13. Jealous

422 47 4
                                        

Setelah meletakan tasnya di dalam kelas, Cakka kembali keluar dan memilih duduk di pinggir lapangan sambil mendengarkan lagu dari handphonenya menggunakan headset. Suasana sekolah belum terlalu ramai. Di dalam kelasnya pun hanya ada lima orang yang baru datang. Dan diantara lima orang itu tentu saja tidak ada Ozy, Alvin, apalagi Deva.

"Hai, Cakka."

Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya dan menyapanya dengan senyum manis.

Cakka pun melepas headsetnya dan membalas senyum itu, "Hai, Pricilla."

"Lo tiap hari emang dateng jam segini ya?" tanya perempuan itu.

Cakka mengangguk, "Lo nggak berangkat bareng Alvin?"

Pricilla mengernyit. "Nggak, emang kenapa gue harus berangkat bareng Alvin?" tanyanya bingung.

"Lo kan deket sama dia gitu. Ya gue pikir-" Cakka tidak melanjutkan kalimatnya, dan justru menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia juga bingung kenapa ia bisa mengira kalau Pricilla akan berangkat sama Alvin.

Pricilla tertawa, "Nggak kok, gue emang deket sama dia. Tapi rumah gue sama dia nggak searah, jadi ribet kalau mau berangkat bareng."

"Oh gitu." Cakka mengangguk paham.

"Eh iya, kalau jam segini kantin udah buka belum sih?" tanya Pricilla kemudian.

"Udah kok, kantin selalu buka dari pagi. Kenapa? Lo mau sarapan?"

Pricilla mengangguk, "Gue belum sempet sarapan tadi."

"Ya udah lo mau ke kantin sekarang? Ayo gue temenin." Tawar Cakka.

"Eh? Gapapa nih?" Pricilla cukup terkejut karena Cakka ingin menemaninya.

Cakka mengangguk, "Gue sekalian mau beli minum."

"Oh, ya udah deh. Yuk."

Keduanya pun beranjak meninggalkan kursi panjang di pinggir lapangan itu dan berjalan beriringan menuju kantin.

• • •

"Ih, Shilla! Lo dengerin gue nggak sih?"

Ify merengut melihat Shilla yang justru asyik dengan game di ponselnya. Sedari tadi ia curhat panjang lebar tapi tak ada respon dari perempuan yang duduk di hadapannya itu.

"Iya gue denger, Fy. Udah sih tenang aja, kan gue udah bilang kalo Rio tuh emang suka sok jual mahal." Shilla menanggapi tanpa melepas pandangannya dari layar handphone. "Lo deketin aja terus, nanti juga dia luluh."

Ify mendengus, ia kembali teringat sikap Rio padanya kemarin. Sangat jutek dan dingin. Ia jadi sedikit pesimis untuk bisa lebih dekat dengan Rio.

"Udah jangan sedih gitu. Gue pasti bantuin lo kok." Shilla menghentikan gamenya sejenak dan meletakan benda pipih itu di atas mejanya.

Ify menatap Shilla, "Beneran nih ya?"

Temannya itu mengangguk mantap. Membuat Ify tersenyum lebar.

"GOOD MORNING!"

Suara lantang tersebut langsung membuat semua anak yang sudah ada di dalam kelas XI IPA 2 menoleh pada Sivia yang baru saja memasuki kelas. Padahal anak itu hanya berniat menyapa Shilla dan Ify.

"Berisik banget sih lo pagi-pagi." Protes Shilla ketika Sivia sudah duduk di sampingnya.

"Tau, semangat banget lo kayaknya? Lagi anniv ya?" Tanya Ify, Sivia memang terlihat sangat sumringah saat ini.

Best Friend?Where stories live. Discover now