12 || TERDAMPAR

601 85 6
                                    

Hey lovelies! Makasih banyak ya udah membaca dan mendukung Road Trip sejauh ini ^^

Makasih juga doanya buat babyku Talula uhuhu.. Dia udah membaik nih (masih muntah2 sih), moga-moga cepet pulih 'aja..

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adventure, yeah. I guess that's what you call it when everybody comes back alive.

- Mercedes Lackey -


"Mungkin kita bisa keluar? Jalan sedikit. Peradaban pasti udah dekat."

"Itu ide paling bego yang pernah gue denger."

Penolakan sadis dari Aurora efektif membunuh semua ide yang ada di kepala Iskandar. Sekarang, gadis itu bahkan tidak pernah menyensor kata-katanya lagi. "Kenapa?"

"Lo nggak pernah liat acara kriminal? Atau baca novel misteri?" Rora melirik dan menaikkan sebelah alis, kemudian mendesah lelah saat tatapan pemuda di sebelahnya tidak berubah; kosong dan penasaran. "Kebanyakan pelaku kejahatan selalu menunggu korbannya keluar dari kendaraan mereka."

Kandar mengerjapkan matanya kebingungan. "Tapi nggak ada berita tentang penjahat di google."

"Bukan berarti karena nggak ada artikel, kejahatannya nggak ada," Rora bersedekap dan kembali melihat berkeliling. "Inikan tempat terpencil. Mungkin wartawan juga nggak tertarik meliput berita di daerah ini."

Akhirnya semua penjelasan dari si cabe rawit memuaskan rasa penasaran dari si cowok naïf—plus membuatnya tersadar kalau idenya memang benar-benar bodoh. "Kalau ada mobil lewat kita bisa minta bantuan." Kandar masih terluka dari penolakan sebelumnya, tapi bukan berarti dia akan menyerah dalam memberi solusi.

"Mereka pasti penjahat yang nyari mangsa. Orang waras nggak bakalan berhenti, takut kalau ini jebakan."

Atau mungkin sebaiknya, dia memang diam saja.

Swuuunggg! Untuk membuktikan teori Rora barusan, sepasang mobil melewati tempat mereka dengan kecepatan penuh, seakan dikejar setan.

"Liat?"

Kandar menghela nafas dan bertanya-tanya dimana dia hidup selama ini. Tentu saja dia menonton berita dan bersimpatik pada hal-hal buruk yang terjadi pada orang-orang yang kurang beruntung (atau hewan—atau pohon, kalau-kalau Rora bertanya). Tapi dia tidak menyangka kalau dunia benar-benar sekelam itu. Kalau apa yang temannya bilang benar, maka dia harus benar-benar waspada saat meninggalkan kenyamanan rumahnya nanti.

Sang debaran hati merasa dingin saat memikirkan tentang lokasi kampus masa depannya yang terlalu jauh dari rumah. "Terus gimana?" tanyanya, mencoba menghapus ketakutan yang perlahan merayap.

"Tunggu sampe pagi. Kita bisa dorong mobil ini atau jalan kaki sampai nemuin bensin duluan," jawab Rora datar, masih bersedekap dan bersandar pada kursinya.

ROAD TRIP! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang