Sebelumnya mau minta maaf karena di part ini nggak ada Cakka. Hehe. Cakkanya bolos dulu ya. Part selanjutnya baru muncul lagi. :)
• • •
"Bundaaaa!"
Shilla berlari tergesa-gesa menuruni anak tangga, tangan kanannya sibuk menenteng sepasang sepatunya sedang tangan kirinya membawa tas ransel biru mudanya.
"Loh, Ta? Kok kamu belum berangkat?" Wanita yang bernama Gladis itu keluar dari dapur saat mendengar teriakan putrinya.
Shilla duduk di anak tangga terakhir dan buru-buru memakai sepatunya. "Ya belom lah, orang nggak ada yang bangunin aku. Kan kesiangan jadinya." Gerutu anak itu.
"Ya ampun, Ta. Bunda nggak tau kamu belum bangun. Bunda kira kamu udah berangkat sama Abi dari tadi. Lagian tumben banget kamu kesiangan, jam weker kamu kemana?"
"Rusak." Jawabnya singkat. Tangannya masih sibuk mengikat tali sepatunya.
"Terus Abi kemana? Kok tumben nggak ke sini? Kalian nggak berangkat bareng?" Gladis menginterogasi putrinya itu.
"Nggak." Hanya itu jawaban yang Shilla beri. Kemudian ia berdiri setelah sepatunya sudah terpasang dengan benar dan mengambil ranselnya yang tergeletak di lantai. "Tata berangkat ya, Bun." Anak itu mencium pipi Bundanya.
"Kamu naik ojek aja dari depan komplek!" Gladis berteriak pada Shilla yang sudah berlari keluar rumah.
"Iyaaa!"
Shilla melirik jam tangannya sebelum membuka gerbang.
Pukul 06.55.
Shilla berjalan cepat menuju pangkalan ojek yang berada di depan komplek, tak jauh dari rumahnya. Anak itu langsung menyuruh salah satu tukang ojek mengantarnya ke SMA Violet. Tapi, mungkin keberuntungan sedang tidak berpihak pada Shilla pagi ini. Ojek yang ia tumpangi mogok dan membuatnya terpaksa turun sebelum kendaraan tersebut berhasil sampai di depan sekolahnya. Akhirnya, karena menunggu angkot atau mencari ojek yang lain hanya akan membuang waktu, Shilla memutuskan untuk berjalan kaki menuju sekolah.
Shilla setengah berlari dengan napasnya yang terengah-engah. Sinar matahari pagi membuat keringatnya mengucur di sekitar pelipis. Shilla sudah terlambat lima belas menit dari waktu yang seharusnya, dan peraturan di SMA Violet, gerbang akan di kunci setelah pukul 07.15.
Sial! Shilla mengumpat dalam hati. Ia berharap Pak Asep, satpam di sekolahnya itu akan berbaik hati padanya kali ini.
Tin! Tin!
Suara klakson itu membuat Shilla terkejut. Deva dengan sepeda motornya berhenti tepat di depan Shilla dan membuat gerakan kakinya terpaksa berhenti.
Laki-laki itu melepas helmnya. "Shill, lo telat?"
Shilla memutar bola matanya. "Ya menurut lo?" tanyanya balik. "Gue nggak mungkin ada di sini kalo nggak telat."
Deva terkekeh. "Kok tumben? Lo nggak berangkat sama-"
"Nggak." Shilla menyelak ucapan Deva, ia sudah tahu nama siapa yang akan disebut oleh laki-laki itu. "Dia berangkat sama Pricilla." Gumamnya pelan sambil menunduk.
Gestur dan jawaban Shilla tersebut membuat Deva menghela napas. Entah kenapa, ia tidak suka melihat ekspresi Shilla seperti itu.
Deva kemudian turun dan menarik tangan Shilla untuk mendekat ke motornya. Ia menyerahkan helm pada gadis itu seperti kemarin.
Shilla menerima helm tersebut dengan bingung. Kemudian ia menatap Deva seolah meminta penjelasan.
"Udah pake aja. Terus lo ikut gue." ujar Deva yang mengerti kebingungan gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/99104228-288-k25227.jpg)