Aurora; cerdas, disegani, dan ditakuti. Ratu es sekolah yang doyan belajar, membuat manusia lain merasa kecil, dan hobi menyelamatkan lingkungan--sama sekali nggak menyangka kalau ia akan bepergian dengan Iskandar; si pemuda baik hati, luar biasa ta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Consideration is the basis of etiquette, and it starts at home.
If you can't show consideration to your spouse, child or family member, any consideration you show outside is shallow and a farce. - Chinha Raheja-
Ada sesuatu yang salah.
Aurora mengerang, memegangi perut seraya bergeser di tempat tidur. Selimut yang tebal membuat tubuh gadis itu tetap hangat, terlindung dari hawa dingin yang bergerak di sekeliling Bandung pada pagi hari. Masalahnya, apapun yang membuat si ratu dingin kesakitan berada dalam selimut itu, bukan di luar. Rora mengerang lagi, merasa seekor singa baru saja mencabik perutnya.
Dia menarik nafas, mencoba menilai apakah perutnya keram karena PMS, atau sakit perut biasa. Setelah beberapa menit mengatur nafas dan menggerutu, dia memutuskan bahwa diagnosa yang ke dualah yang paling tepat. Gadis itu mungkin memakan sesuatu yang buruk kemarin—dia ingat tiram yang disajikan oleh hotel ini agak sedikit aneh. Kalau saja memberi komplain pada pihak hotel secara habis-habisan tidak akan menarik perhatian yang besar pada mereka, Rora pasti sudah melakukannya.
Tidak apa-apa, mungkin gejolak pada lambungnya akan menghilang segera setelah dia buang air. Dan omong-omong tentang buang air, dia harus melakukannya sekarang! And oh boy, rasanya dia akan memuntahkan semua isi perut dari belakang.
"Rora nggak apa-apa? Kayak agak pucat.." Kandar menyapa saat Rora bergabung untuk sarapan, kira-kira setengah jam kemudian.
"Nggak kok, kalau pagi-pagi emang suka begini," si cabe rawit cepat-cepat menggeleng, berharap perutnya yang berbunyi barusan tidak membuat teman seperjalanannya waspada. Tubuhnya terasa enakan, meski masih melilit dan ada ada nyeri yang mengancam untuk kembali. Tapi untuk saat ini, gadis itu bisa beraktivitas dengan tenang.
Si cowok naïf yang mengingat kejadian kemarin memutuskan kalau si ratu dingin mengatakan yang sebenarnya. Mungkin Rora punya kebiasaan untuk mengingat hal-hal buruk di pagi hari, makanya dia selalu pucat setelah bangun tidur. "Hmm," cowok itu manggut-manggut dan tersenyum manis, kelihatan ganteng bahkan sebelum dia mandi. "Yuk, kita sarapan."
Rasa mual menyerang saat Rora berhadapan dengan makanan yang tersusun rapi di meja ruang keluarga, dia mencoba untuk tidak meringis. Susu hangat, roti berselai, semangkuk strawberi segar.. Resep untuk memperparah sakit perut. Apa jadinya kalau dia memakan ini semua? Mungkin bom atom yang dia lepaskan selanjutnya akan lebih parah dari yang tadi—dia bahkan harus membuka ventilasi dan pintu yang menuju ke kamarnya (plus semua jendela), hanya untuk mengusir bau yang kuat di kamar mandi, berharap kalau semuanya akan hilang sebelum Kandar harus menggunakannya.