Hampir dua hari Verra dianjurkan untuk banyak istirahat, tidak boleh terlalu capek, bahkan dia sempat izin tidak ikut rapat karena kondisinya memang belum begitu baik, dan sekarang Verra sudah sepenuhnya kembali membaik, suaranya sudah kembali seperti semula tidak serak lagi, kepalanya juga sudah ringan seperti biasanya.
Setelah kejadian beberapa hari lalu saat Verra kepergok sedang memperhatikan Verrel dari jauh, ada kejadian memalukan lainnya yang sangat kebetulan sekali. Kemarin saat Verra sedang membeli makanan di kantin bersama Amanda seperti biasanya, Amanda tengah asik bercerita panjang lebar tentang Genta yang memberinya boneka teddy bear dengan ukuran yang hampir sama seperti besarnya Amanda atau Verra, padahal sebelumnya mereka tidak pernah membahas soal boneka atau hadiah lainnya, dan tiba-tiba saja Genta datang membawakan boneka yang didamba-dambakan kaum hawa itu.
Amanda saat itu sangat terkejut, senang dan terharu jadi satu. Dia merasa beruntung diperlakukan sebegitu manisnya, dan dengan seksama Verra mendengarkan ceritanya itu dengan sesekali ikut tersenyum karena Amanda terus mengumbar aura bahagianya itu pada Verra. Sampai satu objek membuat fokus Verra buyar, dia melihat Verrel sedang berbincang dengan temannya, laki-laki entah siapa Verra tidak mengenalnya. Refleks pandangannya langsung lurus ke arahnya, matanya fokus mengikuti setiap gerak-geriknya.
"Terus gue sih pengen biasa aja tuh, Ver! Tapi ujung-ujungnya gue melted juga saking nggak nyangkanya Genta manis banget gitu," ucap Amanda heboh, Verra menggelengkan kepalanya sekilas dia tidak mendengar ucapan Amanda sebelumnya.
"Liat apaan lo, Ver?" ucap Amanda lagi, buru-buru Verra mengalihkan pandangannya.
"Ah nggak!" jawab Verra kaku, lalu dia buru-buru mengalihkan topik pembicaraan mereka, kembali membahas tentang Genta, "Siapa juga yang nggak melted tiba-tiba doi dateng bawaain boneka yang gedenya hampir sama kayak lo!" ujar Verra dan untung saja Verra tadi sempat mendengar ucapan terakhir Amanda, jadi dia tidak terlalu gagap menanggapi ucapannya.
"Makanya, duh gila Genta minta banget disayang nggak, sih?" ucap Amanda penuh binar, Verra tertawa menanggapinya, memaklumi tingkah temannya yang sedang berbunga-bunga.
"Awas saja tiba-tiba lo dateng ke gue terus ngerengek gara-gara Genta jahatin lo," ujar Verra memberi peringatan, Amanda hanya cengengesan menunjukan deretan giginya yang rapi pada Verra.
Setelah pesanan mereka sudah jadi, mereka lalu bergegas untuk membeli minum di tempat biasa mereka membeli minum.
"Budeh!" sapa Verra pada penjual minuman yang sudah dia kenal cukup baik, karena dia selalu membeli minuman di kedainya.
"Eh Mbak Verra!" sapa balik Budeh memanggil nama Verra. "Mau minum apa, Mbak?" tanyanya, baik Verra maupun Amanda langsung menyebut pesanan mereka.
"Kayak biasa, jus stoberi pake susu tapi jangan terlalu manis ya, Budeh!"
"Oke siap, kalo Mbak Amanda apa? Samain kayak Mbak Verra?"
"Aku jus alpukat aja, Budeh."
"Mbak Verra? Kamu kelas tiga, ya?" tanya Budeh saat dia sudah selesai membuatkan pesanannya.
Verra mengangguk mengiyakan, "Iya Budeh, tahun terakhir Verra nih di sekolah."
Budeh menggangguk-angguk paham, lalu dia kembali bersuara seperti habis mengingat sesuatu, "Ohiya Verrel juga sama ya berarti sudah mau lulus?" ujar Budeh tiba-tiba, dia beralih ke arah belakang Verra dan Amanda.
Verra langsung membulatkan matanya kaget, merasa dirinya tadi mendengar nama Verrel disebut, tapi dia langsung menggelengkan kepalanya berusaha membuang pikirannya yang tidak beres, karena selalu ada Verrel di dalamnya. Namun karena penasaran dia memberanikan diri untuk menoleh ke belakang, dan betapa terkejutnya dia setelah melihat keberadaan Verrel yang tepat berada di belakangnya, dia pikir hanya halusinasinya saja, ternyata memang benar adanya, Verrel ada di belakang Verra.
![](https://img.wattpad.com/cover/103254018-288-k388254.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Verrarell
أدب المراهقين[Sedang diperbaiki] Bagi Verra memendam perasaan terhadap seseorang itu sebuah kekeliruan, karena sejatinya perasaan memang untuk diutarakan. Kalau hanya dipendam tanpa yang bersangkutan tahu, apa dengan menerka-nerka sudah cukup menenangkan? Atau a...