Menghindar

175 21 69
                                    

Setelah pengakuan Verra kemarin, dia memutuskan untuk menghindar dari Verrel sepenuhnya. Entah kenapa dia merasa sangat aneh sekaligus bisa-bisanya sejujur itu, pikirnya. Makanya sekarang dia merasa tidak punya muka sama sekali jika harus bertemu dengan Verrel, untuk meluruskan maksudnya, dia benar-benar berusaha mengurangi kemungkinan untuk bertemu Verrel, yang biasanya dia oke-oke saja jika diajak ke kantin oleh Amanda, sekarang dia menolaknya mentah-mentah. 

Bingung kenapa perasaannya malah jadi maju-mundur seperti ini, padahal biasanya Verra senang sekali jika diberi kesempatan untuk bertemu dengan Verrel, karena jika mereka bertemu dia bisa melihat senyum Verrel. Katanya lumayan meskipun tidak sengaja, tapi seringkalinya dia sendiri yang menyengajakannya.

"Ver? Kenapa sih lo nggak mau ke kantin?" Amanda bertanya entah sudah yang keberapa kalinya, dia bahkan sudah merasa hampir frustasi membujuk Verra untuk pergi ke kantin bersamanya.

"Yaudah nggak ke kantin deh, kemana kek gitu! Keluar kelas, bosen banget gue!" Ajaknya lagi tidak kapok sama sekali meski dari tadi Verra tidak tanggapi. Verra tengah sibuk membaca salah satu cerita yang belakangan ini memang sedang dia ikuti di salah satu platform online untuk membaca, wattpad.

"Verra bener-bener deh kalo udah baca berasa cuma sendiri di dunia!" Kesal Amanda, lalu dengan isengnya dia menggulir layar handphone Verra sehingga yang sedang perempuan itu baca berganti ke halaman yang tidak sesuai dengan alur ceritanya.

Verra jadi ikutan sebal karena tingkah Amanda, "Kalo bosen sana kemana kek! Nggak usah ganggu ketenangan gue bisa nggak, sih?" ujar Verra akhirnya bersuara.

"Apaan sih kok jadi aneh banget? Ayo kek ke kantin! Gue laper," ucapnya kali ini lebih mirip seperti rengekkan anak kecil.

Verra memutar bola matanya jengah, masih saja memaksanya padahal dia sudah mengusirnya untuk meninggalkan dia sendiri, tapi bukan Amanda namanya kalau tidak keras kepala, dia akan terus memaksa sampai yang dipaksa akhirnya mau menuruti keinginannya, Verra tahu betul tapi kali ini dia benar-benar tidak bisa menuruti Amanda.

Lalu sebuah ide terbesit dari kepala Verra, "Hema!" dia memanggil Hema yang tengah asik memainkan game di handphonenya.

"Apaan?" jawabnya tanpa menoleh karena tidak ingin mempause game yang sedang dia mainkan.

"Temenin Amanda ke kantin dong!"

"Males, gue lagi ngegame," jawabnya cuek, dia tidak menghiraukan ucapan Verra, dia malah kembali asik dengan dunianya.

Tidak lupa dnegan mulutnya yang terus-menerus merapalkan kata-kata tidak bagus sambil terus fokus dengan handphonenya, seperti..

"Anjir nggak kena!"

"Tai gue ditinggal sendiri!"

"Keluar lo cupu!"

"Eh tai tungguin gue!"

"Barengin dodol!"

"Siapa itu goblok sendirian?"

"Mati liatin aja!"

Dan ya hampir seisi kelas sudah biasa saja mendengar racauan mereka, tidak hanya Hema, Firdaus, Dimas, Adrian, Daffa semuanya sama seperti itu. 

"Elah lo game mulu! Temenin Amanda kek tolong, dia laper katanya!" ujar Verra lagi masih berusaha membujuk Hema agar mau menemani Amanda ke kantin.

"Gue maunya sama lo! Dari tadi kalo gue mau sama yang lain juga gue udah ke sana!" sahut Amanda cepat, dia menolak tawaran Verra untuk Hema saja yang menemaninya ke kantin.

"Tuh dia maunya sama lo!" balas Hema semakin merasa menang, padahal tadi dia sudah sempat bangun dari duduknya bersiap untuk menemani Amanda ke kantin, tapi setelah mendengar ucapan Amanda yang menolak, sekarang dia sudah duduk kembali seperti sebelumnya dengan mata yang masih fokus pada handphonenya.

VerrarellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang