15. Siap Patah Hati

407 51 2
                                    


Jam belajar di SMA Violet baru saja usai. Shilla sudah memasukan semua buku-bukunya ke dalam tas, dan bersiap untuk pulang. Tapi saat ia sedang memakai jaketnya, ponsel di saku seragamnya bergetar.

Abian Cakka: Ta, gue mau ngerjain tugas kelompok ekonomi dulu buat besok. Lo mau balik duluan apa nungguin gue?

Perempuan itu menghela napasnya. Kemudian ia meraih tasnya dan beranjak keluar kelas mengikuti langkah Ify dan Sivia sambil berbalas pesan dengan Cakka.

Ashilla Claretta: Lama gak?

Abian Cakka: Kayaknya bakal lama

Abian Cakka: Lumayan banyak tugasnya

Abian Cakka: Gue tlp Rio deh suruh jemput lo

Ashilla Claretta: Eh ga usah

Ashilla Claretta: Gue balik brg Ify aja

Abian Cakka: Oh ya udah

Abian Cakka: Hati2 di jalan

Abian Cakka: Lgsg balik ya jgn main kemana2 dulu

Abian Cakka: Kabarin gue kalo udh sampe rmh

Ashilla Claretta: Y.

"Fy, gue balik bareng lo ya?" Shilla menoleh pada Ify yang berjalan di sebelah kirinya sambil memasukan kembali ponselnya ke dalam saku.

"Yah, Shill. Hari ini gue pulang bareng nyokap, mau sekalian jenguk om gue di rumah sakit soalnya. Lo emang gak balik bareng Cakka?"

Shilla menggeleng. "Ya udah deh gue naik bus aja sendiri." Jawabnya lesu.

"Kenapa lo nggak minta jemput Kak Rio aja, Shill? Biar gue juga bisa ketemu dia sekalian hehe." Ify menunjukan cengirannya.

"Yee, modus aja lo. Kak Rio juga ogah kali ketemu sama lo." Sivia menimpali, membuat Ify merengut.

Shilla hanya terkekeh. "Ya udah deh, gue duluan ya. Kalian masih nungguin jemputan masing-masing kan di sini?" Tanya Shilla pada dua orang itu.

"Iya, gue masih nungguin Enrico jemput." Jawab Sivia. "Hati-hati di jalan ya, Shill." Pesannya sambil menepuk pundak Shilla.

Shilla mengangguk, kemudian berjalan mendahului kedua temannya itu. Halte bus di seberang SMA Violet sudah cukup ramai ketika Shilla sampai di sana. Shilla pun terpaksa harus berdiri untuk menunggu bus.

Matahari terasa begitu terik, membuat Shilla kepanasan dan menarik ikat rambut yang ada di pergelangan tangannya, berniat menguncir satu rambut panjangnya itu. Tapi pergerakannya terhenti ketika sebuah motor berhenti tepat di depannya.

Shilla mengernyit, tidak mengenali motor mau pun pengendara yang memakai jaket kulit warna hitam itu.

Setelah mematikan mesin motornya, orang itu melepas helm.

"Deva?"

Laki-laki itu tersenyum pada Shilla. "Lo kok naik bus? Nggak bareng Cakka?" Tanyanya.

Shilla menggeleng. "Dia masih ngerjain tugas kelompok katanya. Lo kok udah pulang? Nggak ngerjain tugas juga?" Perempuan itu balik bertanya.

"Udah selesai gue mah. Kan gue rajin. Hehe."

Shilla mencebik. "Nggak percaya gue."

"Yee serius, Shill. Tugas gue udah selesai semua. Besok tinggal dikumpulin." Deva tidak berbohong. Tugas ekonominya itu memang sudah diselesaikan tadi saat pelajaran di kelas. Beruntunglah ia yang mendapat partner rajin dan pintar seperti Kiki. Jadi pekerjaan mereka bisa selesai dengan cepat dan Deva tidak perlu repot-repot lembur seperti teman-temannya yang lain.

Best Friend?Where stories live. Discover now