Awkward Moments

152 22 65
                                    

Hari ini Verra sudah menceritakan semuanya pada Amanda, tadi saat jam pelajaran di kelasnya sedang kosong. Dua guru sekaligus berhalangan hadir untuk masuk ke dalam kelas mereka, jadi kesempatan itu Verra gunakan untuk menceritakan tentang Verrel pada teman semejanya itu. Meskipun sebenarnya Verra masih ingin menutupi semuanya dari Amanda, dengan alasan dia  memang ingin merasakan dan menikmatinya sendiri, dia tidak ingin memberitahu siapapun kecuali Verrel, sebagai bentuk antisipasinya saja jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.

Itupun dia tidak akan menceritakannya jika bukan karena terpaksa. Jadi, tadi Amanda sedang meminjam handphone Verra, tanpa pikir panjang Verra langsung saja memberikan handphonenya pada Amanda, karena biasanya mereka memang saling meminjam handphone mereka satu sama lain. Dan sialnya saat Amanda sedang memainkan handphonenya, tiga pesan masuk sekaligus dan itu semua dari Verrel. Jelas Amanda langsung histeris saat tahu ada pesan masuk dari Verrel, dia langsung membombardir Verra dengan segala pertanyaannya yang menyudutkan Verra mau tidak mau jadi menceritakan semuanya pada Amanda.

"Verrel?" tanya Amanda histeris.

Disusul dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang membuat Verra merasa habis sudah riwayatnya.

"Verrel Riezky yang duduk sama lo waktu try out?"

"Verrel yang sering gue ledekin sama lo?"

"Verrel yang kegap lagi ngeliatin lo 'kan, Ver?"

"Demi apa?"

"Anjir lo beneran deket sama dia?"

"Dia ngechat lo, Ver?"

"Cerita nggak!"

Verra tidak bisa menyalahkan Verrel sepenuhnya yang tiba-tiba mengirim beberapa pesan untuknya, dia juga tidak bisa menyalahkan Amanda yang tidak sengaja membaca pesan dari Verrel ketika dia tengah meminjam handphonenya, memang timingnya saja yang kebetulan sangat bertepatan. Dan ya, jika sudah begini Verra bisa apa selain menceritakan semua yang terjadi padanya dan Verrel beberapa hari belakangan ini.

"Anjir! Kenapa lo baru ceritain ini semua ke gue sekarang?" respon Amanda saat Verra selesai menceritakan semuanya secara detail tanpa ada yang dia kurangi atau dia lebih-lebihkan. Termasuk bagian yang Verra mengungkapkan perasaannya lebih dulu ke Verrel. Amanda cukup bisa memahami jika yang Verra lakukan memang hanya sekedar mengungkapkan, tanpa meminta dia juga demikian.

"Gue takut nggak sesuai ekspektasi gue, dari pada banyak orang yang tau tentang gue sama dia. Mending cukup gue sama dia aja yang tau 'kan?" begitu alasan Verra. Dia memang tidak ingin mengumbar-umbar perihal hubungannya dengan Verrel.

Meski paham dengan alasanan Verra, tapi Amanda masih belum terima karena temannya itu menutupi masalah ini darinya, "Ya seenggaknya lo cerita sama gue, Ver! Gila lo senekat ini dan gue baru tau sekarang?" 

Verra menghela napas mendengar ucapan Amanda, sudah menduga respon Amanda akan seperti ini.

"Ya buat apa? Kalo di sini ternyata yang punya perasaan itu cuma gue, terus gue udah cerita ke lo, nanti gue patah hati. Lo malah kayak yang kasihan gitu sama gue? Sedangkan kalo cuma gue yang tau, yaudah nggak ada belas kasihan dari siapapun, karena yang tau ya emang cuma gue. Dan yang jelas itu mempermudah gue buat move on kalo sampe hal itu bener terjadi? Iya 'kan?" Verra terus menjelaskan maksudnya dengan sejelas-jelasnya, mencoba membuat Amanda mau memahami keputusannya.

Dan gantian jika sudah seperti ini Amanda bisa apa? Dia menghela napas lesu, "Gue mau berguna juga buat lo tau, gue selalu cerita apapun ke lo, tapi ya lo cuma seadanya aja gitu kalo cerita ke gue," ucap Amanda dengan nada rendahnya, soal perasaan dia memang lebih sensitif, makanya Verra sudah tidak heran lagi jika Amanda akan membahas hal ini.

VerrarellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang