Dengan langkah gontai Verra berjalan menuju kelasnya, raut wajahnya tidak terlihat baik, benar-benar tidak bersemangat sama sekali. Dua minggu belakangan kelasnya sudah mulai melakukan pendalaman materi untuk persiapan ujian yang tinggal beberapa bulan lagi. Rasanya dia sudah capek sekaligus muak sekali dengan semua urusan yang berbau IPA, kimia dan senyawa-senyawanya, fisika dengan rumus-rumusnya, dan biologi dengan segala bahasa latinnya. Dia baru menyadari dari semua pelajaran pokok jurusan IPA dia hanya tertarik dengan Biologi, sisanya dia sudah berusaha bagaimana hasilnya cukup dipasrahkan saja katanya.
"Besok try out banget nih?" tanya Amanda pada Verra yang baru saja duduk di kursinya.
"Ada bahasan lain gak selain try out? Gue baru duduk loh, Man."
"Nggak nyangka ya cepet banget anjir kita tiba-tiba kelas tiga, terus besok udah try out aja." Verra menelungkupkan wajahnya di atas meja. Rasanya dia perlu tidur saat ini karena malas mengingat bahwa benar masa sekolahnya sebentar lagi akan selesai.
"Hari ini ada simulasi ujian, gue kayaknya duluan gak satu sesi sama lo," ujar Amanda lagi, Verra masih tetap pada posisi yang sama, dia menghela napas kasar, "Lo kebagian simulasi jam berapa emang?" tanya Verra.
"Lo kenapa si, Ver? Sakit? Kok lemes banget?" Amanda memaksa Verra untuk menegakkan kepalanya, dia memegang dahi Verra untuk memastikan anak itu baik-baik saja. Verra terkekeh, kemudian menjawab "Nggak, gue lagi capek aja dikit."
"Perlu ke UKS nggak?"
"Nggak lah, gue nggapapa anjir!"
"Yuk bisa yuk!"
Setelahnya mereka mulai fokus untuk kelas pendalaman materi, kelas berjalan cukup kondusif bahkan Verra sampai bingung kelasnya bisa sehening itu, tidak ada yang main-main atau bercanda seperti biasanya. Lagi-lagi Verra terdiam memperhatikan sekitarnya menyadari suasana kelasnya yang memang sudah benar-benar berubah, teman-temannya pasti tengah sibuk mempersiapkan diri untuk ujian nanti.
"Hening banget nggak si nih kelas?" celetuk Amanda dengan suara berbisik.
Verra refleks menoleh sedikit kaget karena ternyata bukan dirinya saja yang merasa begitu, "Demi gue kira gue doang yang ngerasa ini kelas tumben banget pada serius semua," respon Verra dengan suara berbisik juga.
"Yakan? Gue mau ngajak lo ngobrol aja rasanya takut ganggu yang lain." Verra tertawa menanggapi ucapan Amanda yang memang tidak berlebihan sama sekali, karena memang sehening itu kelas mereka.
Pendalaman materi kelas pertama sudah selesai, Verra dan Amanda sama-sama langsung membuka ponselnya tanpa tujuan yang jelas, sedangkan teman-temannya ada yang masih sibuk membahas dan mengulang materi tadi, ada yang sudah memiringkan ponsel untuk bermain game, bahkan ada yang diam-diam keluar kelas untuk ke kantin.
"Kayaknya gue belum siap deh kalo besok banget kita try out," ujar Verra dengan tatapannya yang masih fokus pada ponsel digenggamannya. Amanda beralih dari ponselnya menatap Verra sedikit jengkel, "Yang kayak lo aja belum siap gimana lagi gue?" Verra hanya terkekeh menanggapi ucapan Amanda.
Tidak lama dari itu, Amanda pergi lebih dulu untuk melakukan simulasi ujian, sesuai dugaanya mereka beda sesi. Keadaan kelas saat ini lumayan sepi hanya ada beberapa siswa yang tersisa, sebagiannya sedang simulasi dan ada juga beberapa dari mereka yang pergi ke kantin, sedangkan Verra hanya disibukkan dengan ponselnya dari tadi.
"Ver, lo nggak simulasi?" tanya Firdaus yang baru saja masuk ke kelas.
"Emang sesi sebelumnya udah selesai?" Verra malah bertanya balik.
"Belum sih, tapi Velly sama yang lain udah ke lab komputer duluan." Verra mengangguk-angguk, matanya sibuk mencari keberadaan Hema.
"Nyari Hema ya, lo?" tanya Firdaus lagi, paham dengan gelagat Verra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verrarell
Teen Fiction[Sedang diperbaiki] Bagi Verra memendam perasaan terhadap seseorang itu sebuah kekeliruan, karena sejatinya perasaan memang untuk diutarakan. Kalau hanya dipendam tanpa yang bersangkutan tahu, apa dengan menerka-nerka sudah cukup menenangkan? Atau a...