First Time

171 16 104
                                    

Setelah suasana canggung antara Verra dan Verrel, serta gangguan dari Nabila tadi di depan ruang osis, ternyata penderitaan Verra belum selesai sampai di situ, karena tidak lama dari itu hanya selang beberapa menit saja Irham tiba-tiba ikut keluar dari ruang osis, dan jelas dia mengherankan keberadaan Verrel.

Verra menghela napas berat, sepertinya usahanya untuk menutupi semua hal yang berkaitan tentang dirinya dan Verrel terlihat sia-sia sekarang, karena cepat atau lambat pasti akan ada yang mengetahuinya, tapi di dalam bayangan Verra tidak secepat ini juga, dia masih ingin menikmatinya sendiri, tapi ya apa boleh buat sudah terlanjur seperti ini, jadi dia pasrah saja sekarang.

"Lah beneran sama Verrel, Ver?" tanya Irham merealisasikan keheranannya dari tadi.

Verra hanya diam saja tidak berniat menjawab pertanyaan yang dia sendiri juga belum tahu jawabannya apa. Verrel melirik Verra sekilas, dia tersenyum simpul lalu mengambil alih untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya Irham ajukan untuk Verra, "Kalo gue di sini berarti beneran," jawabnya kelewat santai.

Verra langsung mendelik dan membulatkan matanya kaget, "Mending lo cabut deh, dari pada makin ngawur ngomongnya," balas Verra agak panik.

Irham dan Nabila tertawa puas, bahkan Verrel saja sampai ikut terkekeh karena respon Verra.

"Yaudah biar baliknya cepet, kelarin dulu proposal," ucap Irham menyudahi tawanya.

"Yaudah Ra, gue tunggu di bawah aja, ya? Lo kelarin dulu, santai aja nggak usah buru-buru," ucap Verrel sambil menatap Verra lembut.

Verra yang kaget lantas langsung mengerjapkan matanya lantaran tidak percaya mendengar Verrel memanggilnya dengan sebutan 'Ra' secara langsung, Verrel yang sadar lantas terkekeh lagi. Verra sudah tidak tahu harus merespon ucapan Verrel seperti apa, jadi dia hanya bisa mengangguk pelan dengan tampang datarnya, padahal jantungnya sudah berdegup tidak karuan sekarang, tapi dia dengan sekuat tenaga berusaha untuk menyamarkan perasaan senangnya.

"Manggilnya 'Ra' banget nggak tuh?" ledek Nabila sengaja menekankan panggilan Ra.

Verra memutar bola matanya jengah, dia sudah malas menanggapi ucapan Nabila, karena mau bagaimanapun kondisinya perempuan itu pasti akan terus mencari celah untuk meledeknya.

Berbeda dengan Verra yang cenderung menghidari ledekan itu, Verrel justru dengan santainya malah menanggapi, "Iyalah, emang nama dia Verra 'kan? Salah nggak kalo gue panggil 'Ra'?" dan seperti biasa Verrel akan menjawab sekaligus balik bertanya.

Irham cengengesan sedangkan Verra malah jadi kelimpungan sendiri, heran kenapa Verrel selalu bisa sesantai itu.

"Gue, Irham, sama yang lain aja manggil Verra pake sebutan 'Ver' loh, Rel." Nabila masih terus menimpali tidak mau kalah.

"Ya biarin aja, gue 'kan bukan yang lain? Lagian yang punya nama aja nggak ribet," Verrel melirik ke arah Verra untuk bertanya, "Nggapapa 'kan, Ra?" 

Verra yang masih bekum bisa mencerna semua hal yang Verrel katakan seketika jadi gugup sendiri, dia terus merutuki diri karena merasa sangat payah dengan panggilan yang Verrel berikan, ditambah Verrel terus memanggilnya dengan sebutan 'Ra' tanpa berpikir panjang, seakan-akan itu hal yang wajar saja dia lakukan.

Verra berdeham lalu menjawab, "Nggapapa bebas, selagi masih nama gue," jawabnya santai, atau lebih tepatnya dia paksakan untuk bisa terlihat santai. Karena tentu saja dia harus bisa menyesuaikan diri dengan perlakuan Verrel yang seringnya selalu kelewat santai seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

"Rel? Lo nunggu di ruang osis juga nggapapa kok," ujar Irham tiba-tiba, Verra langsung melirik Irham sekilas, bisa-bisanya dia menawarkan Verrel untuk menunggu di ruang osis saja? Tentu itu bukan hal baik bagi Verra, bisa-bisa dia malah gagal fokus dan terus memperhatikan laki-laki itu, kalau sudah begitu yang ada proposal mereka tidak selesai-selesai.

VerrarellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang