People don't take trips... trips take people.
- John Steinbeck -
Kandar dan Rora menghabiskan makan siang mereka di kota Brebes (dengan telur asin, tentu saja), sementara orang bengkel memperbaiki si van tua yang sangat membutuhkan perawatan. Pak Joko melepaskan mereka segera setelah ia mendapat keterangan dari montir mengenai rem yang blong, dan kedua remaja melanjutkan perjalanan dengan kaca spion yang baru, rem yang mutunya terjamin, dan bodi depan yang lecet-lecet. Oh, dan pakaian baru—kecuali kalau mereka mau masuk angin atau tampak seperti pasangan lusuh yang belum mandi selama satu minggu.
"Macet banget.." komentar Rora sambil melihat antrian mobil di kejauhan. Segera, si van hitam akan bergabung dan mereka harus bermacet-macetan ria selama beberapa jam lagi. Kedua siswa tingkat akhir itu akhirnya sampai di Jawa Tengah, tapi nampaknya mereka masih belum bisa bersenang-senang. Hanya tersisa waktu tiga jam sampai matahari terbenam, dan tadinya Rora berharap mereka sudah sampai di Jogja sebelum itu, berhubung Kandar juga setuju kalau mereka tidak akan mampir-mampir lagi dan lebih baik mengerahkan seluruh energinya di Daerah Istimewa yang sedang dituju. Menilai keadaan sekarang, hal tersebut sama mustahilnya dengan menghentikan diare si cabe rawit beberapa hari yang lalu.
"Tenang 'aja, kita cuma bakal ikut antrian itu selama beberapa saat, paling setengah jam," Kandar menenangkan Rora dengan energinya yang positif. Dia kelihatan segar habis tertidur, atau yah, dia terbangun saja setelah kecelakaan yang mereka alami belum lama ini. "Aku ketemu orang ini di internet, dan dia ngasih rute off road yang jauh lebih cepet."
Insting bahaya Rora menyala. Dia tidak pernah mempercayai orang yang dia temui secara online, apalagi yang belum pernah dia temui atau setidaknya menjalin hubungan selama setahun. Dari pernyataan Kandar yang over antusias barusan, dia tahu kalau cowok itu belum memenuhi keduanya. "Lo yakin kita nggak apa-apa lewat sana?"
"Aku udah nandain rutenya di peta, kamu nggak perlu takut nyasar," si bintang emas berkata dengan bangga.
Rora memperhatikannya untuk beberapa saat, pada matanya yang menyorot penuh percaya diri, pada bahunya yang tegak. "Hmm," gumam gadis itu. Mungkin ini bukan resep lain menuju bencana, toh Kandar sudah membuktikan diri dengan menjaganya saat sakit, dan mengelabui polisi yang seharusnya memulangkan mereka.
Jadi Rora bersedekap, mencegah lidahnya dari beraksi yang akan membuat suasana menjadi tidak enak, dan membiarkan Kandar membelokkan mobil mereka menuju jalan kecil setelah berkutat dengan kemacetan selama empat puluh menit.
Si ratu dingin menghela nafas. Lega karena udara di sini jauh lebih dingin (ya, bahkan orang bengkel tidak bisa memperbaiki AC-nya secara menyeluruh), tidak ada kebisingan, tidak ada debu yang mengepul, dan truk yang bisa menggilas mereka. Tetapi dia juga masih tegang, berdoa semoga Kandar bisa diandalkan untuk sekarang dan ke depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROAD TRIP! (COMPLETE)
Teen FictionAurora; cerdas, disegani, dan ditakuti. Ratu es sekolah yang doyan belajar, membuat manusia lain merasa kecil, dan hobi menyelamatkan lingkungan--sama sekali nggak menyangka kalau ia akan bepergian dengan Iskandar; si pemuda baik hati, luar biasa ta...