Tryout Day 2

159 30 23
                                    

Setelah kejadian kemarin di mana Verra memberikan jawabannya pada Verrel, hal itu membuat Verrel menjadi lebih relax dan tidak sungkan lagi untuk berbicara dengan Verra duluan, Verra pun sama dia sudah mulai terbiasa dengan tingkah Verrel yang berbanding terbalik dengan dirinya.

"Ver? Lo duduk sama Verrel?" Verra mengangguk menjawab pertanyaan Amanda. 

"Demi apa? Kok nggak ngasih tau gue?" tanyanya lagi, membuat Verra mengernyitkan dahinya bingung.

Mereka berada di kantin sekarang, sedang menyempatkan diri untuk istirahat makan sebelum jam kedua try out dimulai. Pagi tadi mereka sudah berpusing-pusing ria dengan kimia dan senyawanya, merasa sudah terkuras segala energinya jadilah mereka memutuskan untuk mengisi energi kembali dengan makanan.

"Lah lo nggak nanya," jawab Verra sekenanya, karena dia merasa hal itu tidak perlu dia ceritakan.

"Gue aja cerita duduk sama Sandi, lo kenapa nggak cerita duduk sama doi?" ujarnya, Verra tidak menanggapi dengan serius dia malah tetap berusaha menikmati roti bakarnya. "Kok bisa pas gitu ya?" tanya Amanda lagi heran.

"Pas apanya?" jawab Verra, dia mengabaikan ucapan Amanda yang sebelumnya.

"Verra Verrel!" Verra menoleh bingung tidak memahami maksud yang ingin Amanda sampaikan padanya. "Apanya sih? Kemarin Nabila yang ngomong gitu, sekarang lo." 

"Ya emang pas anjir, kalo nggak salah nama dia Verrel Riezky, ya?" lalu Verra mengangguk membenarkan tebakannya, dan hal itu membuat Amanda berseru semangat, "Tuh 'kan lo tau!"

Verra menghela napas sebelum merespon ucapan Amanda yang dia yakini sudah berpikir kemana-mana, "Ya menurut lo? Gue duduk semeja, terus nggak tau nama panjangnya apa? Gitu?" sahut Verra sarkas, karena menurutnya wajar saja jika dia tahu nama panjang Verrel.

"Gue aja nggak tau tuh nama panjang Sandi yang duduk sama gue." Verra memutar bola matanya jengah, mau dia mengelak selogis apapun Amanda akan tetap menyudutkannya.

"Mba Putri waktu itu pernah nyebut nama dia, terus gue inget," ucap Verra mencoba menjelaskan sebisanya.

Setelah mendengar penjelasannya, Amanda justru menunjuk-nujuk Verra dengan mata berbinarnya, "Nah itu maksud gue, bisa pas gitu ya? Lo jadi tau 'kan Verrel yang mana? Padahal kemarin susah banget ngasih tau lo mana yang namanya Verrel, eh sekarang malah dikasih kesempatan duduk berdua lagi," ucap Amanda panjang lebar. Verra lalu terdiam memikirkan yang baru saja Amanda katakan, yang memang ada benarnya juga.

"Gue duduk sendiri-sendiri, dia di kursinya, gue juga di kursi gue!" 

"Ya bodo amat sih!" Kali ini Amanda yang sebal karena respon Verra, lalu dia terkekeh menanggapinya. 

"Terus ya nama lo berdua sama lagi, Verra Riesty sama Verrel Riezky, ngerti nggak sih lo? Udah kayak rangkaian listrik Verarel!" Amanda masih sangat antusias membahas soal Verra dan Verrel.

"Uhukk anjirrr!" Verra tersedak mendengar ucapan Amanda yang semakin tidak masuk akal, "Paralel bego! IPA banget sih lo, males ah gue lagi makan masih aja disuruh mikir." 

"Oh paralel ya?" tanya Amanda disertai dengan kekehannya. 

"Btw, lucu deh kayak cerita di novel-novel," ucapnya lagi masih terus membahas hal yang sama.

"Kali aja nanti kisah lo kayak di novel-novel? Verrelnya badboy, Verranya kolot!" Verra lalu menatap Amadan tajam, tidak habis pikir kenapa dia bisa berteman dengan Amanda yang tingkat ketidak jelasannya itu suka bikin emosi.

Malas menanggapi ucapan tidak jelas Amanda, Verra buru-buru menyelesaikan makannya, lalu bergegas menuju kelasnya, meninggalkan Amanda yang kebingungan karena Verra malah meninggalkannya tanpa merespon apapun.

VerrarellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang