka mau melarang Shilla main game, tapi kondisinya sekarang mereka masih di jalan dan belum sampai kelas.

Tidak ada respon sama sekali dari Shilla, ia tetap asyik dengan game yang baru ia download dua hari yang lalu itu.

"Tata." Panggil Cakka lagi.

"Hm."

"Nanti aja mainnya."

"Nanggung, Bi! Ini dikit lagi gue naik level."

Cakka berdecak, kemudian ia merebut paksa handphone Shilla.

"ABI AH! BALIKIN!" Shilla berusaha menggapai-gapai tangan Cakka.

"Gue sita sampe istirahat nanti." Ucap Cakka tegas lalu memasukan handphone itu ke dalam saku celananya.

Shilla berdecak kesal, "Rese lo! Awas aja kalo sampe gamenya dihapus." Ia memperingati.

"Iya, nggak bakal gue hapus."

"Yaudah gue duluan ke kelas. Bye!" Ucap Shilla ketus kemudian berlari meninggalkan Cakka menuju kelasnya.

"Jangan lari-lari, Ta!"

• • •

"Lah? Anjir."

Cakka melangkah masuk ke kelas sambil menatap anak laki-laki yang sudah duduk manis di pojok kelas.

"Kesambet apaan lo jam segini udah ada di kelas?" Cakka menepuk pundak Deva lalu duduk di sebelahnya.

Deva kemudian mengeluarkan buku tulisnya. "Tebak coba kenapa?" Tanyanya sambil membuka buku tersebut.

"Yaelah, PR Ekonomi?" Cakka melengos, ia ingat bahwa minggu kemarin kelas mereka mendapat banyak tugas ekonomi karena Pak Broto berhalangan hadir.

Deva mengacungkan jempolnya di depan wajah Cakka. "Seratus buat lo!" Ujarnya seraya terkekeh, "Pinjem dong, Ka. Sekalian sama pulpen ya, gue lupa bawa. Hehe."

"Dev, Dev, kapan emangnya lo pernah bawa pulpen?" Cakka geleng-geleng kepala, tapi ia tetap memberikan buku tugas Ekonominya dan sebuah pulpen pada Deva.

Deva mulai menyalin apa yang tertulis di buku Cakka. Sedangkan temannya itu sudah sibuk dengan handphone di tangannya.

"Lo ganti HP ya?" Tanya Deva setelah melirik sekilas pada handphone yang di pegang Cakka.

Best Friend?Where stories live. Discover now