Dua minggu setelah kejadian cheesy antara aku dan Verrel di GOR futsal, sekarang aku jadi semakin dekat dengan teman-temannya Verrel. Eh mereka sekarang juga sudah menjadi temanku. Asik! Mereka memang kelakuannya sama persis dengan Verrel, pandai membawa suasana, aku yang tadinya jaim jadi tidak bisa jaim karena mereka terus-menerus membuat aku nyaman berada di antara mereka sampai akhirnya aku menjadi diriku sendiri, sama seperti saat aku bersama Manda, Nabila dan teman dekatku lainnya.
Kemarin saat Nabila datang dengan teman-teman perempuannya yang lain, dia langsung histeris dan memberiku serentetan pertanyaan tentang aku dan Verrel. Sepertinya Gilang sudah memberi tahu Nabila, atau berita itu langsung dishare di grup kelas mereka, seperti kemarin? Makanya dia langsung menghampiriku dan berteriak histeris.
"Anjir jadian juga 'kan lo berdua!"
"Gila! Abang Verrel awas macem-macem sama Verra!"
"Ih Ver? Seneng dah gue masa!"
"Gimana ceritaaaaaa?"
Ya, kiranya seperti itu kebawelan Nabila yang membuat gendang telingaku rasanya ingin pecah. Berisik sekali!
"Nanya gue aja sini!" ujar Verrel membalas semua ucapan Nabila, yang saat itu Verrel memang masih duduk di sebelahku.
Nabila mendengus kesal, "Gue nanya Verra!" Jawabnya ketus.
Verrel tertawa. "Nanya gue juga sama aja," jawabnya, aku mana tahan untuk tidak tertawa juga mendengar perdebatan kecil mereka.
"Apaan sih? Tau yang baru jadian mah!" ledek Mira yang tadi datang menghampiriku bersama Nabila.
"Tau! Sono lo futsal! Sekarang kita mau girls talk dulu," tambah Nabila, dia mengambil posisi duduk di tengah aku dan Verrel yang jelas itu memisahkan kami berdua secara sengaja. Verrel refleks berdecak karena tingkah Nabila.
"Udah sana! Cewek lo mau kita sidang dulu," Aku meringis mendengar Putri berucap seperti itu. Mau disidang? Aku berasa menjadi narapidana dadakan.
Omong-omong aku tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum saat Putri secara tidak langsung menyebutku 'cewek-nya Verrel'. Duh masih berasa mimpi sampai sekarang.
"Tinggal, ya?" tanya Verrel padaku, aku mengangguk mengiyakan. Tapi saat dia hendak berbalik badan dia kembali menatapku. "Titip, Ra!" ujarnya, dia mengulurkan ponselnya padaku, aku sempat terdiam melihat uluran ponselnya, tapi di detik berikutnya aku menerima ponselnya dengan senang hati. Dan di luar dugaanku Verrel malah mengacak rambutku gemas, setelah itu dia langsung beranjak meninggalkanku dengan senyum manisnya yang masih bisa aku ingat sampai sekarang.
"Iya yang lain ngontrak!" ledek Putri.
"Anggap gue nggak ada, Bang!" sahut Nabila dengan gaya andalan mencibirnya.
"Tutup mata, Bil! Adegan 17++!" tambah Mira, kedua tangannya menutup mata Nabila.
"Ohiya aku belum cukup umur," ucap Nabila, dia refleks menutup mata dengan kedua tangannya, menggantikan posisi tangan Mira sebelumnya. Sial, pipiku pasti merah nih!
"Apaan sih pada? Lebay!" ujarku menghentikan cibiran mereka semua yang meledekku. Verrel juga sih tidak lihat situasi! Dia memang sengaja sepertinya membuat aku malu karena ulahnya.
"Anjir gimana?"
"Iya cerita!"
"Kok lo mau sih sama Verrel?" tanya Mira dengan binar penasarannya, oke bukan hanya Mira tapi mereka bertiga memang penasaran. "Eh dia ganteng si lumayan," tambah Mira, aku terkekeh menanggapi ucapannya yang terang-terangan berpendapat Verrel ganteng. Padahal biasa saja sih, ah dia biasa saja aku sudah jatuh cinta begini. Bagaimana kalau dia luar biasa? Hmm nggak mungkin juga mau sama aku si dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verrarell
Teen Fiction[Sedang diperbaiki] Bagi Verra memendam perasaan terhadap seseorang itu sebuah kekeliruan, karena sejatinya perasaan memang untuk diutarakan. Kalau hanya dipendam tanpa yang bersangkutan tahu, apa dengan menerka-nerka sudah cukup menenangkan? Atau a...